Siapa yang menyangka seorang Gus cucu dari pemimpin pesantren bisa melakukan kesalahan yang terbilang fatal.
Zayn tak sengaja meniduri seorang gadis yang merupakan teman adiknya. gadis yang kerap kali Zayn anggap sebagai musuhnya karna perilaku dan tindakan gadis itu.
Zayn terus memaksa akan bertanggung jawab meskipun gadis itu selalu menolaknya. rasa bersalahnya tak hilang begitu saja meski gadis itu tak mempersalahkan apa yang mereka lalu.
Lantas apakah mereka akan tetap diam atas dosa yang pernah mereka lakukan tanpa sengaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang terlibat
Zayn terus mengekor langkah Alexa menuju keluar kampus.
"Alexaaa, pelan-pelan jalannya." tegur Zayn, sedangkan Alexa berjalan grasah-grusuh hanya untuk membuat Zayn berhenti mengikutinya.
Alexa di buat risih oleh Zayn yang berlaku seenak udelnya. Alexa lebih rela Zayn menjadi musuhnya dari pada menjadi wasit hidupnya, yang selalu mengatur bagai mana Alexa bersikap.
Alexa sudah sampai di depan gerbang kampus, taksi online yang di pesan Alexapun sudah menunggunya. Alexa membuka pintu tapi Zayn menutupnya kembali. Zayn berjalan ke arah supir dan dan mengetuk kaca mobil bagian engemudi itu.
Supir taksi itu menurunkan kaca mobilnya dan bertanya ada hal apa.
"Jaga wanita itu, dan pastikan keselamatannya sampai tujuannya." Zayn berujar dingin. "Jika ada sesuatu yang tidak ku inginkan kau orang pertama yang akan ku cari. Di sini ada cctv, tak mudah untuk meloloskan diri dariku!" Zayn berujar penuh peringatan.
"Ba-baik Pak." Supir muda itu mengangguk mengerti, bahkan ia menelan salivanya dengan sangat getir, lawan bicaranya tidak memberikannya celah untuk menyangkal apapun.
Bukan tanpa alasan Zayn bertindak demikian. Zayn hanya tak ingin kejadian malam itu terulang kembali. Zayn harus benar-benar memastikan keselamatan Alexa, lalu Zayn berpikir apa perlu ia membayar seorang bodyguard agar Alexa baik-baik saja sat tak bersamanya.
Jika saja Zayn tidak ada tugas mengajar dan tugas mengintrogasi Aksa mungkin ia sebdiri yang akan mengantar Alexa pulang.
"Apaan si kak? Gaze banget." Alexa mendengus.
Supir taksi itu meminta izin untuk menjalankan mobilnya setelah memastikan penumpangnya duduk dengan nyaman.
Zayn mempersilahkan supir taksi itu untuk pergi.
"Protektif sekali Non kekasihnya. Sepertinya sudah bucin akut." sang supir membuka suara.
"Bukan protektif, tapi dia rada-rada gila sedikit." Omel Alexa, ia mengambil ponselnya dan mengirimi kabar pada Hanna dan temannya yang lain jika dirinya dalam perjalan pulang.
Entah apa yang terjadi, hingga tiba saatnya waktu pulang Aksa tidak menemui Zayn di ruangannya. Zayn mulai curiga jika Aksa benar-benar terlibat dengan penjebakan yang terjadi terhadap Alexa.
tak ingin masalahnya terlalu berlarut-larut, Zayn mulai mencari tau tempat tinggal Aksa, berbekal dari informasi dari teman nongkrong Aksa, Zayn sekarang tengah dalam perjalanan di mana Aksa tinggal.
"Sebuah kosan." Zayn menghentikan mobilnya di sebuah perumahan yang membentuk bedeng, berupa petak demi petak kamar dengan arsitektur memanjang. Tempatnya tidak terlalu mewah justru terkesan sederhana bagi Aksa si anak yang bergaya hidup tinggi.
Zayn memarkirkan mobilnya di lahan kosong di dekat pohon angsana, sepertinya memang lahan itu di sediakan untuk parkir di luar penghuni kosan.
Zayn turun dari mobil untuk menanyakan jika alamat itu benar atau tidak dengan alamat yang tengah ia cari. Beruntung Zayn bertemu security dan benaralat itu memang tempat tinggal Aksa bahkan security paruh baya itu menunjuk mobil yang Aksa miliki di tempat parkir khusus penghuni kos.
Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut Zayn bertanya pada security itu di unit mana Aksa tinggal, Zayn mengatakan ia adalah dosen Aksa dan ada hal penting yang harus ia selesaikan dengan Aksa.
Tak butuh waktu lama, Security memberi tau Zayn di unit mana Aksa tinggal, bahkan security itu mengantar Zayn.
"Di unit paling ujung Zayn tinggal pak." Pihak keamanan itu menunjuk sisi kanan. "Tapi tadi Den Aksa tengah ada tamu dua orang wanita, yang saya rasa mereka ibu dan anak, karna wajahnya sangat mirip." ujar securiti yang bertag nama Abdul itu sebelum berlalu.
Zayn mengucapkan terimakasih, di samping itu Zayn juga menyerahkan selembar uang berwarna merah sebagai ucapan terimakasih.
Dengan hati riang security itu berlalu, meninggalkan Zayn yang kini sudah berjalan mengendap untuk mengetahui apa yang Aksa lakukan.
Zayn melihat dengan jelas siapa yang ada di ruangan itu bersama Aksa, dari pintu yang tidak tertutup rapat, juga tirai jendela yang menyerupai jaring-jaring. Zayn mengenali salah seorang wanita di sana, tapi Zayn tidak mengenali satu wanita lainnya yang lebih muda dari wanita pertama.
"Jika sampai ada orang yang tau kami yang menyuruhmu untuk mencampurkan obat itu di minuman Alexa. Habis kau!" Seorang wanita muda itu berujar.
Degh.
Tidak salah lagi mereka terlibat dalam penjebakan yang Alexa alami.
Zayn masih menguping, karna terkejut ia tidak terpikir untuk merekan kesaksian mereka.
"Saya juga bingung mbak. Sepertinya kakak dari teman Alexa sudah curiga." ujar Aksa putus asa.
"Tapi saya heran siapa yang menghabiskan malam dengan wanita liar itu. Harusnya kau Aksa yang melakukannya, bukannya kau menyukainnya? Lalu mengapa kau biarkan dia pergi?" wanita muda itu terus menyalahkan Aksa.
"Saya juga tidak bisa berbuat banyak mbak. Alexa menaiki taksi, dan menghiraukan panggilan saya dan teman saya. Saya juga tak ingin membuat Yuni teman saya curuga jika saya nekat mengejar Alexa." benar dugaan Zayn Aksa memang terlibat, tapi dua orang wanita itu sungguh Zayn tidak pernah menebak sebelumnya.