Menjadi tulang punggu ketika orang tuanya telah tiada, untuk adik-adiknya yang masih sekolah. Mampukah Rere menghidupi ketiga adiknya sedangkan pekerjaannya hanya staff biasa disalah satu perusaan kecil?
Dibalik perjuangannya terhadap adik-adiknya sang pacar juga sering membuatnya frustasi dengan sikap sang pacar yang begitu jahat padanya.
Tapi sedikit demi sedikit hidup Rere berubah ketika ia bekerja sebagai asisten disalah satu restoran dengan memiliki boss yang baik kepadanya.
Bagaimana kisah perjalanan hidup Rere selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linasolin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Re, aku tau ini terlalu cepat dan mungkin terkesan buru-buru. Jujur aku merasa punya kecocokan denganmu, menikahlah denganku!!" Ajak Marvin to the poin.
Rere merasa syok dengan apa yang ia dengar, bosnya itu tiba-tiba mengajaknya menikah sedangkan mereka tidak memiliki hubungan yang spesial.
"Kamu kenapa diam?" Tanya Marvin lagi ketika melihat Rere hanya diam saja.
"Ah... Pak, saya rasa ini bukan ajakan yang harus saya jawab" jawab Rere.
"Mengapa? Apa kamu masih menginginkan mantan pacar mu itu melamarmu?" Marvin menaikkan satu alisnya merasa heran dengan jawaban Rere. Jika biasanya perempuan tidak mau menolak Marvin tapi Rere malah mengabaikan ajaka dirinya yang sudah jelas.
"Bukan pak, tapi saya rasa bapak mengajak orang yang salah. Saya tidak cocok dengan bapak, lebih baik bapak cari perempuan yang lebih cocok dengan bapak"
"Berikan aku alasan yang bisa ku terima"
Rere seketika diam, alasan yang paling tepat untuk jawaban ini belum ia dapat sama sekali. "Ok... Ok... kalau alasan mu tentang adik-adikmu maka aku siap menanggung biaya mereka sampai mereka tamat kuliah"
"Bukan pak"
"Jadi apa"
"Saya tidak ingin menikah dengan buru-buru dan saya juga tidak pernah membayangkan menikah dengan bapak. Masalah ini kita anggap saja tidak pernah kita bahas sekarang kita pergi kekantor atau bapak mau langsung pulang?" Rere langsung berdiri dari duduknya tapi ditahan oleh Marvin.
"Jawab iya dulu baru kita pergi"
"Saya sudah jawab pak. Saya tidak mau" kesal Rere.
"Begini saja, saya kasih kamu waktu mengenal saya lebih dalam mulai hari ini kita resmi pacaran dan waktu pacaran hanya 1 bulan sebelum kamu jawab mau menikah denga ku"
Saat Rere hendak membuka mulutnya Marvin langsung memotong "Aku tidak mau mendengar alasan lagi, hari ini kita resmi pacaran" ujar Marvin lalu ia pun langsung pergi dari hadapan Rere.
Rere tidak dibiarkan mengatakan argumennya dan hal ini ia hanya bisa menerima, Rere milih cuek ia yakin boss-nya itu akan berubah pikiran nantinya.
Perubahan terjadi 180• dimana Marvin benar-benar memperlakukan Rere dengan baik bahkan Marvin memperlakukan Rere seperti kekasih yang ia sayangi.
Terbukti hal itu dimana saat bekerja Rere tidak ia biarkan mengerjakan hal yang berat, Rere juga sering diajak makan bareng saat akhir pekan.
"Biar aku saja yang memasukkan galon ini, kamu lanjut kerja saja" cegah Marvin saat melihat Rere bergerak mengganti air galon ketikan bunyi dispenser minta diisi.
"Tidak apa-apa pal, saya sudah biasa kok memgganti galonnya"
"Mulai sekarang tidak perlu dibiasakan, kan ada aku?" ujar Marvin dengan genit sambil menunjukkan matanya yang berkedip-kedip.
"Pak, ini kantor tidak usah menggoda begitu" kesal Rere, jujur Rere tergoda dengan Marvin saat ini ditambah Marvin baru memotong rambutnya yang menambah kesan ketampanannya.
"Kamu tergoda? Bagus dong sayang" ujarnya lagi dengan wajah tidak berdosanya.
"Hais...." Rere pergi dari hadapan Marvin berjalan sambil menghentak-hentakkan kaki sambil mengomel.
"Apa dia pikir dia itu paling keren didunia ini?" batin Rere kesal.
Rere pun melanjutkan aktivitasnya sebelum kembali kemejanya ia memgambil kopi shaset dari laci dan untuk diseduh. "Pak mau kopi?" Tawar Rere.
Marvin seketika langsung menoleh dan menatap kearah Rere, sebenarnya ia cukup ragu untuk mengiyakan tapi ia sudah sering menolak pemberian Rere menjadi tidak enak jika ditolak lagi.
"Satu gelas sama kamu saja, aku tidak terlalu suka kopi saset seperti itu" ujarnya pelan.
Rere hanya bisa membawa enjoi, ia membuat kopi segelas ditambah susu agar menambah kesan nikmat pada kopi yang akan mereka nikmati sore ini.
Duduk berdua diataa sofa dengan jarak yang sedikit berjauhan, Rere membagi kopi yang ia buat menjadi dua gelas yang berbeda hal itu membuat Marvin menyergitkan keningnya.
"Kenapa haris dipisah, aku mau minum kalau gelasnya satu denganmu tapi kalau dibagi dua aku tidak mau meminumnya" ujar Marvin santai sambil mendekati Rere.
"Kenapa?" Tanya Rere tidak paham.
"Pengen aja satu gelas berdua. kamu jijik dengan saya?"
Rere langsung menggeleng "Saya takut justru bapak yang jijik" jawab rere sambil terus membagi kopi itu lalu menyerahkannya kepada Marvin.
Bukannya menolak Marvin menerima kopi itu lalu segera menghabiskannya diluar dugaan saat tegukan terakhir Marvin belum menelannya lalu ia mendekati Rere dan Hup...
Marvin berhasil meraih bibir Rere dan membagi kopi didalam mulutnya ia menahan Rere dan akhirnya kopi itu masuk dengan sempurna kedalam mulut Rere.
"Mau jijik denganku sayang? Come on!!! Kamu ini kekasihku jangan jijik denganku dong.. Satu gelas berdua gk mau giliran dari mulutku kamu telan"
Wajah yang merah menahan rasa malu, itu adalah fist kiss Rere yang diambil Marvin dengan cara tidak hormat. "Bapak gila!!" gerutu Rere.
"Mau lagi sayang?" tanya Marvin dengan santai.
"Mesum banget, bapak tau tidak saya tidak pernah berc\*\*man dengan laki-laki dewasa dengan status pacar. Bapak telah mencurinya dari saya"
Mendengar itu Marvin semakin gemas, ia lalu mencubit pipi Rere. "Bagus dong sayang kalau benar adanya."