Pernikahan Impian. Itulah yang di harapkan oleh Kirana Amanda akan rumah tangganya bersama Rasya Adilla Ibrahimi. Namun nyatanya, Pernikahan yang dia Impikan tak sesuai dengan yang ia harapkan. Pria yang sejak awal menjadi penguatnya justru menjadi suami yang selalu membuatnya makan hati hampir setiap waktu.
Akankah Kirana mampu bersabar dengan sang suami yang belum selesai dengan masa lalunya itu? Atau Kirana akan mengambil sikap atas pernikahan Impiannya?
•••••
"Tolong beri aku satu kesempatan sekali lagi. Kali ini aku berjanji akan memperbaiki pernikahan yang kamu impikan selama ini." Rasya Adilla Ibrahimi
"Andai kamu ingkar janji, Tolong izinkan aku membangun pernikahan Impian bersama pria lain.." Kirana Amanda
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu
"Bu..
Ameena masuk ke dalam rumah dan duduk di samping ibunya yang sibuk menonton tv.
"Apa Meena? Jangan ganggu ibu. Ibu lagi banyak pikiran ini.." Matanya fokus ke layar segi empat itu namun dalam hati siapa yang tahu.
Ameena menghembuskan nafas kasar. Kepalanya menoleh ke sekeliling rumah itu. Rumah yang terpaksa mereka sewa untuk sementara. Jika rumah itu mewah masih lumayan, Tapi lihat? Rumah ini sangat kecil dan berada di tempat yang terpencil. Tak hanya itu saja, Mau masuk ke dalam rumah ini pun harus masuk melalui gang yang hanya bisa di lewati dua orang saja.
Aneh, Kenapa ada rumah yang di bangun di dalam sini. Tapi mau bagaimana lagi, Sejak mereka tekad kabur dengan membawa sisa uang dari Rasya, Rani juga telah menjual rumah mereka.
Dan sekarang rumah itu sudah laku dengan nilai harga yang cukup tinggi.
"Bu kita pindah aja yuk dari sini. Takutnya ada yang tahu kalau kita kabur kesini bisa bahaya Bu.." Kata Ameena dengan rasa takut yang luar biasa. Sudah beberapa hari ini, Gadis itu merasa ada yang diam-diam telah mengikutinya dari belakang.
Entah siapa orang itu yang pasti Ameena merasa ketakutan. Yang pertama takut orang itu adalah orang suruhan Rasya atau Daddy Abimana. Dan yang kedua takut orang yang punya niat jahat untuk merampok. Tapi apakah ada rampok yang akan masuk ke rumah sekecil ini?
"Kamu tenang dulu.. Kita akan segera pindah dari sini. Menurut kamu? Apa ibu mau tinggal di tempat ini lama-lama.. Kita harus kabur keluar kota agar semua orang tidak tahu keberadaan kita. Dan kita akan mulai hidup baru di sana.." Jangan kira Rani enak berada di tempat ini. Tapi tempat inilah jalan satu-satunya agar aman dari pantauan Rasya dan keluarganya.
Keluar saja mereka harus serba tertutup takut ada yang tahu. Sungguh malang nasib mereka Sekarang. Seharusnya sekarang ini mereka tengah menikmati uang dari Rasya yang di transfer dua kali seminggu dalam jumlah yang tak sedikit. Dan seharusnya sekarang Ameena sedang menunggu waktu akan segera di nikahi oleh pria yang serba sempurna itu.
"Iya, Bu. Tapi lebih baik kita cepet-cepet pindah deh.. Soalnya sudah beberapa hari ini Meena melihat orang yang begitu mencurigakan.." Rani mulai beraksi kali ini.
"Kamu serius?
"Iya..
"Ini gak bisa di biarin. Yaudah sekarang kita pergi ya.. Kita harus segera pergi dari sini.." Rani bangkit, Begitupun dengan Ameena.
"Aaawwss.." Ameena yang hendak berdiri itu tiba tiba merasakan pusing di kepalanya.
"Bu.." Bibirnya terucap tapi tak ada suara yang keluar. Rasa pusing yang semakin menjalar itu membuat Ameena ambruk di tempat..
Bruk!
"Astaga! Ameena!!
****
Kata cerai dari Daddy nya membuat Rasya tidak dapat memejamkan matanya. Dia juga sudah pergi menemui Umma nya untuk sekedar mencari solusi. Tapi apa yang dia dapat? Bukannya solusi yang ada justru Umma Salma mendukung apa yang di katakan Daddy nya.
"Daddy kamu benar.. Kami tak ingin egois kali ini. Kalau istri yang di pilihkan kami tidak cocok. Kamu bisa cari pilihan sendiri. Umma rasa Ameena juga cocok sama kamu.. Dengan begitu kamu gak akan dosa kalau ingin menemui dia kapanpun..
Tak ada jalan lain selain menyusul sang istri ke kota dimana Kirana berada sekarang. Sebenarnya Rasya ingin menemui sang istri secepatnya. Sayangnya ada saja hal yang membuatnya tertunda. Karena ada saja masalah di kantor yang mau tak mau harus dia urus lebih dulu. Sampai Rasya berpikir, Apakah masalah di kantor ada campur tangan Daddy nya? Pasalnya Emil sang Asisten enggan menggantikan.
"Benar ini tempatnya?" Tanya Rasya pada salah satu orang suruhannya untuk mencari tahu dimana istrinya tinggal selama ini.
"Iya, Ini rumahnya Tuan.. Beberapa kali saya melihat istri Anda keluar masuk rumah ini.." Rasya mengangguk. Dia turun dari mobil lalu melangkahkan kakinya.
Pria itu mengetuk pintu beberapa kali hingga seorang wanita paruh baya membukanya.
"Assalamualaikum..
"Waalaikum salam..
"Maaf cari siapa ya?" Tanya Bu Sia pada Rasya yang tersenyum tipis itu.
"Saya cari Kirana bu..
" Kirana?Tapi maaf, Nak ini siapanya Kirana, Ya?
"Saya suaminya.." Bu Sia menutup mulutnya. Dia tak percaya jika suami Kirana ternyata setampan ini.
" Oh ya sudah ayo masuk Nak..
Rasya akhirnya masuk ke dalam rumah sederhana namun terasa nyaman itu.
"Duduk dulu.." Rasya mengangguk dan duduk di sana.
"Tunggu Kirana pulang dulu ya Den.." Dahi Rasya mengkerut.
"Memangnya Kirana kemana Bu?
"Nduk Kirana kerja, Jadi asisten temannya..
Rasya kaget. Kenapa orang suruhannya tidak mengatakan apapun kalau istrinya bekerja?
.
.
.
Cukup lama Rasya menunggu Kirana yang belum pulang juga. Pria itu bahkan sudah menghabiskan setengah cangkir teh saking lamanya menunggu sang istri.
Rasya duduk dengan tidak tenang. Dia ingin segera bertemu dengan istrinya dan mulai bicara. Tak sekali dua kali pria tampan itu melongok ke arah pintu berharap Kirana segera muncul.
Hingga sebuah mobil terhenti di depan gerbang yang hanya setinggi dada orang dewasa itu. Rasya yakin sekali kalau orang yang berada di dalam mobil itu adalah istrinya.
"Makasih ya Ver.. Lain kali kamu kalo mau berangkat ya berangkat aja ya.. Aku bisa berangkat sendiri pesen ojek.." Ucap Kirana tersenyum kepada teman dekatnya itu.
"Gak mau ah.. Kamu berangkat bareng aku aja tiap hari aku gak masalah kok.." Kirana tersenyum sembari menatap Vera dengan sesama.
"Ngapain tatap aku kayak gitu..?
"Pasti kamu ngelakuin ini ada maunya ya?" Tanya Kirana dengan nada yang menggoda. Vera mengusap tengkuknya..
"Tau ah.. Udah sana keluar kayaknya ada tamu tuh di rumah kamu.." Kirana langsung menoleh ke samping. Dia baru sadar kalau ada mobil di halaman latar rumahnya.
"Tamu siapa? " Kirana mengedikkan bahu.
"Gak tahu ya.. Yaudah deh aku masuk dulu.." Vera mengangguk. Akhirnya kirana turun dari mobil Vera dan masuk. Wanita yang tengah hamil itu penasaran tamu siapa yang datang. Apa mungkin tamu Bu Sia ya?
"Assalamualaikum...
"Waalaikum salam...
Deg!
Kirana mematung di ambang pintu bersamaan dengan jantungnya yang tiba-tiba berdetak tak karuan. Orang yang menjawab salam bukanlah Bu Sia melainkan Pria yang ia hindari karena rasa sakit hatinya.
Rasya bangkit dari duduknya menatap Kirana dengan senyum tipisnya.
"Kamu sudah pulang?" Kirana masih diam di tempat. Entah kenapa otaknya tiba-tiba tidak berjalan.
Klik..
"Hah..!?
"Kamu sudah pulang?
"Se.. Sedang apa kamu disini?" Bukannya menjawab pertanyaan Rasya, Kirana justru balik bertanya.
"Eh, Nduk sudah pulang?" Bu Sia datang mengalihkan atensi dua orang itu. Kirana melirik Rasya sebentar lalu tersenyum tipis ke arah wanita paruh baya tersebut.
"Sudah Bu.. " Bu Sia tersenyum manis.
"Ini suami kamu datang udah dari tadi. Dia nungguin kamu pulang.." Kirana hanya dia saja. Ia sudah lelah dan letih saat ini. Pulang justru semakin letih saja bertemu dengan pria ini.
"Kirana mau ke kamar dulu.." Rasya ingin menghentikan langkah Kirana, Namun melihat sikap Kirana tadi membuat Rasya mengurungkan niatnya. Pria itu lebih membiarkan istrinya masuk ke dalam kamarnya.
"Hoeeekkk... Hoeeekkk
Seketika Rasya langsung berlari ke arah kamar dimana Kirana masuk tadi. Mendengar istrinya muntah jelas saja Rasya tidak akan tinggal diam.
.
.
.
TBC
syukurin, nyesel kan km sekarang