Plak!
" Percuma aku menikahi mu, tapi sampai sekarang kamu belum juga memiliki anak. Kamu sibuk dengan anak orang lain itu!"
" Itu pekerjaanku, Mas. Kamu tahu aku ini baby sitter. Memang mengurus anak orang lain adalah pekerjaanku."
Lagi dan lagi, Raina mendapatkan cap lima jari dari Rusman di pipinya. Dan yang dibahas adalah hal yang sama yakni kenapa dia tak kunjung bisa hamil padahal pernikahan mereka sudah berjalan 3 tahun lamanya.
Raina Puspita, usianya 25 tahun sekarang. Dia menikah dengan Rusman Pambudi, pria yang dulu lembut namun kini berubah setelah mereka menikah.
Pernikahan yang ia harap menjadi sebuah rumah baginya, nyatanya menjadi sebuah gubuk derita. Beruntung hari-harinya diwarnai oleh wajah lucu dan tingkah menggemaskan dari Chandran Akash Dwiangga.
" Sus, abis nanis ya? Janan sedih Sus, kalau ada yang nakal sama Sus, nanti Chan bilang ke Yayah. Bial Yayah yang ulus."
Bagaimana nasib pernikahan Raina kedepannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baby Sitter 04
Hampir tengah malam, Bagus baru pulang. Ia melihat kondisi rumah sudah sepi dan gelap. Ya iya jelas, sudah jam segini. Pasti mereka semua sudah tertidur.
Hiks hiks
Bagus terperanjat saat mendengar ada suara wanita yang menangis. Awalnya ia merasa merinding, namun Bagus tetap mencari dimana sumber suara itu berada.
Ia menepis pemikiran buruknya. meskipun terbesit pikiran tentang hantu atau jin itu tetaplah ada.
" Kok suaranya dari kamar Chan?" gumamnya.
Semakin mendekat ke kamar anaknya, suara tangis itu semakin jelas. Bagus lalu membuka pintu kamar Chan dengan perlahan. Sebisa mungkin dia tidak mengeluarkan suara barang sedikitpun, atau dia berusaha mengeluarkan suara seminim mungkin.
" Hiks hiks, aku beneran capek ya Allah."
Degh!
Sreeet
Bagus terkejut saat melihat Raina yang tengah duduk menekuk lutut sambil menangis. Dan yang membuatnya sangat terkejut adalah Raina tidak mengenakan hijabnya.
" Astagfirullah."
Bagus langsung membalikkan tubuhnya. Dia juga segera pergi ke kamarnya.
Sambil mengambil nafasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan, Bagus menjadi bertanya-tanya. Apa yang terjadi pada pengasuh putranya itu? Setahun bekerja di sini, Raina sama sekali tidak terlihat sedih.
" Kenapa ya? Ah tapi itu kan juga bukan urusan aku sih ya. Setiap orang punya masalah. Termasuk baby sitter nya. Chan. Lagian tidak mungkin juga kan aku menyuruhnya pulang larut malam begini. Jadi biarkan saja seperti itu."
Bagus akhirnya memilih kembali ke kamar. Rasa lelah ditubuh dan kepalanya membuat pria berusia 33 tahun langsung tidur setelah membersihkan tubuh.
Tidak seperti Raina, yang sepanjang malam menangis meratapi nasib pernikahannya yang kurang baik. Wanita itu masih berusia 25 tahun, namun dia sungguh merasa lelah dengan kehidupannya.
Sruuuuk
Raina akhirnya merebahkan tubuhnya. Matanya yang masih basah, dadanya yang terasa sangat sesak, mungkin bukan untuk yang terakhir baginya.
Plaak!
Lagi, tamparan mendarat di pipi wanita itu. Subuh dia kembali ke rumah. Oleh sang tuan, dirinya diberi libur hari ini. Ini merupakan kompensasi karena semalaman sudah lembur menjaga Chan.
" Hari ini istirahatlah di rumah. Karena aku pun juga libur. Jadi kamu tidak perlu menjaga Chan."
Seperti itulah ucapan Bagus kepadanya. Tentu saja Raina senang karena mendapat libur, dan dia ingin melakukan banyak hal bersama suaminya. Namun harapan hanya tinggal sebuah angan yang semu. Sesampainya di rumah Raina lagi-lagi mendapatkan tamparan dari Rusman.
" Pergi kemana saja kau hah! Subuh baru pulang."
" Aku lembur, Mas. Aku udah bilang ke Ibu. Aku juga udah chat kamu."
" Lembur-lembur, memangnya aku percaya! Jangan-jangan kau ada main sama majikan mu itu ya! Selain jadi baby sitter anaknya, kamu juga jadi baby sitter ayahnya, begitu?"
Air mata Raina luruh lagi. Kali ini dia tidak ingin diam. Kali ini dia menjawab saat Rusman berbicara tidak benar tentang dirinya.
" Hiks, aku lembur Mas! Aku lembur buat nambahin biaya keluarga kita. Buat ikut bayar cicilan motor kamu, buat bayar kuliah adik kamu, buat semua kebutuhan kita. Dan teganya kamu menuduhku berbuat hina! Aku istrimu, tapi apa pernah kamu memikirkan perasaanku? Apa kamu pernah bertanya padaku, kamu lelah kan Ai? kamu capek kah Ai? Ada yang perlu aku bantu nggak? pernah nggak Mas kamu menanyakan itu barang sekali saja padaku selama 3 tahun ini hah!"
Rusman seketika terdiam. Ia sedikit terkejut melihat Raina yang bicara dengan sangat berani dan frontal itu.
" kamu sekarang berani ya?" akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Rusman.
" Ya berani, memangnya kenapa hah? Apa yang aku lakukan selalu salah dimata mu dan keluargamu. Apa yang aku lakukan selalu kurang. Soal anak, kamu, ibu mu selalu mendesak ku. Apa pernah kamu seenggaknya mikir, bahwa kamu lah yang salah dan bukannya aku?"
Plak!
Tamparan kedua kalinya diterima oleg Raina pagi ini. Namun tidak seperti tadi, Raina sekarang tidak menangis. Dia malah tersenyum menyeringai.
" Ya, hanya itu yang bisa kamu lakukan kan. Tangan, tanganmu yang selalu bicara padaku. Silakan, aku sekarang sudah tidak peduli. Mulai sekarang, lakukan semua sendiri. Uangku adalah uang ku, aku tidak akan mengeluarkan serupiah pun untuk keluargamu. Aah sekalian saja, mari kita bercerai. Lagi pula di sini aku ini bukan istri dan menantu. Aku hanya babu kalian bukan, ceraikan aku kalau kau memang selalu bersikap seperti ini padaku."
Rusman tertegun, ia tidak mampu berkata-kata apa-apa lagi saat Raina bicara demikian. Dia memang ingin berpisah dengan Raina, tapi tidak sekarang juga.
Srreeek
" Mau kemana kau hah!"
" Pergi, aku di sini tidak lagi kau inginkan. Ibu dan adikmu pun juga ingin kita cerai kan. Jadi ayo kita cerai."
" Tunggu Raina, tung~"
Sreet
Tangan Rusman ditarik oleh Ningsih. Isyarat dari Ningsih memiliki arti untuk membiarkan Riana pergi. Dan Rusman pun seketika menurut dengan apa yang diingkan ibunya.
" Biarin aja, dia pergi memangnya mau pegi kemana sih? Dia kan nggak punya siapa-siapa. Lagian bagus kan kalau benar kalian cerai."
" Bu, udah aku bilang kan. Aku nggak bisa tiba-tiba cerai sama dia. Banyak kebutuhan yang aku masih butuh dia untuk bantu bayarin. Kalau kita cerai siapa yang mau bantu keuangan kita. Ibu?"
" Heh, ya nggak mau lah. Masa Ibu yang uda tua gini kamu suruh kerja cari duit sih."
Rusman mengusap wajahnya kasar. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Raina kali ini akan melawan dan bahkan berani berkata cerai.
" Nggak, nggak bisa gini sih. Aku masih butuh dia. Aku nggak bisa langsung cerai dari dia."
Rusman berusaha mengejar, namun Raina sama sekali sudah tidak terlihat. Terang saja, Raina pergi menggunakan motor jadi bagaimana bisa Rusman masih melihat keberadaan Raina.
Di sepanjang jalan Raina bingung kemana dia harus pergi. Satu-satunya tujuannya saat ini hanyalah rumah anak asuhnya yakni Chan.
" Kesana dulu saja lah," ucapnya pasrah
Sesampainya di rumah Bagus dan Chan, Raina memarkir motornya. Ia juga menurunkan koper yang ia bawa dari rumah. Entah sudah punya rencana atau persiapan, Raina memang menempatkan beberapa baju dan barang penting di sana. Itu untuknya berjaga-jaga jika sewaktu-waktu ada kejadian yang tidak diinginkan. Dan siap sangka waktu tersebut adalah hari ini.
Ting tooong
" Assalamualaikum."
" Waalaikumsalam, lho Sus, kan tadi aku bilang Sus libur dulu hari ini."
Bagus mengernyitkan keningnya melihat pakaian Raina yang masih sama dengan yang tadi. Dia juga melihat jelas bahwa pengasuh putranya itu membawa sebuah koper.
" Masuk dulu." Itulah yang Bagus katakan. Hanya sepintas melihat, Bagus sudah bisa menduga apa yang terjadi. Tapi meskipun demikian, dia tidak ingin berkata apapun.
" Maaf, bukannya kepo. Tapi ada apa?"
" Maaf Pak, saya ... saya pergi dari rumah suami saya."
Aaah
Bagus mengangguk-anggukan kepalanya. Dia tahu pasti seperti itu.
" Tapi Sus, aku juga nggak bisa memberikanmu tinggal di sini. Meksipun kamu baby sitter nya Chan. Masalahmu, aku tidak ingin terlibat. Tapi, hari ini kamu kerja lah seperti biasa. Dan nanti, aku akan membantumu mencari tempat kos buat kamu tinggali."
" Terimakasih Pak. Terimakasih banyak."
TBC