Pengantin Pengganti

 "Aku akan membuat sebuah kesepakatan!"ucap kakek Brio tiba tiba.

  "Kalau boleh tau, kesepakatan apa tuan?" tanya jaya sedikit cemas.

 "Aku ingin mengambil anak mu, untuk menikah dengan cucu ku!"

 "Apa!" pekik Meraka yang kaget. Tak hanya keluarga jaya yang kaget. Tetapi Jenar dan Dinda juga kaget dengan keputusan papa nya itu.

 bagiamana bisa papa nya bertindak sejauh ini. apalagi pernikahan ini saja sudah gagal. dan papa nya menyodorkan orang lain. Ini bener bener tak habis dipikir.

  "Pah... Apa yang papa katakan. Kita tak mungkin menikahi Aksa dengan gadis mereka." protes Dinda yang tak suka.

 "Diam... Ini keputusan ku, jangan coba ikut campur. Sebelumnya aku bahkan tak tau keputusan singkat yang kau lakukan untuk cucu ku. Menikahkan nya secepat ini, dan tanpa persetujuan dari ku dan istri ku. Sebagai menantu menurut lah saja. jangan protes. Karena kau tak berhak!" ucap Brio dengan tatapan tajam nya.

Jenar dan dinda hanya bisa terdiam mendengar bentakan papa nya. Tentu saja Dinda tau ini kesalahan nya. Apalagi menyangkut nama baik keluarga yang saat ini dipertaruhkan. Apa ini keputusan yang tepat. dengan mencari pengganti wanita. Sebagai calon istri Aksa nanti. Dia melihat kedua gadis itu dan mengamati sifat dan sikap mereka.

Keluarga jaya yang berada di sana terdiam kaku. Sedangkan Weni menatap cerah keputusan kakek tua itu. Apa dia menginginkan Desi untuk menikah dengan laki laki buruk rupa itu. Tapi dia tak setuju sebenarnya. Putri nya cantik, dan harus menikah dengan pria bertopeng itu. Sungguh memalukan.

 "Tuan... Putri ku masih terlalu kecil. Dan tak mungkin bisa bersanding dengan cucu mu itu." ucap jaya dengan nada tegas nya.

"Putri mu kan ada dua... Apa kau melupakan nya juga?" ucap kakek Brio dengan santai nya.

 Sedangkan Laras yang mendengar ucapan ayah nya tadi sebenarnya merasa senang. Dia tak ingin menikah cepat di usia nya yang ke 22 ini. Tapi ternyata harapan nya pupus saat kakek itu berkata bahwa jaya melupakan putri nya. apakah maksud nya dirinya ini. Apa ayah nya melupakan nya. sungguh ayah durjana memang.

 "Kurasa apa yang dibilang suami ku bener tuan... Putri kami masih kecil. Masih ingin melanjutkan cita cita nya." ucap Weni dengan tersenyum canggung.

 "Berapa usia putri mu?" tanya nenek Siti yang membuka suara nya.

 "18 tahun." ucap Weni dengan tersenyum lebar.

"Bukan dia, tapi gadis cantik ini." ucap nenek Siti yang terus menatap Laras begitu cantik dan hanya diam tanpa bersuara.

 "Eh... Laras berusia 20 tahun nyonya." ucap nya yang sok tau membuat Laras ingin sekali tertawa.

 "Saya dua puluh dua tahun nyonya. Baru berulang tahun kemarin." ucap mengoreksi ucapan ibu tirinya itu, sambil nya tersenyum tipis kepada nenek Siti.

"Sial... Aku salah jawab lagi." gumam Weni dalam hatinya dan itu membuat nya menahan malu.

Dinda terlihat menahan tawa saat wanita itu salah menjawab. Apa dia ibu yang buruk untuk gadis malang ini? gumam nya dalam hati yang terus melihat sifat mereka.

 "Wah... sudah cocok dengan cucu ku." pekik nya yang kesenangan.

Hal itu membuat Laras tertegun mendengar nya. Apakah dia yang dimaksud orang orang ini. Tapi mengapa harus dia. Apa ayah nya setuju. Dia berharap ayah nya menolak.

Jaya terlihat sedang berfikir. Dan Weni terlihat malu. Dia mengira mereka menginginkan putri nya, tetapi ternyata menginginkan gadis sialan itu.

 "Aku setuju." ucap jaya tiba tiba membuat Laras tertegun mendengar nya. Tanpa diskusi, tanpa pendapat nya dan ayah nya langsung setuju.

 "Ayah... Aku tidak_

"Laras... Kurasa ayah mu bener, lebih baik kamu menikah dan berumah tangga. Usia mu juga sudah matang kan. Lagi pula,Desi masih terlalu kecil untuk menuju jenjang pernikahan. kamu tau kan adik mu itu mau kuliah di universitas terkenal." ucap Weni dengan tersenyum lebar.

 dia memang tak suka dengan Laras, kalau wanita itu pergi dari rumah. Dia bisa menjadi penguasa di Sana bukan? Tak ada gangguan lagi di keluarga Mereka. Apalagi utang nya bisa lunas kan. Anggap saja dia sedang menjual gadis itu kepada laki laki tua itu. Dengan bonus menikah dengan cucu laki laki bertopeng yang sama sekali dianggap nya buruk.

 "Aku setuju tuan... Lagi pula putri kedua ku masih terlalu kecil. apa hutang nya bisa lunas?" tanya nya yang tak tau malu.

Tes.... Tes... air mata Laras mengalir deras melihat ucapan dan perkataan ayah nya. apa memang dia dijual saat ini. Ayah nya bener bener keterlaluan. sungguh dia begitu kecewa dengan sikap ayah nya itu. Dan begitu membenci ibu tirinya sendiri.

nenek Siti yang duduk di sebelah suaminya berpindah ke arah gadis cantik yang saat ini merasa sedih. Tentu saja di mengutuk keluarga itu. Karena utang Meraka menjual anak nya dengan cara seperti ini. Tapi dia senang karena menemukan pengganti untuk calon manten Aksa.