Setiap kali Yuto melihat bebek, ia akan teringat pada Fara, bocah gendut yang dulunya pernah memakai pakaian renang bergambar bebek, memperlihatkan perut buncitnya yang menggemaskan.
Setelah hampir 5 tahun merantau di Kyoto, Yuto kembali ke kampung halaman dan takdir mempertemukannya lagi dengan Bebek Gendut itu. Tanpa ragu, Yuto melamar Fara, kurang dari sebulan setelah mereka bertemu kembali.
Ia pikir Fara akan menolak, tapi Fara justru menerimanya.
Sejak saat itu hidup Fara berubah. Meski anak bungsu, Fara selalu memeluk lukanya sendiri. Tapi Yuto? Ia datang dan memeluk Fara, tanpa perlu diminta.
••• Follow IG aku, @hi_hyull
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hyull, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 | Dijemput Bang Yuto
"Nanti, ya. Kalau udh gajian, kakak belikan ikan tongkol. Soalnya tongkol yang kakak beli kemarin itu, dimasak jadi tumis Aceh sama mama kakak." Ngomongnya sendu kali, semakin membuat Yuto kesulitan menahan tawanya.
Fara kembali mengoceh, "Tapi kalian udah enak kali lah itu. Makanannya dibelikan Pak Yuki yang mahal. Kalian harus berterima kasih sama Pak Yuki. Sering-sering tangkap tikus, ya! Jangan sampe ada tikus di sekitar sini. Oke?"
Seakan mengerti, Kutu dan Ingus mengeong padanya.
"Oh, satu lagi. Jangan berak sembarang. Kasihan Bang Agam sama Kak Zubaidah. Nggak enak loh ngutip pup. Bau kali soalnya pup kalian. Apalagi si Ingus, nih! Busuk kali! Apa aja sih yang dimakan, Ingus! Tikus-tikusnya jangan dimakan. Cukup diusir aja."
Yuto mengulum erat bibirnya. Nyaris saja lolos tawanya.
Suara orang mengaji terdengar dari toa masjid terdekat. Barulah Fara bangkit dan terkejut saat mendapati Yuto berdiri di belakangnya, masih menahan tawa.
"Loh, yang lain udah pulang?" tanya Fara. Saking asiknya mengobrol dengan kucing, dia jadi tidak tahu bahwa tersisa mereka berdua di sana.
Yuto mengangguk dengan senyumnya. "Udah. Mau pulang sekarang atau masih mau ngobrol sama mereka?" tanya Yuto, lembut seperti biasa.
"Pulang aja, Pak. Udah ngaji soalnya. Ayo."
"Kenapa masih panggil, Pak? Cuma ada kita berdua di sini, Fara... Ini juga udah bukan jam kerja."
"Oh iya, maaf, Bang."
Sepertinya untuk urusan panggilan, Yuto memang harus lebih bersabar.
Akhirnya Yuto kembali naik ke Filano kuning itu, begitu juga dengan Fara yang sudah duduk miring, lengkap dengan helm kuning bergambar bebek miliknya.
"Nggak mau pegangan?" tanya Yuto, sebetulnya bercanda karena sudah bisa menduga Fara akan menolak.
"Enggak."
Tuh kan, jawaban Fara sesuai dugaannya.
Perjalanan pulang mereka diiringi senyuman di wajah Yuto. Puas kali dia hari itu. Pergi kerja bareng Fara, lalu sarapan dimasakin Fara, sempat dengeri Fara mengoceh sama kucing-kucingnya, lalu pulang ke rumah juga dengan Fara. Kalau boleh, Yuto ingin terus seperti itu.
Masuk ke komplek, seperti biasa, mereka melewati Mushola yang mana di seberangnya terdapat warung mie sop, tempat sebagian ibu-ibu komplek berkumpul. Melihat kedatangan mereka, ibu-ibu di sana langsung berseru manja, "Yaampun Fara... sekarang udah ada yang bonceng, ya..."
"Loh, itu Yuto anaknya si Ruka, kan?"
Dan yang bikin Fara semakin merasa malu, bukannya melintas saja, Yuto malah menghentikan laju motornya tepat di depan warung.
"Sore, Bu..." Dan malah disapanya.
"Iya, Sore... Ini Yuto anaknya Ruka yang pelatih tinju itu, ya?" tanya salah seorang ibu-ibu yang duduk di sana.
Yuto tersenyum ramah. "Iya, Bu..." jawabnya sopan.
Ibu yang lain menimbrung. "Ini cucunya Kak Hani sama Bang Haru, loh, yang kuliah di Jepang, kan? Kapan pulangnya? Kok baru nampak?"
Masih dengan senyumnya Yuto menjawab, "Empat hari yang lalu, Bu..."
Ibu yang lain lagi malah salah fokus pada Fara yang hanya menunduk, tampak malu-malu. "Jadi... Kok bisa bareng-bareng, nih? Kalian pacaran?"
Saat Yuto ingin menjawab, tiba-tiba saja tawa Fara pecah. "Hahah!!!" Dia sengaja tertawa sebesar itu untuk menegur muncung ibu itu yang asal cakap. "Ada-ada aja ibu ini! Ya enggak, lah! Bang Yuto bos saya di kantor, Bu. Kebetulan numpang sama saya. Hahaha!" tawanya lagi.
Tapi Yuto tak menyerah. Saat tawa Fara belum mereda, dia menyela, "Kenapa, Bu? Kami cocok, ya?"
Tawa Fara lenyap seketika, tetapi dilanjut oleh tawa ibu-ibu yang ada di sana. Dan yang membuat Fara tak berkutik, malah semakin malu, jawaban ibu-ibu di sana diluar prediksinya.
"Cocok kali malah! Fara kan imut, Yuto ganteng dan gagah. Beuh, udah cocok jadi suami istri. Iya kan ibu-ibu..."
Ibu-ibu yang lain serentak bersorak, "Iya, dong..."
Langsung matang pipi si Fara.
Puas dengan jawaban mereka, Yuto tertawa senang. Berkat ibu-ibu itu, dia semakin percaya diri. Tak masalah jika agak sulit meyakinkan Fara, yang penting tetap bisa ia dapatkan.
"Kalau gitu kami pulang dulu ya, Bu..."
"Iya, hati-hati. Fara, dipeluk lah Abang Yutonya, biar nggak jatuh..." goda mereka lagi.
Fara yang sudah malu kali, hanya bisa menyengir pasrah.
Tapi masih belum berhenti di situ ulah Yuto.
Yuto kembali menghentikan laju motor tepat di depan rumah Fara, di mana papa mamanya tampak sedang duduk di teras, terlihat sedang video call yang sudah pasti video call dengan Shella, kakaknya. Tentu tak lain untuk melihat cucu mereka yang memang sangat menggemaskan.
Namun, begitu melihat Yuto yang membonceng anak bontot mereka, dan kini mereka melihat Yuto turun dari motor lalu melangkah menghampiri mereka. Mamanya Fara spontan memutuskan panggilan video itu.
"Eh, Yuto... Udah lama kali nggak lihat mukanya..." sapa Bu Eka, mamanya Fara yang sudah berdiri tegak menyambut kedatangan Yuto, bahkan refleks menyambut tangan Yuto yang ingin menyalaminya.
"Iya, Bu. Baru empat hari di sini."
Eka melirik sesaat ke Fara yang tampak salah tingkah, sampai melepas helm pun tak bisa. "Iya, ibu memang ada dengar dari Fara. Katanya Yuto jadi manager dia."
Yuto tersenyum dan lanjut menyalami Pak Iyon, papanya Fara. "Iya, Bu. Diminta sama Om Yuki untuk pindah ke sini."
Eka tersenyum lebar hingga tertawa sok ramah, tetapi lebih tepatnya agak bingung dengan situasi itu. Mengapa, anak bontotnya, berboncengan dengan Yuto, cucu dari keluarga terpandang di komplek mereka.
"Saya mau minta izin, Bu, Pak, mau ajak Fara ke rumah nanti malam. Mama mau bikin bakar-bakar," kata Yuto tanpa basa-basi, sukses membuat Fara mematung di sana, masih kesulitan untuk sekadar melepas pengait helmnya saking groginya.
"H-haa? N-nanti malam, ya?" Senyum Eka menjadi canggung. Itu hal sulit untuknya, mengingat menjaga kedai di malam hari adalah jatah Fara, tetapi jika Fara pergi, siapa yang akan menjaga kedai. Ditutup saja? Tentu tidak bisa.
"Oh... Iya, nggak apa-apa. Boleh, kok..." kata Eka terpaksa, terlalu segan menolak.
"Makasih banyak, Bu... Kalau gitu, saya pulang dulu Bu, Pak..." Dan sebelum melangkah pergi, setelah melepas helm miliknya, Yuto menghampiri Fara lagi. Dengan penuh perhatian, dan tatapannya yang mendalam, Yuto meraih pengait helm milik Fara lalu membuka pengait itu dengan mudahnya. "Nanti malam abang jemput, ya. Jangan pergi sendiri. Kalau malam komplek kit sepi kali," begitu katanya sambil melepas helm Fara.
Fara meraih helm kuningnya dari Yuto dan mengangguk. Ia tidak benar-benar ingin mengangguk, tetapi kepalanya bergerak begitu saja.
"Kalau gitu abang pulang, ya," kata Yuto lagi yang sempat-sempatnya mengelus puncak kepala Fara yang berlapiskan jilbab. "Pulang Pak, Bu..." pamit Yuto lagi sebelum akhirnya berjalan kaki menjauh dari rumah mereka, sambil menenteng helmnya.
Keadaan hening sejenak di teras itu. Tetapi di dalam diri Fara tidak hening sama sekali. Detak jantungnya pecah semarak.
"Nanti malam abang yang jaga kedai," kata Eka mendadak, sudah kembali ketus seperti biasanya.
Iyon yang sudah kembali duduk, hanya bisa pasrah meski tak menyahut. Sementara Fara, masih berdiri di sini, terus mengamati punggung lebar Yuto yang melangkah menjauh.
.
.
.
.
.
Continued...
Untung Yuto baru blgnya ke papanya Fara aja bkn ke mama nya,bisa heboh 1 komplek ntar sblm akad nikah,dasar ibu2 rumpi /Smug/
sama kita fara, banyak yg ngira lagi hamil gara2 gendut, 🤣🤣🤣🤣