NovelToon NovelToon
Menantu Pilihan Untuk Sang CEO Duda

Menantu Pilihan Untuk Sang CEO Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Romantis / Diam-Diam Cinta / Duda / Romansa
Popularitas:19.7k
Nilai: 5
Nama Author: ijah hodijah

“Fiona, maaf, tapi pembayaran ujian semester ini belum masuk. Tanpa itu, kamu tidak bisa mengikuti ujian minggu depan.”


“Tapi Pak… saya… saya sedang menunggu kiriman uang dari ayah saya. Pasti akan segera sampai.”


“Maaf, aturan sudah jelas. Tidak ada toleransi. Kalau belum dibayar, ya tidak bisa ikut ujian. Saya tidak bisa membuat pengecualian.”


‐‐‐---------


Fiona Aldya Vasha, biasa dipanggil Fio, mahasiswa biasa yang sedang berjuang menabung untuk kuliahnya, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah karena satu kecelakaan—dan satu perjodohan yang tak diinginkan.

Terdesak untuk membayar kuliah, Fio terpaksa menerima tawaran menikah dengan CEO duda yang dingin. Hatinya tak boleh berharap… tapi apakah hati sang CEO juga akan tetap beku?

"Jangan berharap cinta dari saya."


"Maaf, Tuan Duda. Saya tidak mau mengharapkan cinta dari kamu. Masih ada Zhang Ling He yang bersemayam di hati saya."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijah hodijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Ponselnya pun sama... layar retak, tombol tak berfungsi. Ia coba menyalakannya, tapi hanya muncul cahaya redup lalu padam.

Air matanya pecah lagi.

“Ya Allah… bukan cuma data skripsi, tapi… foto Ibu, video terakhir sama Ibu, semua di sini…”

Fio menutup wajahnya dengan kedua tangan, tangisnya makin keras, sesenggukan, sampai tubuhnya sedikit limbung. Semua hasil kerja keras berbulan-bulan seakan musnah begitu saja dalam hitungan detik... dan yang lebih menyakitkan, pelakunya adalah orang yang masih memanggil ayahnya dengan sebutan yang sama.

Ia menghela napas panjang di sela tangis. Lalu, dengan gerakan pelan, ia mengumpulkan sisa-sisa laptop itu, memasukkannya ke dalam tas laptop yang robek di ujung. Ponsel yang retak pun ia selipkan di dalamnya, seolah masih berharap bisa diperbaiki.

Langit sore mulai meredup, tapi Fio belum mau pulang. Dadanya terasa sesak, pikirannya penuh amarah dan kecewa.

Akhirnya, ia memesan taksi online dan meminta diantar ke makam ibunya.

Sepanjang perjalanan, ia menatap keluar jendela, menahan air mata yang terus ingin jatuh. Begitu tiba, ia langsung berlari kecil menuju makam sederhana itu.

“Ibu…” suara Fio pecah. Ia berlutut, memeluk batu nisan itu seolah bisa memeluk ibunya kembali.

“Ibu… Lira tuh jahat, Bu. Dia hancurin laptop Fio, ponsel Fio juga… katanya Ayah bukan ayah Fio.”

Tangisnya makin pecah, kalimatnya tersendat-sendat.

“Tapi aku gak percaya, Bu. Aku tahu Ayah tetap Ayah aku. Ibu yang bilang kan dulu, Ayah tuh orang baik. Aku tetap percaya…”

Fio menunduk, mencium batu nisan yang mulai dingin.

Angin malam mulai bertiup, dedaunan bergetar lembut. Suara jangkrik mulai terdengar, pertanda malam datang.

Dia masih di sana, menumpahkan semua keluh, marah, dan kecewa.

Beberapa jam berlalu tanpa terasa. Ketika akhirnya menyadari langit sudah gelap dan hanya tersisa lampu kecil di ujung pemakaman, Fio menarik napas panjang.

“Ibu, Fio pulang dulu, ya. Maaf kalau Fio lemah banget hari ini…”

Ia berdiri perlahan, mengusap air mata yang sudah kering di pipinya, lalu melangkah keluar makam. Tubuhnya terasa berat, tapi langkahnya terus berjalan menuju jalan besar untuk memesan taksi pulang.

Flashback off

Darrel menarik napas panjang, menatap wajah Fio yang tampak berusaha tersenyum di sela matanya yang masih sembab. Nada suaranya lembut, tapi tegas.

“Biar dibereskan sama Papa. Kemarin asisten Papa sudah mulai melacak jejaknya. Yang kita butuh sekarang cuma satu... rekaman CCTV di belakang kampus itu.”

Fio menunduk, memainkan ujung selimut di pangkuannya.

“Sebenarnya bukan bahan skripsinya yang gue tangisi, Darrel…” suaranya pelan, nyaris bergetar. “Tapi… laptop itu tuh berkesan banget. Itu hasil jerih payah Ibu. Dia mau banget lihat aku lulus, gak kekurangan alat untuk belajar.”

Matanya mulai berkaca-kaca lagi.

“Awalnya laptop gue beli yang bekas, tapi tiap hari ngadat. Akhirnya Ibu maksa beli yang baru, padahal waktu itu Ibu masih kekurangan buat bayar kontrakan. Ponsel juga… Ibu yang beli dan sebagian uang hasil kerja aku.”

Darrel mendekat, menatap dalam mata Fio.

“Ya sudah, aku ngerti. Kamu gak akan langsung bisa hilang rasa sakitnya walaupun aku beliin yang baru,” katanya pelan. “Tapi aku mohon, izinin aku beliin bukan untuk mengganti yang rusak… tapi untuk membantu kamu kuliah lagi. Aku tahu kamu gak suka dikasihani. Ini semata-mata karena aku mau kamu tetap melanjutkan kuliah lagi.”

Ia mengelus kepala Fio lembut.

“Nanti aku suruh asisten aku bawa laptop kamu ke tukang servis terbaik. Kalau masih bisa diselamatin, bagus. Kalau enggak… kamu simpan aja, gak usah dibuang. Kadang, kenangan memang gak bisa diperbaiki, tapi bisa tetap dijaga.”

Fio diam beberapa detik, menatap Darrel tanpa berkata apa-apa. Dadanya terasa hangat, tapi di saat yang sama matanya memerah lagi. Ia menunduk, lalu tersenyum getir.

“Darrel…” suaranya serak. “Huaa… Zang Ling He banget kamu…”

Darrel mengerutkan kening. “Siapa sih Zang Ling He itu?”

“Ya ampun…” Fio memutar bola matanya. “Tokoh drama Cina yang tiap ngomong tuh bisa bikin perempuan auto baper. Kayak kamu barusan.”

Darrel menghela napas pasrah. “Fio, serius dikit, dong.”

“Serius kok…” Fio masih menahan tawa kecil di antara air matanya. “Tapi kalau kamu ngomong terus kayak gitu, aku takut beneran jatuh cinta, tahu gak?”

Darrel menatapnya dalam. “Kalau jatuh cinta, gak usah takut.”

Hening.

Fio terdiam, tatapannya kosong sesaat. Lalu, dengan nada bercanda getir, ia menepuk pipinya sendiri.

“Aduh… pipi gue panas. Ini efek Zang Ling He atau efek kamu, ya?”

Darrel hanya tersenyum tipis, tapi di balik senyum itu, ada rasa iba dan kagum yang campur jadi satu.

Fio memang terlihat tegar, tapi ia tahu... gadis itu sedang berjuang keras agar tidak runtuh di hadapannya.

Keesokan harinya.

Pagi ini, aroma kopi dan suara burung dari halaman villa membuat suasana terasa damai. Namun bagi Fio, yang baru bangun dan sadar kalau semalam ia nangis sampai ketiduran di pelukan Darrel, suasana damai itu justru terasa tidak aman.

Dia menatap ke arah Darrel yang sedang duduk santai di sofa ruang tamu, mengenakan kaus putih dan celana panjang abu-abu, sambil menyeruput kopi dengan wajah tenang.

Fio langsung menutup wajahnya dengan bantal.

“Ya Allah… malu banget gue…” gumamnya pelan, tapi cukup keras untuk membuat Darrel melirik.

“Kamu udah bangun?” tanya Darrel santai, senyumnya samar.

“Belum,” jawab Fio cepat. “Ini masih di dunia mimpi, jangan ganggu.”

Darrel terkekeh kecil. “Kalau masih mimpi, kenapa kamu ngintip aku dari balik bantal?”

Fio langsung menurunkan bantal, pura-pura sok tegas. “Eh, aku cuma… memastikan aja kamu gak berubah jadi Zang Ling He beneran.”

Darrel menatapnya, heran tapi juga geli. “Masih aja itu cowok disebut-sebut.”

“Ya bagaimana lagi, semalam kamu tiba-tiba ngomong manis banget. Aku kira aku lagi di drama. Mana nangis di pelukan kamu pula. Ih… malu banget, sumpah.” Fio menunduk, pipinya memerah.

“Gak usah malu. Itu hal manusiawi.”

“Manusiawi sih, tapi gak lucu aja. Biasanya aku tuh tegar, gak gampang nangis. Eh, sekali nangis langsung jeblos ke bahu orang.”

Darrel meletakkan cangkirnya, lalu menatap Fio serius. “Bahuku gak keberatan, kok.”

“Ih!” Fio langsung menutup wajahnya lagi dengan bantal. “Jangan ngomong kayak gitu, nanti aku nangis lagi tapi bukan karena sedih.”

Darrel tertawa kecil, suaranya tenang. “Kalau begitu, nangis aja. Aku sedia bahu dua puluh empat jam.”

Fio menatap Darrel dengan pandangan menyipit. “Rel, kamu tuh ya… kayak gak tahu aja efek kata-kata kamu tuh ke perempuan kayak gimana. Ini aku antara pengen kabur atau pengen...—”

“Pengen apa?”

“Pengen nimpuk kamu pakai bantal!” seru Fio sambil melempar bantal ke arah Darrel.

Bantal itu melayang dan mengenai dada Darrel yang malah tertawa makin lebar. “Lumayan, pagi-pagi udah olahraga.”

Fio mendengus, menahan senyum.

“Duh, ini cowok serius apa emang senyumnya didesain buat ngeselin, sih?” gumamnya pelan.

Darrel bangkit, berjalan mendekat sambil menatapnya penuh arti.

“Kalau bikin kamu senyum aja udah cukup, berarti desainnya berhasil.”

“Rel…” Fio berusaha tetap tegar, tapi matanya mencuri pandang ke arah Darrel. “Jangan manis-manis deh. Aku tuh udah trauma sama cowok baik.”

Bersambung

1
Miu Miu 🍄🐰
kasihan fio ..kamu hrs bahagia fio
Francisca
keren
Ijah Khadijah: Masya Allah... terima kasih kakak
total 1 replies
Ilfa Yarni
iya fio udah menikah suaminya ganteng bak aktor korea tajir pula kenapa km iri ya
Ilfa Yarni
apa rencana pak Arya dan kl mereka pergi krmh ayahnya apa yg akan terjadi kaget pasti mereka fio dapat suami yg kaya raya dan mgkn ayahnya mau ambil kesempatan jg mulai mengannggap fio anknya krn ada maunya
Nety Dina Andriyani
😍
Ilfa Yarni
hahaha pd takut mrk pd darrel tatapannya itu lo bikin orang ga bisa nafas cieee udah saling cinta nih darrel dan fio
Aurel
lanjut 😍😍😍 semangat
Ijah Khadijah: Terima kasih kak
total 1 replies
Miu Miu 🍄🐰
next Thor semgt 😍
Ijah Khadijah: Oke, Kak.
total 1 replies
Nety Dina Andriyani
akhirnya up jg
Ijah Khadijah: Iya kak. HPnya rebutan sama anak🙏
total 1 replies
Nety Dina Andriyani
ayo smangat kak
ditunggu up nya
Nety Dina Andriyani: ditunggu 💪
total 2 replies
Aurel
lanjut 😍😍 semangat
Aurel
lanjut 😍😍😍 semangat
Ilfa Yarni
cieee darrel udah ga dingin lg udah cair eh mang msh ada trauma yg lain ya fio jgn sedih lama2 ya km itu cocok gadis yg ceria
Ilfa Yarni
ooo jadi ceritanya begitu udah ga papa fio ada Farrel dan orangtuanya yg anggap km ank udah ga usah dipikirin suatu saatayahmu pasti sadar klo dia udah salah tetap semangat kuliah ya ada darrel yg bisa bantu km
Ilfa Yarni
getar2 cinta mulai terasa skr udah mau pelukan besok2 ciuman dan trus MP deh tp tar dulu pengen tau apa yg terjadi pd fio msh penasaran banget aku
Kusii Yaati
kok bisa skripsinya fio di ambil saudara tirinya, emang mereka satu kampus 🤔... kayaknya awal" baca nggak ketemu adegan fio ketemu lira di kampus 🤔...jek rak mudeng aq
☘️💮Jasmine 🌸🍀
next Thor 😍💪
Nety Dina Andriyani
lanjutttt
Ijah Khadijah: Siap kak.
total 1 replies
Ilfa Yarni
oooh ternyta fio berantem sayg mamanya lira saudara tirinya mang mereka sekampus apa?
lira jg mencuri bhn skripsinya berarti mrk satu kampus dong ah bingung jg aku blom terlalu jelas masalahnya
Ijah Khadijah: Tunggu kelanjutannya kakak. Terima kasih.
total 1 replies
Dar Pin
penasaran deh Thor ayo lanjut Thor semangat updatenya 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!