"Berapa uang yang harus saya keluarkan untuk membeli satu malam mu?"
Erick Davidson, pria tajir dengan sejuta pesona, hendak menjebak seorang gadis yang bekerja sebagai personal assistan nya, untuk jatuh ke dalam pelukannya.
Elena cempaka, gadis biasa yang memiliki kehidupan flat tiba-tiba seperti di ajak ke roler coster yang membuat hidupnya jungkir balik setelah tuan Erick Davidson yang berkuasa ingin membayar satu malam bersama dirinya dengan alasan pria itu ingin memiliki anak tanpa pernikahan.
Bagaimana kisah cinta mereka? ikuti bersama!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Park alra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GCTE | Bab 28
"Kamu cantik sekali Elen." puji Dea ketika melihat sahabatnya itu yang kini mengenakan kebaya pengantin modern lengkap dengan riasan natural di wajahnya.
Elena membuka mata menatap bayangan diri di cermin yang ada di hadapannya. Hari ini adalah hari yang sangat begitu penting dalam hidupnya. Setelah semua persiapan yang sempurna, tibalah saat ia akan melepas masa lajangnya.
Dea nampak mengusap kristal bening di kedua kelopak matanya, membuat Elena menatapnya dari cermin terpaku. "Kenapa kau menangis Dea?"
Gadis manis itu menggeleng. "Aku pun tak tahu. Hanya saja aku sangat terharu, setelah semua perjuangan mu, akhirnya kau di pinang oleh laki-laki yang akan meratukan mu seumur hidup. Semoga ini yang terbaik ya Elena."
Suasana menjadi haru seketika. Masih membelakangi Dea, Elena menatap wajah sahabatnya itu melalui cermin lalu mengangguk.
"Berhenti lah menangis Dea, atau aku akan menangis juga. Nanti riasan ku rusak," kata Elena dengan cemberut.
"Ahaha, baiklah, baik. Aku tidak akan menangis lagi," balas Dea mengusap air matanya seraya terkekeh.
"Ah, riasan ku juga jadi rusak. Di mana pihak MUA-nya?" Dea menjadi sibuk sendiri dengan urusannya, gadis itu berlalu memanggil salah satu wanita yang tadi sempat meriasnya juga. Membuat Elena tersenyum karena nya.
Melirik kembali penampilannya di cermin. Ia mulai merenung kembali entah kenapa otaknya setiap saat selalu saja mengingat bayangan tentang Erick yang selalu terngiang di dalam sanubarinya. Seakan sudah tertanam di sana.
"Tidak apa-apa Elena ... ini semua demi menjalankan wasiat bunda, kau harus teguhkan hati mu." gumamnya bermonolog guna meyakinkan diri.
Di tempat lain, di sebuah ballroom hotel bintang lima yang terlihat megah terdapat banyak riasan menawan hasil tangan pihak WO terkemuka.
Di ruang rias, Clarissa menatap penampilan nya dengan tersenyum puas, di balut dengan bell- sleeve dress berwarna maroon yang membuat tubuh sintal terlihat melekuk indah dan sedikit belahan di bagian dada mengekspos tulang leher nya yang di hiasi perhiasan mewah, Clarissa tersenyum jemawa berkacak pinggang bak sedang berjalan di atas catwalk.
"Kau terlihat sangat menawan sayang." puji ibu Clarissa yang tiba di belakang nya.
"Thanks mom." Clarissa tersenyum. "Apakah Erickson akan menyukai penampilan ku?"
"Tentu saja. Mommy jamin dia tidak akan berpaling saat menatap mu," ucap nyonya Sandra pada sang putri.
"Aku deg-degan mom."tanpa sadar Clarissa memegang lehernya, ia tak bisa menyembunyikan luapan bahagianya saat ini.
"Santai saja, mommy juga begitu saat di lamar Daddy mu. Rileks, yang sebenarnya membuat mu deg-degan adalah saat akad nanti."
"Oh, aku sudah tidak sabar." Clarissa memejam, membayangkan ia akan menjadi nyonya Davidson yang terhormat.
"Mommy juga tidak sabar bisa berbesan dengan keluarga Davidson juga adalah impian mommy. Ayo sekarang kita keluar, temui semua orang yang sudah menunggu mu."
Clarissa mengangguk, sambil memegang tangan sang ibu ia berjalan menuju pesta yang kini sudah di selenggarakan.
...**...
"Elen, apakah kak Marvin benar-benar tidak akan datang?" tanya Dea sambil tangannya membetulkan riasan di kepala Elena. Masih ada waktu beberapa menit lagi sebelum akad di mulai, calon mempelai pria juga sudah mengabarkan akan segera datang dengan rombongan keluarga.
"Mungkin kak Marvin sibuk. Aku memaklumi dia seorang dokter besar."
"Tapi tetap saja, ini hari pernikahan mu loh. Masa iya dia tidak datang, kalian berdua kan sudah seperti saudara kandung."
"Tidak apa-apa Dea. Yang penting doa dari kak Marvin yang paling penting untuk ku," ucap Elena sambil tersenyum tipis.
Pikirannya berkelana, teringat kembali percakapan tempo hari ia bersama Marvin.
"Kakak kemungkinan tidak bisa datang Elena, i'm really sorry. Kakak di panggil sebagai salah satu dokter relawan untuk masyarakat di pedalaman. Kakak tidak mungkin membatalkan nya."
"Aku tahu kak, tugas kakak lebih penting dari apapun. Aku mengerti."
"Baiklah, terimakasih atas pengertian mu, doa kakak akan selalu menyertai mu, semoga pernikahan mu bahagia dan tidak pernah ada kesedihan di dalam nya."
"Aamiin."
"Kamu tahu Elena. Agar kakak tidak terlambat untuk menyadari perasaan kakak pada mu."
"Maksud kak Marvin?" meski terdengar gumaman Elena masih bisa mendengar ucapan pria itu.
"Tidak apa-apa, hanya angin lewat," ucap Marvin, mengelak.
Elena berusaha mencerna maksud perkataan Marvin. Tapi sampai saat ini ia tak menemukan jawabannya.
"Elen? kau melamun?" Dea menepuk pundaknya membuat Elena tersadar dan kembali ke kenyataan.
"Ah, tidak kok." elaknya.
"Ck, tidak apanya? terlihat jelas begitu," kata Dea. "akhir-akhir ini kau terlihat seringkali melamun seperti sedang banyak pikiran. Senyum dong hari ini kan hari bahagia mu."
Elena menatap Dea dari bayangan cermin di hadapannya lalu lekuk bibir gadis itu tertarik ke atas, membuat Dea mengacungkan jempol untuk nya sambil mengedipkan mata.
Tak lama kemudian, pihak dari WO datang memanggil Elena, membuat tak hanya gadis itu tapi Dea juga menoleh.
"Miss Elena terjadi sesuatu ... " terlihat wajah perwakilan pihak yang mengatur semua jalannya akad itu terlihat pucat raut panik tergambar jelas di wajahnya.
"Ada apa? kenapa kau terlihat cemas begitu?" tanya Dea kemudian saling berpandangan dengan Elena yang juga bingung.
"Tadi kami baru mendapatkan kabar, c- calon pengantin pria, c-calon pengantin pria ... " terbata- bata pria itu bersua.
"Ada apa, ada apa dengan Bagas?!" tanya Elena yang mulai ikut panik. Nampak sesuatu hal yang buruk terjadi.
"Mobil yang membawa calon pengantin pria kesini, mengalami kecelakaan!"
Duar! seperti tersambar petir di siang bolong, Elena terpaku, jantung nya seperti mendadak berhenti setelah mendengar kabar itu.
...***...
Pesta pertunangan yang saat ini sudah ramai di hadiri tamu ekslusif maupun para kerabat dan teman Erick juga Clarissa. Semuanya nampak menikmati minuman juga jamuan perasmanan dengan berbagai menu makanan yang memanjakan lidah.
Di antara riuh riangnya orang-orang, Erick justru terlihat asing di sana. Sesekali ia hanya akan berinteraksi dengan para tamu sejawatnya selebihnya pria itu akan terus diam. Menimbulkan kekecewaan di hati Clarissa yang berdiri sambil menggandeng mesra tangannya.
Tanpa sengaja mata Erick melihat sekumpulan orang yang berdiri seakan sedang membicarakan sesuatu. Seperti ada yang menariknya, ia melepaskan tangan Clarissa lalu berjalan menghampiri sekumpulan orang itu, yang ternyata adalah para pegawainya.
"Pak Erick!" orang-orang itu menghentikan aktivitas mengobrol mereka setelah mendapati Erick yang muncul di sana.
"Pak Presdir ... " semua menunduk hormat padanya.
"Tidak apa-apa, lanjutkan saja, saya hanya melihat- lihat." Erick merasa heran, bukankah mereka semua teman Elena, kenapa tidak ada satupun yang pergi ke pernikahan gadis itu.
"Oh ya, bukankah kalian teman-teman Elena?" tanya Erick iseng juga sedikit penasaran. "Kenapa tidak ada satupun dari kalian yang pergi ke pernikahan nya?"
Wajah para orang-orang di pandangan Erick langsung berubah seketika, seperti kaget dengan pertanyaan nya.
"Kenapa?"
"Mmm begini pak, kami baru saja mendapat kabar dan sedang membicarakan nya. Pernikahan miss Elena tidak jadi di selenggarakan, karena mempelai prianya mengalami kecelakaan."