Bagaimana rasanya di tinggalkan untuk selamanya di hari pernikahan. Hari yang harusnya membuat bahagia, namun itu membuat luka.
Dan gadis cantik itu pun harus menerima cacian dan makian, juga di cap sebagai gadis pembawa sial.
Lalu tiba-tiba, ada seorang laki-laki yang bersedia menikahinya agar membuang kesialan itu. Laki-laki yang tidak dia kenal sama sekali, tiba-tiba menjadi suaminya.
Siapakah Laki-laki itu? Dan bagaimanakah kehidupan rumah tangga mereka? Apakah cinta akan tumbuh di hati mereka?
Simak yuk, hanya di Novel ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurmay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cara Menghadapi Olivia
Kiran terus saja mengigit jari-jarinya, sudah 15 menit berlalu setelah Agra memintanya diam di kamar sementara dia pergi untuk menyusul Olivia.
Walaupun dia tidak terlalu mengetahui sifat asli Agra, namun dengan hanya melihat tatapannya yang tajam pada Olivia, dia sudah membayangkan kalau Agra akan meluapkan amarahnya.
Di lantai bawah, Olivia yang sedang menyeret kopernya seketika berhenti karena Agra sudah berdiri di depannya dengan melipat kedua tangannya di atas perut.
''Ada apa lagi sih! bukannya kamu sedang bermesraan Gra, dengan wanita yang kamu bilang istrimu itu! kenapa malah disini?''
Agra tidak bicara apapun, matanya melirik ke arah koper besar yang sedang Olivia bawa, alisnya mengernyit dan sudah bisa di tebak, gadis manja dan Arogan itu akan menetap disana.
''Mau apa kamu dengan koper sebesar itu?''
''Aku? ya ingin meletakkannya di kamarku lah,'' jawabnya dengan sinis.
''Sejak kapan kamu punya kamar dirumah ku?''
''Agra, kamu jangan bercanda deh, aku lelah ingin segera merebahkan tubuhku. Ini bawakan.'' Olivia menggeser kopernya dan meletakkannya di depan kaki panjang Agra dan dia berlalu begitu saja.
Tapi sebelum ia semakin menjauh, tangan Agra sudah lebih dulu mencekalnya sehingga membuat dia mundur dan kembali pada posisi awalnya. ''Apa lagi sih, Gra...''
''Dasar wanita tidak tahu malu, ikut aku!'' Agra menarik lengan Olivia juga dengan koper besarnya menuju luar rumah. Olivia meringis kesakitan karena cengkraman tangan Agra memang kencang.
''Gra, sakit! lepas!''
Agra terus menariknya sampai ke belakang mobil merah milik dia.
''Buka!'' Olivia diam karena tidak mengerti maksud Agra.
''Buka!!'' ulang Agra yang menaikan nada bicaranya dengan tahap membentak.
Dengan mendengus kesal, Olivia pun akhirnya menekan tombol pada kunci mobilnya yang membuat pintu bagasi terbuka.
Tanpa melepaskan cengkram tangannya pada lengan Olivia, Agra membukanya lebar-lebar pintu bagasi itu dan memasukan koper besar Olivia dengan satu tangan dan sedikit membantingnya. Kemudian memutar ke arah pintu kemudi, membukanya dan memaksa Olivia agar masuk kedalam mobilnya sendiri.
''Agra! apa-apaan sih!''
''Ini rumah ku, bukan hotel ataupun pelayanan umum. Kamu bisa pergi dan mencari tempat yang bisa melayani mu dengan sangat baik!'' Ucap Agra dengan penuh penekanan.
Wajah Olivia sudah memerah karena kesal, dia sudah bersiap untuk kembali keluar dari mobil namun Agra menahan kepalanya dan menutup pintu mobil dengan membantingnya keras-keras.
Olivia membuka kaca mobil, seraya berkata dengan meledak-ledak, ''Agra! kau ini keterlaluan! ini juga rumah ku, bahkan saat kecil kita tinggal bersama disini!''
''Ck, wanita keras kepala! sejak kapan ini menjadi rumah mu! ini adalah rumah ku dengan istriku, gadis yang di dalam itu ada istriku, melihat kau bersikap kurang ajar padanya, apa aku harus membiarkan mu tinggal bersama kami?!''
Agra sudah membalik tubuhnya untuk masuk kedalam rumah namun kembali berbalik lagi.
''Dan, oh ya satu lagi! silahkan kalau kau ingin mengadu pada Papa mu ataupun pada kakek Faris, aku tidak peduli! sekarang kau bisa pergi!''
Agra pun masuk ke dalam rumah meninggalkan Olivia yang masih ada di sana.
''Ini penghinaan!'' Olivia memukul stir mobilnya beberapa kali dan berteriak dengan tertahan. Dia merasa malu karena menerima sikap Agra yang tidak ramah padanya, terlebih lagi kakak sepupunya itu sampai mengusirnya seperti mengusir binatang yang masuk kerumah.
Olivia memandang pintu yang ditutup Agra tadi dengan membantingnya juga. Hatinya merasa sakit, mengingat sikap Agra tidak seperti itu sebelumnya ia menduga kalau gadis yang ada di dalam rumah itulah penyebabnya.
''Sebelumnya Agra selalu diam dan menerima sikap ku, tapi sekarang dia benar-benar berubah, wanita itu! Ck, sial!'' Olivia menginjakkan kakinya pada pedal gas dan pergi dari sana dengan perasaan yang marah dan penuh dendam.
''Dia tidak pernah protes dengan sikap ku, bahkan dia juga tidak pernah keberatan ketika aku memakai pakaiannya, tapi sekarang? hanya ingin bermalam saja tidak boleh, aaakkhhhh!!!'' Olivia terus menggerutu dan berteriak meluapkan emosinya.
Di kamar, Kiran masih harap-harap cemas, karena Agra tidak kunjung kembali. Klik, pintu terbuka, Agra masuk dan Kiran pun segera menghampirinya.
"Mas tidak berbuat apa-apa pada Olivia, kan?"
Agra menangkup wajah Kiran sampai bibir Kiran membentuk mulut ikan. Agra tertawa kecil karena merasa gemas, Cup' mengecupnya singkat dan mengusap kepala Kiran dengan lembutnya.
"Mas?"
"Tidak sayang, Mas kan orang baik, mana mungkin bersikap kasar pada orang apalagi itu seorang wanita," seru Agra yang mendapatkan tatapan mata yang memicing untuknya.
"Mas, aku serius?''
''Mas dua rius,'' canda Agra yang kemudian mengangkat tubuh Kiran dengan tiba-tiba, seperti tidak ada beban, ia mengangkatnya dengan sangat mudah.
"Jangan bahas dia lagi. Emmm ... lebih baik kita sayang-sayangan disini.'' Agra meletakkan tubuh Kiran di atas ranjang dan dia juga ikut merebahkan tubuhnya di sana.
''Sayang...'' Agra memiringkan tubuhnya, tangannya menyangga kepalanya lalu menatap intens pada wajah Kiran.
''Mas jangan sekarang, aku belum mandi,'' Kiran menutup wajahnya sendiri dengan bantal dan tangan Agra menyingkirkannya.
''Ck, Mas hanya ingin meminta di pijat dikepala Mas, sayang. Rasanya sakit sekali karena anak kurang ajar itu,'' ucap Agra yang langsung mengambil posisi nyamannya menunggu tangan Kiran memijat kepalanya.