Ini adalah perjalanan cinta kedua putri kembar Ezar dan Zara.
Arsila Marwah Ezara, si tomboy itu akhirnya berhasil bekerja di sebuah perusahan raksasa yang bermarkas di London, Inggris, HG Corp.
Hari pertama nya bekerja adalah hari tersial sepanjang sejarah hidupnya, namun hari yang menurutnya sial itu, ternyata hari di mana Allah mempertemukan nya dengan takdir cintanya.
Aluna Safa Ezara , si gadis kalem nan menawan akhirnya berhasil menyelesaikan sekolah kedokteran dan sekarang mengabdikan diri untuk masyarakat seperti kedua orang tuanya dan keluarga besar Brawijaya yang memang 90% berprofesi sebagai seorang dokter.
Bagaimana kisah Safa sampai akhirnya berhasil menemukan cinta sejatinya?
Karya kali ini masih berputar di kehidupan kedokteran, walau tidak banyak, karena pada dasarnya, keluarga Brawijaya memang bergelut dengan profesi mulia itu.
Untuk reader yang mulai bosan dengan dunia medis, boleh di skip.🥰🥰
love you all
farala
💗💗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 : Dalang pembatalan
Kejadian menegangkan dan menguras otak akhirnya sampai juga di telinga Safa.
Safa termangu. Tidak pernah terbayangkan sedikit pun olehnya pernikahannya kandas sebelum di mulai.
Marwah duduk di samping sang kakak, memegang tangannya erat . Memberikan kalimat kalimat yang mampu menenangkan jiwa yang sedang kalut.
Hingga, umi Zara datang dan membawakan berita aneh untuk nya.
" Bagaimana, nak?"
" Apa tidak bisa di batalkan saja , umi ? Safa lelah. "
Umi Zara memeluk putrinya dengan sayang.
" Umi tidak akan memaksa. Umi tau perasaan mu. Tapi, sebelum menolak, apa tidak sebaiknya , kalian bertemu dulu?"
" Tidak usah, umi."
Umi Zara menghela nafasnya kasar.
" Baiklah, umi akan menyampaikan penolakan mu."
Umi Zara melangkah pelan.
" Tunggu , umi.."
" Iya , nak?"
" Boleh Afa bertemu umi grandma?"
" Tentu saja. Kamu tunggu di sini, umi panggilkan."
" Arga Osmar Hatcher, dia siapa , mbak? Kenapa dia mau menikahi mbak ? "
" Entahlah, mbak juga tidak tau."
" Dia tidak ada maksud tertentu , kan? "
Safa menggeleng.
Umi grandma muncul di pintu, memberi salam sembari melepas cadarnya.
" Sini..."
Safa mendekat di susul Marwah, keduanya masuk ke dalam pelukan umi grandma.
Di pelukan umi grandma, Safa menangis. Dan umi grandma membiarkan saja hal itu.
Setelah cukup lama dalam situasi haru, Safa akhirnya bisa menguasai dirinya.
" Arhan, tidak di takdirkan untuk mu, nak. Sekuat apapun kamu ataupun Arhan untuk bertahan, sekuat apapun doa mu melangit, tapi jika Allah tidak berkehendak, tetap saja kalian tidak akan bersama. Lihatlah hari ini, Allah memberikan kemurahan hatinya dengan menunjukkan sisi lain dari Arhan, entah apa yang akan terjadi andai kalian benar benar sudah di persatukan dalam sebuah ikatan. "
Safa terdiam.
" Sekarang, di tempat ini, Allah menghadirkan sosok pria yang menunjukkan keseriusannya padamu. Kamu tau bagaimana pendapat umi tentang nya? "
Safa mengangguk. Dan umi grandma tersenyum lebar.
" Dia pria yang baik. Bukan karena dia anak paman Alden, makanya umi memujinya. Tapi memang dia pria yang baik."
Safa menatap umi Aza.
" Apa aku harus menikahinya , umi grandma ?"
Umi grandma tertawa renyah.
" Tidak, jika kamu tidak mau, kami tidak akan memaksa. Tapi maukah kamu mencoba sedikit saran dari umi?"
Safa mengangguk.
" Allah SWT adalah sutradara yang sebenarnya dalam kehidupan setiap umat. Allah yang memegang skenario bagaimana perjalanan hidup setiap umat itu berjalan di muka bumi. Kehadiran Arga, pasti adalah skenario dari Allah untuk mu. Tapi jika kamu tidak yakin, lakukan shalat istikharah, minta petunjuk pada Nya. Dan jika kamu sudah menemukan petunjuk itu, temui umi."
Safa nampak berpikir." Baik umi."
Umi grandma melirik Marwah yang sejak tadi terdiam dan hanya manggut manggut mendengarkan umi grandma berbicara.
" Ara sayang.."
Marwah terkesiap, " Iya umi grandma."
" Ayo ikut umi grandma."
Marwah bangkit, kemudian menatap Safa ." Mbak, semangat.." Ujarnya tersenyum lalu mengikuti langkah umi grandma.
Safa merenung, benar kata umi grandma.
Setelah menenangkan diri, Safa melakukan shalat sunah istikharah.
Umi grandma memasuki sebuah ruangan, di dalam sana, ternyata ada seorang pria yang duduk sembari menautkan jari jemarinya satu sama lain.
Begitu melihat umi dan Marwah masuk, pria itu segera berdiri.
" Duduklah."
Marwah menatap pria asing di depannya.
Tampan? Sangat.
Wajahnya plek ketiplek dengan orang yang sangat dia kenal dan setiap hari membuatnya kesal.
" Aku bingung memanggil mu apa, Arga." Lanjut umi tertawa.
" Senyaman umi saja." Jawabnya ramah.
" Aku memanggil papa mu, paman, berarti harusnya kita berteman. Tapi umur kita terpaut sangat jauh."
Arga tersenyum simpul . " Saya akan tetap memanggil anda, umi. Umi grandma tepatnya."
Mereka tertawa.
Kenapa di ruangan itu hanya ada Arga saja? Ke mana para tetua lainnya?
Itu sengaja di lakukan umi grandma, ada maksud dari tujuannya itu.
Satu jam kemudian, Safa muncul dari balik pintu.
Begitu melihat Safa, netra Arga tidak lagi ke mana mana, dia hanya fokus pada wanita cantik itu.
Dan, umi grandma tidak melihat ke arah Safa melainkan fokus ke Arga.
Umi grandma tersenyum. Safa mengambil posisi duduk tepat di samping umi.
Netra polos itu sungguh memancarkan sebuah cinta yang tulus untuk cucunya.
Tanpa berbicara, umi grandma menganggukkan kepala memberikan kode untuk Safa.
Safa mengerti kode itu. Setelah nya, ia sempat melihat sesaat wajah Arga. Namun anehnya, jantungnya tiba tiba saja berdegup sangat kencang. Dan hal itu tidak pernah dia rasakan bersama Arhan bahkan sampai di hari pernikahannya.
" Apa perlu umi meninggalkan kalian berdua? " Candanya.
Jelas umi tidak akan pernah pergi dan membiarkan Arga hanya berdua dengan cucu nya. Itu karena umi tidak percaya pada lelaki meski sepolos Arga sekalipun .
Arga pun menggeleng. " Tidak perlu, umi." Ujarnya panik.
" Baiklah."
Marwah cekikikan, raut Arga benar benar lucu di mata Marwah.
" Aku pikir dia akan menjawab iya. Atau mungkin dia tahu kalau sedang di jebak..."
Umi mencubit pelan paha Marwah agar membuatnya diam.
Karena detik berikutnya, sebuah lamaran di ajukan Arga untuk Safa.
" Ini pertemuan kita yang kedua. Tapi aku rasa kamu sudah lupa."
Safa bingung. " Pertemuan kedua? Yang pertama nya kapan?" " Ujarnya membatin.
" Maukah kamu menikah dengan ku?" Arga benar benar to the poin.
" Aa...." Safa melongo.
Ini lebih sat set dari pada Arhan. Arhan sudah mengenalnya lama, jadi wajar kalau tiba tiba saja dia mengajukan proposal pernikahan.
Tapi ini, pertemuan mereka singkat dan baru dua kali. Lalu tanpa ragu, dia mengajak menikah.
Apa yang akan di katakan Safa? Bagaimana hasil dari shalat istikharah nya?
*
*
London , Inggris.
Satu minggu yang lalu.
Rowan kehilangan kesabaran. Sulit sekali membujuk Arga untuk tidak merusak kesehatannya.
Putus asa, Rowan akhirnya meminta bantuan opa Alden.
" Ada apa kau menemui ku? Mau minta bantuan? " Cibir opa Alden.
" Saya minta maaf, tuan besar. Kali ini, saya menyerah. "
Opa Alden menghela nafas kasar.
" Apa dia tidak mengurangi rokok dan minumannya?"
" Sekarang justru semakin menjadi-jadi, tuan besar."
" Baiklah, coba kau ceritakan secara detil."
Rowan pun menceritakan kisah cinta Arga . Mau di katakan cinta bertepuk sebelah tangan, mereka tidak benar benar saling mengenal. Mau di katakan cinta di tolak, tidak pernah sekalipun Arga mengungkap perasaan nya.
Opa Alden memijit pelipisnya.
" Lalu apa yang bisa aku bantu? Ku rasa, memang ini cukup sulit, Rowan. Dia tidak pernah jatuh cinta, dan sekarang, dia menyukai wanita yang salah. "
" Apa tuan besar bisa membantu menyingkirkan dokter Arhan? " Rowan bertanya dengan mimik serius.
Opa Alden menggeleng.
" Tidak semudah itu, Rowan. Arhan adalah ponakan dari Arini. mereka masih punya hubungan keluarga. Dan Brawijaya juga sudah menerima pinangannya. Aku tidak bisa berbuat apa apa."
" Tapi, jika saya menyelidiki dokter Arhan dan menemukan sesuatu, maukah tuan besar membantu saya?"
" Mmmm...kau coba saja, tapi aku tidak jamin. Arhan adalah anak yang baik."
" Belum tentu tuan. Saya pasti akan membuat tuan Arga menikahi nona Safa."
" Kamu terlalu optimis , Rowan."
" Itulah kenapa tuan Arga mempekerjakan saya, tuan besar."
Opa Alden tertawa.
Dua hari kemudian, Rowan benar benar membawakan berita di luar prediksi opa Alden.
" Kau benar benar hebat , Rowan. Arga sungguh beruntung memiliki mu di sisinya."
" Terima kasih untuk pujiannya, tuan besar."
" Jadi sekarang, kita ke Singapura ?
" Iya tuan."
" Baiklah, mari kita mengunjungi nya."
...****************...
jangan od pengen deh......langkaaaa
daripada ada gangguan lagi
harus antisipasi za gaaa
kak maaf mau tanya itu kalimat " mengencerkan " emang di buat plesetan atau emang sengaja begitu, kalo emang sengaja nanti aku ikut mengencerkan suasana hati mas Arga yg kepala nya udah nyut²an itu 🤣🤣🤣
pak dewan mau belah duren jadi dipending dulu ni gara" ponakan ma adek tersayang masing"......
bara marwah yang sama-sama heboh pake acara kompak lagi ganggu penganten mau bulan madu😂
semangat ya Arga...
tapi arga gercep banget loohhh, selamat menunggu hari besok