Saat Sora membuka mata, dia terkejut. Dia terbangun di sebuah hutan rindang dan gelap. Ia berjalan berusaha mencari jalan keluar, tapi dia malah melihat sebuah mata berwarna merah di kegelapan. Sora pun berlari menghindarinya.
Disaat Sora sudah mulai kelelahan, dia melihat sesosok pria yang berdiri membelakanginya. "Tolong aku!" tanpa sadar Sora meminta bantuannya.
Pria itu membalikkan badannya, membuat Sora lebih terkejut. Pria itu juga memiliki mata berwarna merah.
Sora mendorongnya menjauh, tapi Pria itu menarik tangannya membuat Sora tidak bisa kabur.
"Lepaskan aku." Sora terus memberontak, tapi pegangan pria itu sangat erat.
"Kau adalah milikku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bbyys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Serangan Monster
Sudah 3 hari berlalu, Ashley dan Javier belum kembali juga. Sora yang tidak bisa bekerja, karena harus menunggu Ashley. Jadi dia membantu pekerjaan Flora, mencuci pakaian.
"Flora, besok apa kau mau menemaniku untuk membeli pakaian?" tanya Sora.
Sesuai perkataan Ashley, gaji pertama akhirnya dia terima. Madam Cyra memberikannya sekantung emas. Uang hasil bekerja sebagai buruh cuci serta tambahan sebagai asisten.
"Tentu saja." jawab Flora.
Sora merasa senang, akhirnya bisa berbelanja. Dia tidak sabar menantikan hari esok.
Keesokan harinya, Sora dan Flora berangkat ke kota. Meminjam kereta kuda milik camp yang memang di khususkan untuk para pekerja.
"Kita akan kemana?" tanya Sora antusias.
Ini pertama kalinya dia pergi ke kota untuk berbelanja. Tempatnya tidak berbeda sejak terakhir kali dia ke sini.
"Ada toko pakaian bagus yang biasanya aku beli." Flora menarik tangan Sora. Berjalan menuju sebuah gang kecil di tepian kota. Melewati beberapa toko, letaknya tidak terlalu jauh.
"Ayo masuk!"
Flora menarik Sora masuk ke dalam sebuah toko kecil. Saat masuk ke dalam, baju-baju berjajar mengisi toko itu. Dari gaun, pakaian berkebun, dress sebawah dengkul, bahkan topi pun juga ada. Isinya lengkap.
"Baju-baju disini lebih murah. Biasanya para pelayan ataupun warga desa suka membelinya ditoko ini. Kau tinggal memilih pakaian yang cocok. Tanpa harus memesan."
Biasanya para warga termasuk bangsawan, mereka harus mengukur dan memesan pakaiannya dulu. Dan itu memakan biaya yang cukup mahal.
"Pilihlah pakaian yang kau suka."
Sora mulai menelusuri rak-rak pakaian. Mencari ukuran yang pas. Karena pakaian disini adalah pakaian siap pakai. Jadi ukurannya tidak banyak. Sebagian besar ukurannya terlalu besar untuknya.
"Sepertinya pakaian ini cocok untukmu."
Flora menunjukan sebuah dress berwarna biru yang sebawah lutut. Ukurannya juga tidak terlalu besar.
"Ini bagus." puji Sora. "Aku akan beli yang ini."
Hari ini Sora membeli 5 buah pakaian. 4 pakaian untuk di pakai sehari-hari. Satunya lagi untuk di pakai bepergian. Siapa tahu Jendral akan mengajaknya pergi ke suatu tempat.
Flora kembali mengajak Sora ke toko lainnya. la mengajaknya ke toko sepatu. Di toko itu Sora harus memesan dulu, karena tidak ada sepatu yang sudah jadi. Biayanya lebih mahal.
Mereka berdua berbelanja cukup banyak. Selain beli baju dan sepatu, Sora juga membeli beberapa kebutuhan lainnya.
"Lelahnya!"
Mereka berdua merebahkan diri di bangku taman. Padahal gangnya terlihat kecil. Baru berjalan sebentar sudah lelah.
"Tunggulah disini, aku mau membeli minuman dulu." ucap Flora. Pergi meninggalkan Sora sendirian bersama barang belanjaannya.
Sora melihat ke sekitar. Padahal ini adalah gang di pinggir kota. Tapi kelihatannya lebih luas dan lengkap daripada pintu masuknya.
Ada banyak toko-toko dengan harga terjangkau bagi para rakyat biasa. Seperti toko pakaian, sepatu, toko buku, perhiasan dan toko kue. Bahkan ada taman yang indah di ujung gangnya.
"Apa ini?" Tiba-tiba tanah bergetar. "Apa gempa bumi?" terka Sora.
Semua orang disekitar merasakan getaran itu juga. Mereka tampak panik serta kebingungan. Getarannya semakin kencang.
"Rawrrrrr ...."
Terdengar auman binatang buas. Suara itu terdengar dari sisi tembok.
"Monster!"
Semua orang berlarian, menjauh dari tempat itu.
"Brak ... brak ... brak ...."
Terdengar suara tubrukan, sepertinya monster itu ingin menghancurkan dinding. Terlihat retakan di dinding, retakannya makin lama makin besar.
"Brakk ...." Akhirnya dindingnya pun roboh.
"Makhluk itu!" ucap Sora ketakutan.
Sora melihat monster besar. Monster berbentuk banteng yang berdiri dengan kedua kakinya. Tingginya sekitar 5 meter.
"Tidak mungkin!" Sora terkejut melihat monster itu. Dia pernah melihatnya di dalam mimpi.
"Banteng Kreta." gumam Sora.
"Monster!"
"Penyihir Hitam!"
Teriak orang-orang, saat melihat seorang berjubah hitam tepat di belakang monster itu.
Seseorang berjubah menutupi hingga kepalanya. la membawa sebuah tongkat panjang. Sepertinya itu tongkat sihir. Semua orang berlarian, tempat itu menjadi kacau balau.
"Ibu ...."
Terlihat seorang gadis kecil yang terpisah dari orang tuanya. la menangis sambil memanggil ibunya.
Monster itu datang mendekat kearah gadis kecil itu. Tanpa pikir panjang Sora langsung menghampiri gadis kecil itu. Menggendongnya menjauh dari monster.
"Anakku!"
Seorang wanita datang menghampiri Sora dan langsung menggendong anak itu dan berlari pergi.
"Serang semuanya! Hancurkan semuanya!" teriak Penyihir.
Dengan tangan monster yang besar, ia menghancurkan semuanya. Bangunan, pepohonan bahkan tanahnya juga.
Beberapa orang tidak bisa menyelamatkan diri. Mereka mati di tangan monster itu.
Para penjaga yang mendapat kabar langsung datang dan menyerang monster dengan pedang mereka.
Sora melihat sebuah cahaya hitam keluar dari tongkat penyihir itu dan diserap oleh monster. Seketika monster itu semakin kuat dan membunuh para penjaga.
Sora hanya terpaku diam ditempat. Tubuhnya gemetar, kakinya lemas.
"Apa yang kau lakukan? Cepat pergi dari sini!" teriak seseorang memperingati Sora.
"Akh!"
Sebelum sempat menggerakkan kakinya, monster itu sudah berdiri di depannya. la melayangkan tangan besarnya dan menggenggam tubuh Sora.
"Sakit ..." rintih Sora. Genggaman monster itu sangat kuat. Tubuhnya terasa remuk di remas olehnya.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa menangkap gadis itu?" teriak Penyihir. "Cepat bunuh gadis itu dan hancurkan kota ini!" perintahnya.
"Gadis ini aneh." sahut Monster dengan suaranya yang berat dan kasar. "Ada energi aneh padanya."
"Energi aneh?" Penyihir itu mengerutkan keningnya tidak mengerti maksud dari monster itu. "Berikan gadis itu kepadaku. Biar aku lihat. Energi apa yang kau maksud."
Monster itu mengulurkan tangannya bermaksud ingin memberikan Sora kepada Penyihir.
"Arghh ...."
Tiba-tiba seseorang datang menyerang, sekali tebasannya bisa membuat tangan monster itu terputus. Darah hitam mengalir dengan derasnya.
Penyihir itu membacakan mantra membuat luka monster itu tertutup, darahnya berhenti mengalir.
"Siapa kau?" tanya Penyihir.
Sora melihat ada seorang pria yang tampak masih muda memegang pedang yang penuh darah.
"Aku adalah seorang malaikat mautmu hari ini." ledek Pria itu. Membuat penyihir itu marah, ia menggertakan giginya kesal.
"Serang bocah itu." Sang penyihir kembali membacakan mantra, memberikan energi hitam ke dalam monster.
Monster berlari ke arah pria itu.
Melayangkan tangan besarnya, gerakan pria itu lebih cepat. la langsung menghindar. Dengan brutalnya monster itu terus menyerang tapi kecepatan Pria itu lebih hebat. la selalu bisa menghindar.
"Ini akhir dari hidupmu."
Tiba-tiba pria itu ada diatas kepala monster, ia menusukkan pedangnya di mata monster itu. Lalu melukai sekujur tubuhnya. Bekas sayatan dimana-mana. Hingga akhirnya ia menusukan pedangnya tepat ke jantung monster itu. Monster itu pun mati.
Penyihir yang sudah kehilangan pelindungnya, mulai panik. la langsung merampalkan mantra bermaksud ingin berteleportasi. Tapi pria itu menghentikannya dan langsung menebas kepalanya. Keduanya pun mati ditangan pria itu.
"Kekuatan serta kecepatannya sangat hebat." ucap Sora kagum.
Sora tidak pernah melihat pertarungan yang sesungguhnya. Apalagi orang yang memiliki kecepatan seperti Pria itu.
"Kau tak apa-apa?" Pria itu datang menghampiri Sora.
Seorang pria yang tingginya sama dengannya. Dilihat dari wajahnya sepertinya umurnya lebih muda.
Seorang bocah yang hebat.
"Aku tak apa-apa." jawab Sora.
"Aku tak pernah melihat orang seceroboh sepertimu. Saat melihat monster semua orang sudah berlarian. Tapi kau malah berdiri diam seperti orang bodoh." Ledeknya.
"Bodoh? Itu karena tadi aku ketakutan dan kakiku lemas. Aku jadi tidak bisa berlari."
"Itu namanya bodoh." ejeknya lagi. "Jika aku tidak datang tepat waktu, mungkin kau sudah mati."
"Huh. Terima kasih." ucap Sora dengan wajah cemberut.
Sora berterima kasih karena ia telah menyelamatkannya. Tapi perkataannya itu sungguh menyebalkan.
"Lain kali jika lihat monster lagi, larilah."
Peringatnya lalu berjalan pergi.
Sora melihat ke sekitar. Banyak mayat berhamburan dimana-mana. Dari pria, wanita bahkan anak-anak ada yang kehilangan nyawa karena penyerangan ini.
'Jadi ini yang dimaksud Myron tentang keberadaan para monster yang meresahkan warga.' batin Sora.
Tidak hanya membunuh banyak orang tapi mereka juga menghancurkan semuanya. Padahal tadinya tempat ini sangat indah dan bersih tapi sekarang benar-benar hancur. Beberapa bangunan runtuh, tanahnya juga hancur.
"Sora!"