Kedatangannya di kota lain dengan niat ingin memberi kejutan pada suaminya yang berulang tahun, namun justru dialah yang mendapat kejutan.
Semuanya berubah setelah ia melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri, suami yang sangat di cintainya menggendong anak kecil dan dan merangkul seorang wanita di sampingnya.
"Siapa wanita itu Mas!" Bentak Anastasya.
"Dia juga istriku." Jawab Damian.
Deg!
Anastasya tersentak kaget, tubuhnya lunglai tak bertenaga hampir saja jatuh di lantai.
"Istri?" Anastasya mengernyitkan keningnya tak percaya.
Hatinya hancur seketika tak bersisa, rasanya sakit dan perih bagai di sayat pisau tajam. Suami yang selama ini dia cintai ternyata memiliki istri di kota lain.
Bagaimana nasib rumah tangganya yang akan datang? Apakah ia mampu mempertahankannya ataukah ia harus melepaskan semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herazhafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gelisah
Damian meninggalkan meja Austin dengan wajah yang memerah menahan Marah. Ia duduk di kursi kemudian mengusap wajahnya dengan kasar.
"Lama skali..? aku sudah sangat kelaparan nungguin kamu." Protes Anastasya.
"Antri." Singkat Damian.
"Ayo makan! Shintia sudah nungguin aku di kantor." Kesal Anastasya.
Anastasya mulai mengambil sendok dan garpunya. Ia mulai menyantap makanannya dengan lahap karena terlalu lapar menunggu.
"Kamu kok nggak makan Mas?" Tanya Anastasya.
Damian yang sedang melamun mengingat kata-kata Austin tidak bisa tenang. Hatinya begitu gelisah saat Austin mengatakan Anastasya akan datang sendiri padanya. Ia sangat mencintai Anastasya dan tidak mau kehilangannya.
"Mas! lamunin apa?" Tanya Anastasya kembali.
"Tidak sayang, ayo makan." Damian tersentak kemudian mengambil sendok dan garpu lalu menikmati makanannya.
"Ini aku sudah makan, makanan ku saja sudah hampir setengah habisnya. Mas lagi mikirin apa?" Tanya Anastasya dengan serius.
"Mikirin kamu sayang..! Kamu harus janji akan selalu bersamaku melalui semua ini." Damian menggenggam tangan Anastasya.
"Kenapa Mas tiba-tiba berkata seperti itu? Apa terjadi sesuatu yang aku nggak tau?" Tanya Anastasya.
"Kamu cukup janji, itu saja." Ujar Damian.
"Maaf Mas, untuk sekarang aku nggak bisa berjanji, tapi kalau untuk berusaha, jujur saja sekarang ini aku sudah berusaha dan berjuang untuk rumah tanggaku.Tapi jika suatu saat yang aku perjuangkan sudah tidak bisa menggenggam ku, mungkin saat itu juga aku menyerah." Jelas Anastasya menarik tangannya kemudian kembali menghabiskan makanannya.
Damian menatap Anastasya dengan sendu. Dia sungguh tidak tega melihat Anastasya seperti ini. Didalam lubuk hatinya yang terdalam, ia ingin menceraikan Kanaya tapi dia juga tidak mau kehilangan Mamanya.
"Maafkan aku Tasya, Aku sangat sayang kamu, aku tidak ingin kehilangan kamu lagi. Jangan pernah meninggalkanku, di saat seperti ini aku sangat membutuhkan mu untuk menghadapi semuanya." Ujar Damian.
Setelah mereka makan, mereka menuju kasir. Damian tidak berhenti menggenggam tangan Anastasya karena ia yakin, Austin pasti memperhatikan mereka. Setelah membayar makanan, mereka keluar dari restoran menuju mobil kemudian kembali ke kantor.
...............
Di meja lain, Austin sedang kesal dengan kehadiran Damian. Belum juga kesalnya hilang ia kembali diperlihatkan dengan tontonan yang menyayat hatinya. Damian dan Anastasya menuju kasir dengan tangan saling menggenggam.
"Brengsek!" Umpat Austin, ia tidak bisa melihat orang lain menyentuh Anastasya meskipun Damian adalah suami Anastasya. Sedangkan dirinya bukan siapa-siapa bagi Anastasya.
"Cemburu bos..? Istri orang tuh!" Ejek Dodi.
"Bagaimana kalo kita ke Club pulang kantor bos! banyak cewek bohai dan seksi yang bisa langsung diajak naik ke ranjang, dari pada hanya menatap istri orang." Ide Jack.
"Dasar otak mesum Lo!" Umpat Dodi.
Austin mendelik kesal menatap Jack, " Kalo Lo bicara sekali lagi, besok nggak usah kerja di kantor gw." Ancam Austin.
"Emang besok nggak kerja bos..! Besok kan hari libur, hehehe." Kekeh Jack merasa menang.
"Sialan Lo!" Austin melempar kentang goreng ke wajah Jack.
"Sudah bos! lupain istri orang. Bagaimana kalo.kita jalan-jalan ke salah satu kampus, pasti banyak tuh gadis yang masih bening, Lo tinggal nunjuk doang, gw yang akan bawa mereka ke hadapan Lo." Ide Jack.
"Ide Lo makin lama makin ngaco! Lo aja sana, gw nggak mau. Yang gw mau Syasya bukan yang lain." Kesal Austin.
.................
Setelah tiba di kantor, Anastasya langsung masuk ke dalam ruangannya. Ia segera memanggil Shintia ke ruangannya dan meminta apa yang dia inginkan.
"Lo sudah dapet yang gw minta kan?" Tanya Anastasya.
"Tenang bos, aman! tinggal di pasang di tempat yang aman. Gw sudah setting semuanya. Gw harap ini bisa membantu kita. Setidaknya Lo juga punya bukti jika mereka nyakitin Lo si dalam rumah." Ujar Shintia.
"Makasih, Shin! Jika nggak ada Lo, mungkin gw benar-benar sendiri di dunia ini." Lirih Anastasya yang mulai meneteskan air mata.
Shintia memeluk Anastasya yang menangis. "Huss... jangan ngomong ngaur, kita itu..." Ucapan Shintia terpotong.
"Iya, kita itu sahabat, Lo sudah anggap gw seperti saudara Lo. Sudah hapal gw dengan kata-kata Lo." Ejek Anastasya.
"Makanya jangan suka merasa sendiri, masih ada gw." Ujar Shintia menghapus air mata Anastasya.
"Jangan nangis, Lo harus kuat dan sabar. Mungkin Tuhan lagi menguji pernikahan Lo. Semoga kalian bisa menemukan jalan yang terbaik untuk masalah kalian." Shintia berusaha menguatkan Anastasya.
"Sekarang ini gw nggak bisa percaya dengan orang lain selain Lo. Simpan rahasia kita meskipun Damian bertanya padamu." Ujar Anastasya.
"Lo tenang aja, rahasia Lo aman di tangan gw. Sudah jangan cengeng, sebentar lagi kita ada meeting. Gw keluar dulu ya? gw harus siapin materinya." Ujar Shintia.
Setelah kepergian Shintia, Anastasya menghapus air matanya. Ia memperbaiki makeup-nya yang hampir luntur agar terlihat fresh saat menghadiri meeting.
Meeting berjalan dengan lancar karena kehadiran Anastasya. Ia begitu semangat untuk mendapatkan proyek yang sedang di perebutkan beberapa perusahaan. Perusahaan Damian ikut seleksi tender proyek pembangunan tempat wisata yang rencananya akan di buat di Bali.
"Terima kasih Ibu Tasya. Kami sangat tertarik dengan kwalitas dan penawaran harga yang Anda berikan. Tapi keputusan tetap di tangan atasan kami. Kami hanya bisa membantu untuk mengikuti tahap seleksi berikutnya dimana semua perusahaan yang telah kami pilih, ikut dalam meeting di kantor pusat." Jelas Tuan Baram.
"Baik Pak Bram, terima kasih, semoga selanjutnya kita bisa bekerja sama dengan baik." Ujar Anastasya.
"Tuan Damian, selamat atas keberhasilannya. Kami tunggu di meeting berikutnya. Saya permisi." Pamit Bram mengulurkan tangannya ke Damian dan Anastasya.
Setelah tuan Bram meninggalkan ruang rapat, Damian langsung memeluk Anastasya di depan semua karyawan. "Sayang....! kita berhasil!" Seru Damian.
"Mas, malu." Anastasya melepaskan pelukan Damian.
"Biar aja, biar mereka juga merasakan kebahagiaan kita." ujar Damian.
Proyek ini adalah proyek terbesar yang Damian dapatkan selama dua tahun terakhir. Selama Anastasya di anggap meninggal, ia tidak terlalu perduli lagi dengan perusahaan. Bahkan beberapa proyek Damian lewati karena enggan mengikuti meeting.
"Terima kasih sayang, kamu memang penyemangatku. I love you." Bisik Damian tidak mau melepaskan pelukannya.
"Mas aku susah bernapas." Lirih Anastasya.
"Hehehe. Maaf sayang, aku terlalu bahagia." Semangat Damian.
"Shintia mana?" Anastasya mencari keberadaan Shintia di dalam ruang meeting ternyata di sana sudah tidak ada karyawan lain selain mereka berdua.
"Nanti malam kita keluar makan malam ya? anggap saja untuk merayakan keberhasilan kita."
"Tapi tendernya belum kita menangkan." Ujar Anastasya.
"Nggak masalah, yang penting kita sudah masuk di rapat terakhir. Dari informasi yang saya dengar, semua yang mengikuti rapat di kantor pusat, pasti akan dapat bagian di proyek itu meskipun hanya proyek kecil. Dan kamu tau nggak, proyek yang kecil itu Anggarannya berapa?" Semangat Damian.
"Berapa?" Tanya Anastasya.
"10 Milyar sayang..!" Seru Damian.
"Kalo begitu ayo kita keluar Mas, Aku capek ini ingin istirahat." Anastasya melangkahkan kakinya menuju ruangannya. Ia mengambilkan tas dan ponselnya menuju ruang kerja Damian.
Damian sedang menyelesaikan sisa pekerjaannya saat Anastasya masuk.
"Masih banyak Mas? perlu aku bantuin nggak?" Tanya Anastasya duduk di kursi depan meja Damian.
"Nggak usah sayang..! kamu tunggu aja, sebentar juga selesai.
Anastasya menunggu selama beberapa menit kemudian mereka pulang dan kembali ke rumah.
.
.
.
Bersambung....
Sahabat Author yang baik ❤️
Jika kalian suka dengan cerita ini, Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏
tendang aja burungnya biar ga BS terbang sekalian . gedeegggggg bgt.
ga mgkn hamil juga lah. kayaknya si Damian mandul. tp ditipu SM Mak Lampir.
gunakan hp, minta tolong Austin kek, atau minta tolong Tirta kek. gedeghhggg