Diumurnya yang ke 27 tahun, Afra belum terpikir untuk menikah apalagi dengan kondisi ekonomi keluarganya yang serba kekurangan. Hingga suatu hari disaat Afra mengikuti pengajian bersama sahabatnya tiba-tiba sebuah lamaran datang pada Afra dari seorang pria yang tidak ia kenal.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apa Afra akan menolak atau mernerima lamaran pria tersebut?
Siapa pria yang melamar Afra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
"Kangen?" tanya Afra yang tanpa sadar membuat pipinya merah.
"Iya, Mas kangen sama kamu. Mau jalan-jalan sebentar, disekitaran hotel aja, di depan hotel kan ada taman," ajak Faiz.
"Boleh, sebentar aku ambil jaket dulu ya," ucap Afra dan diangguki Faiz.
Afra pun masuk ke kamarnya dan mengambil jaketnya, "Ustadzah, saya mau keluar sebentar ya," pamit Afra.
"Iya, Ning hati-hati ya," jawab Ustadzah Tiara dengan senyum menggoda dan Afra pun membalasnya dengan senyum canggungnya.
Afra kekuar dari kamar dan melihat Faiz yang sudah memakai jaket yang tadi Afra berikan, "Ayo," ajak Faiz dan mengulurkan tangannya.
Lalu, Afra membalas uluran tangan tersebut hingga mereka pun saling menggenggam satu sama lain menghilangkan dingin yang menerpa tangan mereka.
Faiz dan Afra memutuskan untuk jalan santai di sekitar hotel, dimana terdapat taman di samping hotel tersebut, bukan hanya mereka berdua saja yang disana. Tapi, beberapa orang juga asik menikmati udara dingin setelah hujan.
"Dingin gak?" tanya Faiz.
"Lumayan sih Mas," jawab Afra.
"Pakai jaketnya Mas biar gak terlalu dingin," ucap Faiz dan hendak membuka jaketnya, namun sefera dihentikan Afra.
"Gak terlalu dingin kok Mas, lagian kalau dibandingkan dnegan dinginnya pondok justru lebih dingin disana, kau disini masih ada panasnya Mas walaupun dingin. Selain itu, aku juga udah terbiasa sama udara dingin disini," ucap Afra.
"Oh iya, besok kamu mau ikut Mas sama yang lain buat latihan di gedung acaranya atau kamu mau di hotel aja?" tanya Faiz.
"Kalau aku keluar ketemu sama Hilya gapapa?" tanya Afra.
"Gapapa, Mas gak akan maksa kamu. Tapi, Mas gak bisa temani kamu soalnya dari pagi besok Mas garus dampingi santri," ucap Faiz.
"Gapapa Mas, lagian aku juga udah tau daerah sini, aki bisa pakai bus kok ke tempat Hilya," ucap Afra.
"Besok pakai taksi aja ya jangan pakai Bus. Kamu kan udah Mas kasih uang sama kartu, jadi kanu harus gunakan iti, kartu itu khusus buat kebutuhan kamu," ucap Faiz.
"Iya Mas, Mas Faiz sering banget loh bilang kayak gitu," ucap Afra.
"Mas cuma mau memastikan kalau kamu menggunakan uang itu, Mas gak mau kamu takut atau gak enak memakainya," ucap Faiz.
"Nanti Afra bakal pakai kartu itu kok," jawab Afra.
"Kamu sudah hubungi Hilya kalau kamu mau datang?" tanya Faiz.
"Belum, rencananya aku mau kasih kejutan buat dia Mas," ucap Afra.
Cukup lama mereka menikmati udara disana hingga tak lama hujan kembali datang dan mau tidak mau, mereka berdua pun harus kembali ke hotel dan istirahat di kamar masing-masing.
.
Keesokan harinya, Afra sudah bersiap untuk pergi, begitupun Faiz dan yang lainnya. Saat ini, Afra sudah berada di luar menunggu taksi yang sudah ia pesan, bertepatan juga Faiz serta rombongan lainnya tengah masuk ke dalam mobil untuk pergi berlatih ke tempat acara diselenggarakannya lomba.
"Kalau ada apa-apa, kamu harus segera kabarin aku ya," ucap Faiz.
"Iya, Mas," jawab Afra.
"Ning, kasih kami semnagat dong biar latihannya semangat," ucap Sofia.
"Buat kalian semuanya semangat ya," ucap Afra.
"Terimakasih Ning," jawab mereka serentak.
Tak lama setelah itu, taksi pesanan Afra pun datang dan akhirnya Afra harus berpisah dnegan rombongan para santri. Taksi yang ditumpangi Afra melaju dengan kecepatan sedang membelah kota A yang begitu sibuk di pagi hari, setelah beberapa saat barulah Afra sampai di sebuah minimarket yang dulu menjadi tempatnya mencari nafkah.
Afra segera keluar dari taksi dan masuk ke dalam minimarket, begitu ia masuk ke dalam minimarket hanya terdapat seorang perempuan yang entahlah Afra tidak kenal, namun dapat Afra pastikan jika perempuan itu adalah pengganti Afra. Afra melangkah menuju kasir dan hendak bertanya mengenai keberadaan Hilya, namun belum sempat ia sampai, ternyata Hilya keluar dari gudang penyimpanan dan melihat Afra.
"Afra," panggil Hilya lalu berlari dan memeluk Afra.
"Kangen banget," ucap Hilya.
"Hilya lepasin dulu, gak bisa napas aku," ucap Afra lalu Hilya pun melepaskan pelukannya yang membelit tubuh Afra.
"Maaf, aku kangen banget tau sama kamu. Mana kamu nikah gak bilang-bilang, tau-tau udah dibawa pulang aja sama suami kamu," ucap Hilya dan Afra hanya tersenyum menanggapinya.
"Gimana kabar kamu?" tanya Afra.
"Alhamdulillah, kamu sendiri gimana? Gus Faiz gak jahat sama kamu kan? kamu betah disana kan?" tanya Hilya.
"Alhamdulillah, aku juga baik-baik aja, Mas Faiz baik banget sama aku, aku betah disana," ucap Afra.
"Alhamdulillah, oh iya. Kamu kok bisa ada disini? kamu kabur?" tanya Hilya.
"Astaghfirullah, ya gak lah. Aku disni soalnya Mas Faiz ada urusan disini," ucap Afra.
"Berapa lama kamu disini?" tanya Hilya.
"Kurang tau juga sih, aku juga mau mengurus beberapa hal soalnya," ucap Afra.
"Oh iya, kenalin ini Fitri. Dia pengganti kamu, dia ini sepupunya Mas Rizky," ucap Hilya dan Afra pun berkenalan dengan Fitri.
"Hari ini aku cuma setengah hari, kalau gitu nanti ayo jalan-jalan sebentar," ajak Hilya.
"Kenapa kamu cuma setengah hari?" tanya Afra.
"Nanti sore aku mau pergi sama Ibunya Mas Rizky," ucap Hilya.
"Kayaknya sebentar lagi aku bakal dapat undangan nih," goda Afra.
"Amin, doakan ya," ucap Hilya.
"Pasti dong," jawab Afra.
"Aku kerja lagi ya, kamu ke rumah kamu dulu atau gimana?" tanya Hilya.
"Aku kayaknya mau ke rumah Mbak Anjar dulu deh," ucap Afra.
"Yaudah, nanti kalau aku udah selesai aku ke rumah Mbak Anjar kalau gitu," ucap Hilya dan diangguki Afra.
Setelah itu, Afra pun pergi ke rumah Mbak Anjar dimana jarak diantara keduanya terbilang cukup dekat bahkan Afra tak sampai 10 menit sudah sampai di rumah Mbak Anjar.
"Assalamualaikum, Mbak Anjar," salam Afra pada rumah yang terbuka itu.
Tak lama setelah itu, seorang perempuan keluar dari rumah lalu berlari menghampiri Afra dan memeluk Afra. "Afra, gue kangen banget," ucap perempuan bernama Anjar itu, dimana Mbak Anjar adalah salah satu teman Afra dan Hilya yang selalu membantu setiap Afra dan Hilya dalam kesusahan.
"Afra juga kangen banget sama Mbak Anjar," ucap Afra.
"Kenapa lo gak ngasih tau gue sih kalau lo udah nikah?" tanya Mbak Anjar dengan melepaskan pelukannya.
"Maaf ya Mbak, aku belum sempat ngasih tau Mbak Anjar," ucap Afra.
"Gue udah tau kok cerita lo sama Gus Faiz, gue juga tau siapa Gus Faiz dan gue setuju banget lo sama Gus faiz," ucap Mbak Anjar.
"Mbak Anjar tau Mas Faiz?" tanya Afra.
"Iya, gue pernah mondok di pondok pesantrennya Kyai Fauzan," ucap Mbak Anjar.
"Kok Afra gak tau," ucap Afra.
"Ya, cuma sebentar. Palingan cuma 5 bulan doang, gue mondok disana, terus gue pindah soalnya gue gak betah mondok dan akhirnya gue pindah ke sekolahan negeri," ucap Mbak Anjar.
"Mbak Anjar kenal dong sama Mas Faiz?" tanya Afra.
"Gue pernah nyatain perasaan gue sama Gus Faiz btw," ucap Mbak Anjar.
.
.
.
Bersambung.....
semangat/Grin//Smirk/