windu pamungkas adalah seorang pria yang menanggung kutukan akibat kesalahan leluhur nya.
dalam perjalanannya dia ditemani kekasih nya ayu Kinasih, mengarungi dunia persilatan sekaligus menyempurnakan kekuatan empat unsur dalam tubuh nya...
mampukah windu pamungkas menghadapi tekanan, musuh yg belum diketahuinya ditambah sebuah organisasi misterius yang selalu membuat kekacauan di dunia persilatan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopugho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hantu kematian
"Ha ha ha...! Siapa sangka kalau berita kehebatan Murid nya si pedang malaikat ternyata bukan isapan jempol belaka!"
Terdengar suara tawa terbahak, ketika windu tengah berdiri tegap memperhatikan lawan-lawannya yang terkapar. Windu pamungkas segera berbalik. Matanya langsung disipitkan ketika melihat seseorang berdiri pada jarak sepuluh langkah, membelakangi cahaya bulan yang mulai tampak samar-samar terhalang awan. Tubuh sosok itu kurus. Rambutnya panjang riap-riapan. Sementara di pinggang kiri dan kanannya masing-masing terselip sebilah pedang dan tongkat pendek. Agaknya, orang ini yang tadi mengeluarkan suara tawa keras.
"Siapa kau, Apakah kau yang menyuruh mereka mengacau di tempat ini"!" Tanya Windu.
Orang itu melangkah mendekati. Kemudian dia berhenti pada jarak lima langkah, sehingga kali ini windu bisa jelas melihat wajahnya yang sedikit pucat dengan kelopak mata cekung
"Namaku Ganda Seta. Namun orang-orang memanggilku dengan sebutan Hantu Kematian!" sahut laki-laki yang menamakan diri Hantu Kematian dingin dengan senyum menggiriskan.
"Hm, Hantu Kematian, Namamu amat menyeramkan, sesuai sepak terjangmu...," gumam windu, datar.
"Ha ha ha...! Bisa jadi sangat tidak berarti dibanding murid pedang malaikat yang amat kesohor. Tapi, apakah arti sebuah nama, Buatku segala urusan harus selesai dengan kematian. Itulah sebabnya, tidak ada seorang pun yang boleh hidup saat berurusan denganku!" tandas si Hantu Kematian sambil menyeringai lebar.
"Lalu apa urusanmu denganku, sehingga malam-malam begini mengganggu orang?" Tanya windu, tetap tenang.
"Ha ha ha...! Hantu Kematian tidak pernah mengenal waktu saat berurusan. Dan aku tidak ingin berbasa-basi denganmu, windu! Serahkan mustika itu. Dan, urusan kira akan selesai!"
"Sudah kuduga...," sahut windu, disertai senyum kecil.
Hantu Kematian mendengus dingin. Matanya mendelik garang, memandang windu pamungkas.
"Bila kau memberikannya padaku dengan jalan baik, maka kau adalah satu-satunya orang yang kubiarkan hidup setelah berurusan denganku!" lanjut Ganda Seta alias Hantu Kematian.
"Soal kematianku bukanlah urusanmu. Dan soal mustika ini juga bukan urusanmu, Hantu Kematian! Benda di tanganku ini harus berada di tangan orang yang benar. Bukan di tangan orang-orang sepertimu!" desis windu tajam.
"Phuih! Kurang ajar...! Heh! Orang lain boleh takut dengan namamu. Tapi si Hantu Kematian akan membuatmu tidak sempat menyesali kesalahan, karena sebentar lagi kau akan menjadi penghuni akherat!" geram Ganda Seta.
Langsung saja si Hantu Kematian melompat menyerang windu dengan pukulan mautnya.
"Uh! Sial...!"
Werrr!
***
Windu Pamungkas terkejut ketika melihat sambaran lidah api yang melesat kencang ke arahnya. Hawa panas menyengat langsung terasa, seperti hendak membakar dirinya. Dari sini windu pamungkas menyadari kalau lawannya tak bisa dianggap main-main. Tanpa basa-basi lagi langsung dimainkannya jurus-jurus dari Pemberian guru nya si pedang malaikat. Dan seketika tubuhnya melenting ke atas menghindari. Namun. Ganda Seta langsung menyusul disertai kibasan senjata di tangannya.
Sring! Yeaaat...!"
"Sial!" dengus Windu kesal.
Hantu Kematian memang bukan hanya nama kosong belaka. Apa yang didengar windu tentang kehebatannya, kini terbukti. Maka Windu tidak bisa bertindak gegabah dengan berusaha menghindar. Bila hal itu dilakukan bukan tidak mungkin dirinya akan celaka!
Kini pedang pendek di tangan Hantu Kematian berkelebatan menyambar leher Windu. Namun sebagai murid pedang malaikat, Windu dengan mudah mendoyongkan tubuhnya ke belakang dan langsung melepaskan tendangan berputar menggunakan kaki kiri.
"Uhhh!"
Cepat bagai kilat, Hantu Kematian terus menjatuhkan diri. Sehingga, tendangan windu luput. Dan tanpa diduga sama sekali, bersamaan dengan itu Ganda Seta mencabut tongkat pendek yang terselip di pinggang. Begitu menjatuhkan diri, Hantu Kematian langsung memecut bulatan kecil pada tongkatnya. Seketika, melesat logam runcing yang dihubungkan rantai kecil. Cepat sekali senjata itu menyambar ke arah dada windu. windu cepat berusaha memiringkan tubuhnya, menghindar. Namun.
Crasss!
"Aaakh!"
windu memiringkan tubuh, berusaha menghindari logam runcing yang melesat cepat. Tapi.... Terlambat! windu yang berusaha memiringkan tubuhnya, terlambat menghindar ketika senjata itu menyambar pinggangnya. Luka itu hanya sedikit saja. Namun, rasanya sakit bukan main disertai hawa panas yang menyengat.
"Ha ha ha...! Umurmu tidak seberapa lagi, windu. Racun yang berada di ujung senjataku itu sangat ampuh dan mematikan. Dan kini racun itu telah mengendap di tubuhmu!" ejek Hantu Kematian disertai tawa meleceh, selah melenking bangkit berdiri.
"Huh!"
Windu Pamungkas mendengus geram. Seketika tangan kanannya bergerak mengusap mata kanan nya.
Sring!
"Heaaat!"
Kini Pedang Pusaka Naga langit yang bersinar biru berkilauan telah tergenggam di tangan windu. Dan disertai teriakan mengguntur, windu meluruk menyerang lawannya.
Hantu Kematian tersentak kaget melihat pamor dahsyat pedang Naga langit. Namun dia cepat menghindar ke sana kemari dengan gerakan gesit. Sama sekali tidak terlihat dia berusaha membalas serangan. Apalagi dia terlalu yakin kalau tidak lama lagi windu pamungkas akan kehabisan tenaga akibat racun yang telah mengendap di tubuh.
Namun kalau saja benar si Hantu Kematian menunggu habisnya tenaga Windu, maka salah besar. Buktinya serangan windu seperti makin berlipat ganda. Bahkan keadaan Hantu Kematian saat ini betul-betul terjepit dan sama sekali tidak mampu berkutik. Pedang Naga langit terus ketat mengurungnya. Kematiannya hanya menunggu waktu saja, saat kulitnya yang pucat semakin pucat saja. Malah sekujur tubuhnya jadi menggigil kedinginan.
'Yeaaa...!"
Wuuut! Ketika pedang Windu berkelebat menyambar leher, Hantu Kematian cepat bagai kilat menjatuhkan diri ke belakang sambil bergulingan. Namun belum juga tubuhnya sempat menyentuh tanah, ujung kaki kanan windu telah menghantam tulang dadanya.
Krek!
"Aaakh...!"
Ganda Seta melenguh tertahan, begitu kaki kanan windu pamungkas menghantam dadanya hingga remuk. Tidak sampai di situ serangan windu. Begitu tubuh Hantu Kematian melayang akibat hantaman kakinya, ujung pedangnya telah berkelebat ke perut.
Crasss!
"Aaa...!"
Tubuh Ganda Seta kontan jatuh berdebuk di tanah tanpa daya, begitu perutnya tersambar Pedang Pusaka Naga langit. Tanpa ada gerakan sedikit pun, tubuh si Hantu Kematian langsung hangus menghitam. Mati mengenaskan!
"Uhhh...!"
Windu mengeluh tertahan. Kepalanya terasa sakit luar biasa. Dan pandangannya berkunang-kunang ketika mendekati kudanya yang tertambat. Tubuhnya panas bukan main seperti terbakar.
"Hitam, Kita pergi dari sini secepatnya. Larilah kau sekuat tenaga ke mana saja...," ucap Wndu lemah, seraya melompat ke punggung kudanya.
"Hieee...!"
Hewan itu meringkik kecil seperti mengerti apa yang dikatakan windu pamungkas. Terlihat keempat kakinya disentak-sentakkan ke tanah untuk menunjukkan kegelisahannya.
"Aku tidak apa-apa. Ayo, mari kita pergi. Akan banyak lagi bahaya yang datang kalau kita berlama-lama di sini...," sahut windu sambil menepuk-nepuk leher kuda hitam tunggangannya.
"Hieee...!"
Hitam kembali meringkik pelan, kemudian berlari cepat meninggalkan tempat itu. Angin malam yang dingin sedikit menyejukkan tubuh windu. Namun, itu tidak mengurangi rasa sakit yang dideritanya. Pandangannya semakin mengabur dan tubuhnya lemah seperti tidak bertenaga.