Arqian Yulandres, seorang CEO muda di perusahaan Yulandres Grup. Ia sosok yang dikenal berwibawa dikalangan pembisnis lainnya.
Viona Adira, gadis berparas cantik yang juga anak dari seorang pengusaha dikota itu bernama Rico Adira, pemilik perusahaan Adira Corp.
Qian diharuskan pulang ke tanah air karna akan diangkat menjadi CEO pengganti sang ayah. Tak disangka kepulangannya ke tanah air bukan hanya karna ia akan diangkat menjadi CEO, namun ternyata orang tuanya telah menyiapkan perjodohan untuknya dengan seorang gadis manis yang memiliki sikap bar bar diatas rata rata.
"Kamu nggak tergoda sama aku mas? Cantik gini masak dianggurin. rugi loh, nanti kalau aku diambil orang gimana?" ucap Vio menggoda sang suami.
"Cih lebay, tiap hari juga kamu 'minta"
Bagaimana kisah selanjutnya? apakah Qian menerima perjodohan itu? nantikan kisahnya di "Cinta Tuan Muda Arogan"
Dilarang plagiat,, Dilarang Hate Komen
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANIVITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagaimana Kalau Hamil?
skipp
skipp
mereka pun melakukan nya beberapa kali,
nafas mereka berdua sama sama tersenggal setelah menyelesaikan permainan nya.
Qian langsung membaringkan tubuhnya disamping sang istri.
ia merengkuh tubuh polos itu kedalam dekapan nya.
"gimana?" tanya Qian sedikit ambigu.
"apa nya yang gimana?" tanya Vio balik.
"ya yang tadi lah"
"yang mana sih mas?" Vio berlagak sok polos.
"gak jadi deh" Qian pasrah
mereka pun tertidur pulas disiang bolong.
"Pi, ini udah jam makan siang lo, kok mereka berdua belum turun sih?" Tanya mami Ara pada sang suami.
"Entahlah, mungkin sedang bermain samurai samurai an" ucap papi Rifqi mengedikan bahunya.
"Masak sih, secepat itu?" Tanya mami Ara.
"Mami kayak nggak pernah muda aja"
Mami Ara pun mengangguk mengerti.
Jam menunjukan pukul 2 siang,
Vio mengerjapkan mata nya bangun.
"Shhh" ringis Vio saat menggerakan tubuhnya.
Area intinya rasa nya begitu sakit, seperti ada yang mengganjal.
Vio menyingkap selimutnya, alangkah terkejutnya ia ketika melihat milik suaminya masih menempel sempurna.
"Mas, bangunn" Vio menggoyang goyangkan tubuh suaminya.
"Hmm" Qian membuka matanya.
"Ahh" desa h Vio kala suaminya menggerakan badannya.
"Mas, lepasin itunya" pinta Vio.
"Kenapa emang?" Tanya Qian sok bodoh.
"Sakit" Vio memberi alasan.
"Benarkah?" Selidik Qian.
Vio mengangguk,
Qian segera melepaskan samurai nya dan segera menggendong istrinya menuju kamar mandi.
"Eh masss"
"Kenapa?"
"Aku bisa jalan sendiri" ucap Vio malu karna suaminya menggendongnya dalam keadaan polos.
"Yakin?" Tanya Qian.
Ia pun menurunkan istrinya dari gendongannya.
"Auhhh" ringis Vio kesakitan saat berdiri.
"Tuh kan aku bilang apa" ucap Qian kembali menggendong istrinya menuju kamar mandi.
"Mas aku malu" ucap Vio saat Qian meletakan tubuhnya di bathtub.
"Tadi aja ngajak nggak malu" batin Qian.
"Lagian aku kan juga udah liat semua, ngapain malu?" Ucap Qian menggoda sang istri.
Merekapun mandi bersama,
Setelah selesai, Qian kembali menggendong sang istri menuju ranjang dan mulai memakaikan pakaian untuk sang istri.
"Mas, gimana nanti kalau aku hamil?" Tanya Vio kaget saat ingat suaminya maupun ia tak menggunakan pencegahan.
"Yah hamil ya tinggal hamil aja, emang mau kenapa?"
"Tapi kamu bakal nerima anak kita kan?" Tanya Vio.
Cetakk
Qian menyentil dahi sang istri lagi,
"Kau kira aku sekejam itu ha?"
"Eumm, aku kan pernah baca novel biasanya kalau perjodohan tokoh cowoknya nggak mau ngakuin anak nya"
"Itu kan novel bukan kehidupan nyata"
"Nah, ini kan juga kehidupan novel mas?"
"Oh iya, aku lupa" Qian menepuk keningnya.
"Jadi nggak papa nih kalau aku hamil?" Vio memastikan sekali lagi.
"Ya nggak papa asalkan anak aku bukan orang lain" celetuk Qian.
Bughh
Vio memukul lengan sang suami
"Emang kamu kira aku apaan?" Sungut Vio berapi api.
"Kamu turun dulu gih, aku suruh maid buat bersihin sprainya" ucap Qian menunjuk sprai yang terkena bercak darah pertanda sang istri masih suci dan beberapa cairan hasil perang samurai mereka.
"Nggak usah mas biar aku aja" tolak Vio karna merasa malu.
"Yakin?" Tanya Qian yang membuat Vio mengangguk.
Vio yang merasa bagian intinya sudah mendingan pun segera mengganti sprai kamar.
"Mas, aku laper" keluh nya.
"Aku panggilin pelayan dulu"
Qian pun memanggil pelayan agar membawakan makanan ke kamarnya.