Ciara lemas setengah mati melihat garis dua pada alat tes kehamilan yang dipegangnya. Nasib begitu kejam, seolah perkosaan itu tak cukup baginya.
Ciara masih berharap Devano mau bertanggung jawab. Sialnya, Devano malah menyuruh Ciara menggugurkan kandungan dan menuduhnya wanita murahan.
Kelam terbayang jelas di mata Ciara. Kemarahan keluarga, rasa malu, kesendirian, dan hancurnya masa depan kini menjadi miliknya. Tak tahan dengan semua itu, Ciara memutuskan meninggalkan sekolah dan keluarganya, pergi jauh tanpa modal cukup untuk menanggung deritanya sendirian.
Di jalanan Ciara bertaruh hidup, hingga bertemu dengan orang-orang baik yang membantunya keluar dari keterpurukan.
Sedangkan Devano, hatinya dikejar-kejar rasa bersalah. Di dalam mimpi-mimpinya, dia didatangi sesosok anak kecil, darah daging yang pernah ditolaknya. Devano stres berat. Dia ingin mencari Ciara untuk memohon maafnya. Tapi, kemana Devano harus mencari? Akankah Ciara sudi menerimanya lagi atau malah akan meludahinya? Apakah Ciara benar membunuh anak mereka?
Apapun risikonya, Devano harus menerima, asalkan dia bisa memohon ampunan dari Ciara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeni Erlinawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menegangkan
Dea menjauhkan tangannya dari perut Ciara dengan rasa khawatir yang tinggi.
"Kak maaf," ucap Dea merasa bersalah.
"Stttt. Ini bukan salah kamu Dea. Sebenarnya pertama Kakak itu udah sakit sejak tadi pagi."
"Eh berarti bukan gara-gara aku benaran kak?" Dea menggelengkan kepalanya sembari mengatur nafasnya.
"Kalau bukan karena aku terus kenapa dong? Atau jangan-jangan Kakak mau lahiran lagi. Ahhh Kakak tahan dulu ya. Aduh gimana nih?" bingung Dea.
"AW sakit," rintih Ciara.
"Aduh gimana arkh Dea pintar dikit kek. Cari pertolongan! ya ampun kenapa gak kepikiran dari tadi nih otak." Kini Dea segera merogoh ponsel miliknya dan mencari kontak Olive karena hanya dialah orang yang saat ini terlintas dalam pikirannya. Setelah bertemu Dea segera menekan ikon telepon dan tak menunggu lama telpon darinya terangkat.
📞 : "Halo," ucap Olive dari sebrang.
"Halo Kak Olive. Kak, Kakak harus kesini sekarang. Darurat!!! Kak Ciara mau lahiran!" Setelah mengucapkan perkatanya tadi Dea langsung menantikan sambungan telepon tanpa menunggu jawaban dari Olive.
Olive yang sekarang tengah meeting di kantor pun langsung menghentikan meeting tersebut dan segera berlari menghampiri mobil miliknya. Bodoamat dengan para karyawannya yang tengah menatapnya dengan penuh pertanyaan diotak mereka.
"Astaga kunci mana ya ampun!" geram Olive sembari mencari keberadaan kunci mobilnya.
"Bu Olive cari kunci mobil?" tanya sekertaris Olive yang tiba-tiba muncul dari belakang dirinya.
"Iya."
"Maaf Bu tapi kunci mobil sudah ditangan kiri ibu sedari tadi." Olive mengangkat tangan kirinya dan benar saja kunci itu tergantung manis di jari telunjuknya.
"Astaga pikun. Btw makasih ya. Kamu tunggu di kantor saja. Aku keluar sebentar," ucap Olive setelah itu ia langsung masuk kedalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan yang lumayan tinggi.
Sedangkan Dea masih dengan heboh mengkhawatirkan keadaan Ciara.
"Ambil nafas." instruksi Dea dan diikuti oleh Ciara.
"Buang," sambungnya.
"Arkh sttt," rintih Ciara.
"Please tahan bentar Kak. Aduh mana sih Kak Olive lama banget," gerutu Dea.
Disela kepanikan mereka, mobil Olive telah sampai didepan rumah Ciara. Dengan khawatir Olive menghampiri Ciara.
"Kamu mau lahiran Ci?" tanya Olive yang malah bertanya dulu tak langsung membantu Ciara segera kerumah sakit.
"Ish Kak Olive. Udah tau Kak Ciara kesakitan gitu masih aja di tanyain. Mau Kak Ciara lahiran atau gak yang penting sekarang kerumah sakit dulu," ucap Dea.
"Hehehe ya maaf. Cuma memastikan tadi tuh. Ya udah kita ke rumah sakit sekarang. Kamu udah bawa keperluan Ciara sama baby kan?" Dea menganggukkan kepalanya.
"Cia kamu bisa jalan sendiri atau mau aku gendong aja?" tanya Olive sok kuat.
"Gak usah Liv. Cukup bantu papah aku aja. Kakiku kram nih," ujar Ciara sembari menahan rasa sakitnya.
Setelah itu Ciara akhirnya dibantu oleh Olive masuk kedalam mobil. Mobil pun kembali membelah jalanan menuju rumah sakit terdekat.
Didalam mobil rasa sakit Ciara semakin parah bahkan tangan Dea yang sedari ia genggam kini berubah menjadi cengkraman. Bukan cuma Ciara saja yang meringis menahan sakit sekarang tapi Dea pun sama karena tangannya seakan-akan ingin dihancurkan oleh Ciara.
"Kak tahan bentar ya please. Ponakan ante jangan keluar dulu ya baby kan gak lucu kalau kamu lahir di mobil," ucap Dea sembari mengelus perut Ciara dengan satu tangannya yang lain.
"Eh bentar. Astaga air ketubannya udah keluar Kak," panik Dea.
"Yang benar kamu De," ucap Olive dari depan.
"Beneran Kak suer deh. Cepetin lagi Kak mobilnya!" teriak Dea dan dituruti oleh Olive.
"Stttt, sakit... Cepetan please," raung Ciara dengan air mata yang sudah mulai membasahi pipinya.
Dea yang sangat sensitif pun ikut menangis melihat perjuangan Ciara saat ini. Sedangkan Olive ia tetap fokus mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Persetanan dengan polisi yang akan menilangnya nanti akibat kebut-kebutan dijalan dan perbacotan para pengendara lain yang protes dengan dirinya. Saat ini yang ia pikirkan hanya segera sampai dirumah sakit dan Ciara segera ditangani tak ada yang lain selain itu.
Setelah menempuh perjalanan yang sangat menegangkan, akhirnya mereka sampai juga di rumah sakit. Olive segera turun dari mobilnya dan berteriak dengan sekuat tenaga.
"SUSTER, TOLONG ADIK SAYA MAU MELAHIRKAN!!!"
Perawat yang mendengar teriakan cetar membahana dari Olive pun segera berlari membawa brankar kearah Olive.
Setelah Ciara berbaring diatas brankar, mereka semua langsung menuju ruang bersalin. Saat sudah sampai, Olive maupun Dea di cegah masuk oleh suster disana. Mau tak mau mereka berdua pun harus menunggu Ciara di luar ruangan dengan harap-harap cemas. Namun mereka yakin jika Ciara kuat dan mereka juga yakin kalau Ciara dan babynya akan selamat.
...*****...
Didalam ruang bersalin saat ini ada seorang wanita muda yang sedang mempertaruhkan nyawanya demi sang buah hati yang selama ini ia tunggu kelahirannya dibantu dengan dokter Anastasya dan juga beberapa suster yang sudah mengelilingi dirinya. Ia tak peduli dengan keadaan dan nasibnya nanti yang terpenting sekarang anaknya terlahir dengan sehat tanpa kekurangan suatu apapun.
"Ambil nafas dan mulai mengejan!" perintah dokter saat proses pembukaan sudah sempurna.
Ciara pun mengikuti setiap arahan dokter Anastasya dan dengan seluruh tenaga yang ia punya pun ia keluarkan saat ini.
...*****...
Sedangkan di New York city. Devano nampak tambah gelisah saja. Bahkan sampai di jam 1 dini hari ia belum juga memejamkan matanya. Keringat dingin selalu keluar didalam tubuhnya.
"Kamu tuh kenapa sih Dev dari tadi gelisah terus pikiran gak tenang. Ya Allah kenapa ini?" gumam Devano. Ia merubah posisi tubuhnya menjadi terduduk dengan bersandar di sandaran ranjangnya.
"Aku gak tau ini kenapa tapi aku mohon jika perasaan ku ini menuju ke seseorang. Aku mohon Tuhan kuatkan dia dan berikan kemudahan bagi dirinya. Jangan berikan dia rasa sakit yang teramat dalam dan lancarkan segala sesuatu yang sedang ia lakukan saat ini," ucap Devano sembari memejamkan matanya.
Kegelisahan tersebut terus berlangsung dan ia selalu saja memanjatkan doa entah buat siapapun yang terikat batin dengannya saat ini. Tak lupa matanya terus tertutup, kepalanya menengada ke langit-langit kamar miliknya.
Sampai akhirnya air matanya keluar begitu saja dan perasaan gelisah tadi seolah-olah menghilang. Karena bertepatan dengan jatuhnya air mata Devano, Ciara berhasil melahirkan darah daging mereka ke dunia.
Devano menghela nafas lega lalu ia membuka matanya dan menghapus air mata yang tadi mengalir di pipinya.
...*****...
Dokter Anastasya yang tadi menangani persalinan Ciara pun akhirnya keluar dengan senyum mengembang.
"Gimana keadaan Ciara dok? Apa dia baik-baik saja? terus babynya juga baik kan Dok?" tanya Olive tanpa titik dan koma.
"Alhamdulillah. Semuanya berjalan dengan lancar. Ibu dan baby selamat. Babynya jagoan, tanpa kekurangan apapun, sangat sehat dan juga sangat tampan. Bu Ciara saat ini tengah pingsan karena kelelahan tapi tak perlu khawatir karena sebentar lagi juga akan sadar. Untuk babynya saat ini tengah dibersihkan oleh suster," jelas dokter Anastasya.
Olive dan juga Dea saat ini sudah bisa bernafas lega dan tak lupa juga mengucap syukur.
"Alhamdulillah ya Allah. Terimakasih ya Dok," ucap Olive dan Dea berbarengan.
"Itu sudah menjadi tugas dan kewajiban saya. Sebentar lagi pasien akan segera dipindahkan ke ruang inap baru bisa dijenguk," tutur dokter Anastasya.
"Baik Dok. Sekali lagi terimakasih."
Dokter Anastasya pun mengangguk, "Kalau begitu saya permisi dulu. Kalau ada apa-apa panggil suster nanti suster akan menyampaikan ke saya kalau tidak anda bisa langsung mencari saya di ruangan saya yang biasanya," pamit dokter Anastasya. Setelah mendapat anggukan dari Olive dan Dea, dokter Anastasya kemudian berlalu pergi.
love you sekebon /Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
kayak mo nggruduk apa gitu serombongan si berat /Smirk//Smirk/