NovelToon NovelToon
Bos Jutek Itu Suamiku

Bos Jutek Itu Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / CEO / Berbaikan
Popularitas:35.1k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Ayra tak pernah menyangka bahwa hidupnya bisa seabsurd ini. Baru saja ia gagal menikah karena sang tunangan-Bima berselingkuh dengan sepupunya sendiri hingga hamil, kini ia harus menghadapi kenyataan lain yang tak kalah mengejutkan: bos barunya adalah Arsal—lelaki dari masa lalunya.

Arsal bukan hanya sekadar atasan baru di tempatnya bekerja, tetapi juga sosok yang pernah melamarnya dulu, namun ia tolak. Dulu, ia menolak dengan alasan prinsip. Sekarang, prinsip itu entah menguap ke mana ketika Arsal tiba-tiba mengumumkan di hadapan keluarganya bahwa Ayra adalah calon istrinya, tepat saat Ayra kepergok keluar dari kamar apartemen Arsal.

Ayra awalnya mengelak. Hingga ketika ia melihat Bima bermesraan dengan Sarah di depan matanya di lorong apartemen, ia malah memilih untuk masuk ke dalam permainan Arsal. Tapi benarkah ini hanya permainan? Atau ada perasaan lama yang perlahan bangkit kembali?

Lantas bagaimana jika ia harus berhadapan dengan sifat jutek dan dingin Arsal setiap hari?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RASA ANEH

Arsal berusaha menahan dirinya untuk tidak protes saat fokus Ayra terus tertuju pada ponselnya. Seharusnya ia tidak mengajak Ayra pergi ke kantor bersama. Hubungan mereka tidak seharmonis layaknya pasangan suami-istri pada umumnya. Namun ia juga tidak bisa membiarkan Ayra berangkat bersama Haikal. Cukup semalam ia mengizinkan Ayra pulang bersama lelaki itu.

Sebenarnya tidak ada yang salah dari hubungan Ayra dan Haikal tersebut. Namun jelas Arsal tidak suka kalau Ayra begitu dekat dengan Haikal atau pun staf kantor lelaki lainnya. Apalagi dengan sikap Ayra yang terlihat menjaga jarak darinya. Itu terlalu pilih kasih.

Bahkan selama perjalanan setelah mengantarkan Kalya, mereka justru bertahan saling diam. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Saat ini mereka sudah dekat dengan kantor.

"Ini saya nggak apa-apa kalau berangkatnya bareng begini?"tanya Ayra tiba-tiba.

Arsal hanya melirik istrinya itu sekilas. Dari sekian banyak pertanyaan mengapa harus pertanyaan tidak bermanfaat seperti itu yang keluar dari mulutnya.

"Kalau orang kantor lihat bukannya akan membuat mereka curiga, ya?" Ayra bersuara lagi.

"Anggap saja ini sama dengan saat kamu berangkat bareng Haikal." jawab Arsal sekenanya.

Suasana hatinya tiba-tiba memburuk karena Ayra yang terkesan tidak suka berangkat ke kantor bersamanya. Lagipula sebenarnya Arsal tidak peduli dengan pendapat orang kantor dengan hubungan mereka. Jadi mau orang-orang di kantor berkomentar apapun itu bukan beban bagi Arsal.

"Tapi kalau bareng Mas Haikal itu tidak akan mengundang perhatian orang kantor. Kami sudah lama bekerja dalam satu divisi yang sama. Jadi bisa dikatakan... ya kami memang terbiasa berada dalam tempat yang sama."

Mendengar Ayra memanggil Haikal dengan sebutan 'Mas', sementara dirinya, Ayra bahkan jarang memanggil namanya membuat Arsal kesal. Apakah Ayra memang tidak bisa melihat dirinya sebagai suami?

Arsal tertawa sinis. "Kamu sedekat itu sama Haikal?" tanyanya dengan nada datar. Sangat berlawanan dengan hatinya.

"Kenapa mempertanyakan itu?" tanya Ayra balik.

"Kamu terlihat akrab sama dia." jawab Arsal masih fokus menyetir. Kini mereka sudah memasuki area kantor.

"Karena udah lama kerja bareng aja makanya terlihat akrab. Sama kamu juga dulunya begitu."

Arsal menoleh. Pandangannya bertemu dengan tatapan Ayra yang kini menatapnya. Perempuan itu tiba-tiba tersenyum canggung.

"Saya aja nggak tahu kenapa hubungan kita harus secanggung ini." kata Ayra. "Padahal dulu kayaknya kita nggak secanggung ini. Aneh kan. Kita suami-istri tapi kayak orang asing yang baru kenal."

Arsal terdiam. Kini mereka sudah berada di parkiran kantor. Namun di antara mereka berdua tidak ada yang akan keluar mobil segera. Lama mereka berdua saling diam. Hingga tiba-tiba Ayra bersuara.

"Saya minta maaf jika penolakan saya dulu menyakiti hati kamu. Saya tahu itu memang menyakitkan. Tapi saya juga nggak mungkin menerima kamu saat itu."

"Tidak usah membahas itu lagi." Arsal benci jika harus mengingat hal itu. Karena itulah, Arsal membenci Ayra dalam waktu yang lama. Bahkan sampai saat ini pun, setiap perkataan menyakitkan itu terus terngiang di kepalanya.

Namun anehnya, semakin perasaan benci itu berada di hatinya, semakin besar pula rasa ingin memiliki perempuan itu. Ia juga tidak memungkiri bahwa beberapa kali rasa tidak nyaman saat melihat Ayra tertawa bersama Haikal dan Bima. Ia membenci kenyataan bahwa Ayra lebih terlihat nyaman bersama Haikal dibandingkan dirinya.

"Saya keluar dulu." kata Ayra lalu mengulurkan tangannya di hadapan Arsal.

Mungkin karena tidak sabar menunggu Arsal, Ayra langsung meraih tangan Arsal dan menciumnya dengan lembut.

"Walaupun kamu masih membenciku. Apapun alasan kamu menikahiku, aku tidak mempunyai alasan untuk mengabaikan peranku sebagai seorang istri." suaranya terdengar lembut. Begitu pula wajahnya. "Saya duluan, ya. Assalamu'alaikum, Pak."

"Wa'alaykumussalam." jawab Arsal datar, padahal ia grogi karena tangannya bersentuhan dengan Ayra.

Setelah itu, Ayra segera keluar dari mobil. Sedangkan Arsal hanya menatap Ayra dari kaca mobil. Dadanya masih berdebar karena sikap lembut Ayra padanya. Tanpa ia sadari, senyum samar muncul di wajahnya.

Tidak menunggu waktu lama, Arsal segera keluar dari mobil. Ia baru saja berjalan beberapa langkah, namun tiba-tiba seseorang menepuk bahunya.

Senyum ramah khas Bima menyapanya. Arsal pun balas tersenyum. Ia harus menyampingkan hubungan masa lalu Bima dan Ayra. Selama Bima tidak mengganggu Ayra, ia akan berusaha profesional ketika berhadapan dengan Bima.

"Wajahnya sumringah sekali, Pak." ucap Bima ramah.

Arsal terhenyak. "Oh iya? Saya kira tidak ada yang berbeda dengan biasanya." jawab Arsal.

"Kali ini wajah anda tidak sekaku biasanya. Terlihat lebih ramah." kata Bima santai, seolah-olah tidak takut bahwa Arsal akan tersinggung dengan ucapan itu.

"Bagaimana persiapannya untuk hari ini, Pak?" tanya Arsal serius. Walaupun itu sebenarnya untuk mengalihkan fokus Bima ke dirinya.

"Lancar, Pak. Ya, seperti biasa, staf di CH sangat bisa diandalkan. Divisi Pak Haikal terutama. Saya sangat terbantu dengan arahan dan masukan dari mereka." Bima terdiam sejenak. Ia tersenyum tipis. "Apalagi bantuan Ayra dalam mengeksekusi ilustrasi bukunya. Sangat sesuai dengan harapan saya."

Arsal merasa bahwa Bima tampak berbeda saat menyebutkan peran Ayra dalam produksi bukunya.

"Syukurlah kalau begitu."

"Baiklah kalau begitu saya langsung ke ruang acara, Pak."

Arsal mengangguk. "Baik. Silahkan."

Sepeninggal Bima, Arsal kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangannya terlebih dulu.

...****************...

Saat yang ditunggu pun tiba. Peringatan Hari Anak yang diisi dengan acara storytelling sebagai acara utama berlangsung dengan meriah.

Ruangan yang didekorasi dengan warna-warna cerah dan balon-balon berwarna pastel semakin menambah suasana ceria. Anak-anak dari berbagai usia duduk rapi di atas karpet warna-warni, mata mereka berbinar penuh antusiasme saat Bima mulai membacakan cerita.

Bima, yang sudah berpengalaman dalam membawakan cerita untuk anak-anak, menyampaikan kisahnya dengan ekspresi yang hidup dan intonasi yang penuh warna. Tangannya sesekali bergerak, memperagakan adegan dalam cerita, membuat anak-anak semakin larut dalam alur yang ia bawakan.

“Lalu, sang burung kecil mengepakkan sayapnya… dan terbang tinggi, menembus awan-awan putih di langit,” ucap Bima dengan suara yang lebih dramatis.

Sontak, beberapa anak kecil berseru kagum.

“Waaah!”

“Seperti burung beneran!”

Sebagian dari mereka bahkan ikut menggerakkan tangan mereka seolah-olah sedang terbang seperti burung dalam cerita. Gelak tawa kecil terdengar dari sudut-sudut ruangan.

Berbeda dari kebanyakan pimpinan, Arsal justru duduk tenang di kursi paling belakang dengan tangan terlipat di dada. Ia mengamati jalannya acara dengan ekspresi datar, tetapi tatapannya sesekali tertuju pada Ayra yang sedang sibuk di pojok ruangan.

Perempuan itu sedang sibuk bersama Riana dan Haikal menyiapkan hadiah untuk anak-anak.

Ayra terlihat cekatan, membungkus beberapa buku anak-anak dengan pita warna-warni. Sesekali, ia tertawa kecil saat berbincang dengan Riana, atau melirik ke arah panggung ketika cerita yang dibawakan Bima semakin seru.

Haikal, yang berdiri di sebelahnya, sesekali bercanda dengan Riana, membuat suasana di sekitar mereka terasa ringan dan menyenangkan.

Arsal mendesah pelan. Bayangan senyum lembut Ayra pagi tadi membuatnya tidak tenang.

Matanya kembali ke arah panggung. Gelak tawa anak-anak yang hadir kembali terdengar. Arsal akui, Bima memang memiliki bakat bercerita.

Arsal mengalihkan pandangannya lagi ke Ayra. Gadis itu masih sibuk dengan hadiah-hadiah untuk anak-anak. Melihatnya begitu fokus dalam acara ini membuat perasaan aneh menjalar di benaknya.

Entah sejak kapan, perhatiannya mulai terarah kembali pada perempuan itu.

Arsal menghela napasnya. Apakah rasa cintanya pada Ayra kembali hadir dan menutupi rasa bencinya pada perempuan itu?

1
Alfatihah
berasa gak up Thor ....kuranggggg
mesti tiap epis. bikin penasaran
lanjuttttt Thor 💪💪💪
Alfatihah
up donk Thor dah lama looo
Erni Zahra76
aahhhaaayyyy...lanjut thor bikin bucin keduanya💪💪
Alfatihah
bikin meleleh ...mleot hihihi ayra jail bgt

lanjut thor
Alfatihah
lanjuttttt
emil ninda
novel ini bagus Lo tp kok peminat nya sedikit ya
Edelweis Namira: Pendatang baru kak. Terima kasih yaa
total 1 replies
Alfatihah
adohhhh gak ISO turu Iki mri up... tanggung jawab thorrr kecanduan Karo karyamu thorrr....semangattttt
Edelweis Namira: terima kasih ya
total 1 replies
Khanza Via
lanjut kak... double up
Alfatihah
haduhhhhh tambah penisirin ini thorrrrt...lanjuttttt
Alfatihah
mantullll jadi obong2an wkwkwk
Erni Zahra76
up lg thor
Erni Zahra76
makanya jd laki yg tegas mn istri dan mn adik ipar hrs bs membatasi...lanjut thor jgn lm2 upnya🙏
Edelweis Namira: Iya marahin aja itu si Arsal
total 1 replies
Khanza Via
double up kak
Edelweis Namira: Jangan lupa selalu komen ya. Gak hanya komen up aja. Hehehe
total 1 replies
Khanza Via
up tiap hari kak
Alfatihah
lama banget nunggu up nyaaaaaa...g berasa upppppp nyaaaaaaa... bagus banget ceritanya kak beneran deh
Fitriana Yusuf
awal nikah jg gini... punya suami kaku dan dingin... ya Allah kok serba canggung 😅
Edelweis Namira: Iya bener
total 1 replies
Alfatihah
lanjutttkan
Erni Zahra76
lanjut lg thor
Alfatihah
bagus bangetttt
Alfatihah
berasa gak up...cepet banget abisnya ... semangat ya kak up y... minimal 1x sehari hehe nglunjak maaffff ....karyamu bagus banget kakkkk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!