Novel kedua author ❤️
Bacaan Romantis komedi. Awas senyum-senyum nggak jelas!!! Penuh keuwuan dan kebucinan.
Kimmora, gadis jutek yang sangat benci diatur, tiba-tiba terbangun dari pingsan dan harus menikahi laki-laki yang merupakan anak dari sopir papanya. Kimmy yang cantik dan kaya, tak ingin dunia tahu jika dia sudah menikah, apalagi Arsen jelas tidak selevel dengannya. Saat Kimmy masih membenci suaminya, cinta dari pria lain datang menghampirinya. Mampukah Arsen membuat Kimmy bertahan dan mencintainya?
Ketika mereka baru merasakan indahnya pernikahan, fakta masa lalu mereka mulai terungkap. Siapakah Kimmy dan Arsen yang sebenarnya?
follow ig penulis: @ittaharuka
Selamat membaca Sayang-sayangnya Kimmy-Arsen 😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
Arsen terkejut saat melihatku, tetapi kami hanya saling diam. Aku tidak punya hak untuk melarang mereka, karena aku pun melakukan hal yang sama. Biarlah, Arsen mungkin akan bahagia bersama Yumna, sebab di antara mereka aku lah orang ketiganya.
Saat Arsen mulai mengganti bajunya, Yumna menghampiriku. Gadis itu membiarkan rambut sebahunya tergerai. Sangat cantik dan anggun.
“Hai, kamu di sini juga?” sapanya padaku.
Gadis itu mengambil duduk dua bangku di sampingku.
“Iya, baru datang kok.” Aku menyibakkan rambut ke belakang, supaya dia tahu, aku juga cantik.
“Kamu di sini sama Dion?”
“Iya, kamu sama Arsen?”
“Kamu panggil ‘Arsen’ aja, nggak pake Kak?”
Mendadak aku bingung dengan pertanyaan Yumna. Selama ini, aku memang tak pernah memanggil Arsen dengan sapaan seperti itu, apalagi setelah dia menikahiku.
“Maksud aku, Kak Yumna ke sini sama Kak Arsen?” ulangku.
Yumna tertawa dengan anggun, tangan kanannya menutup mulutnya yang sedang tertawa.
Aku menggaruk pelan kepalaku saat menyaksikan tingkah Yumna.
“Kamu lucu ya ternyata.”
Kami pun mulai berbincang santai. Yumna orangnya ramah, dan mudah diajak berteman.
Saat kami asyik mengobrol, ponsel dalam genggamanku bergetar.
ARSEN
Aku menoleh ke kanan-kiri mencari keberadaan Arsen yang entah ada apa tiba-tiba meneleponku. Ternyata, Arsen ada di kejauhan dan sedang memandang ke arah kami. Daripada penasaran, aku pun menjawab panggilannya.
“Jangan berpikiran aneh-aneh ya, kebetulan tadi aku sama dia ada keperluan, terus dia maksa pengen ikut ke sini,” kata Arsen.
Arsen langsung memberikan klarifikasi tanpa aku minta. Apa Arsen memang tidak ingin ada kesalahpahaman antara aku dan dia.
“Kenapa kamu jelasin, aku kan nggak nanya?” tanyaku.
“Karena aku tidak ingin istriku salah paham, jangan berantem ya sama dia, nanti aku berantem loh sama pa-car ka-mu.” Arsen memberi penegasan pada kata pacar kamu.
“Oh iya, kamu kan sama pacar kamu juga, aku kira kamu kerja hari ini,” sindirku..
“Hari ini aku libur, aku pengen awasin istriku sama pacarnya.”
Arsen langsung memutus panggilan teleponnya, dan aku menatap kesal pada layar ponselku sendiri.
“Kamu kenapa?” tanya Yumna.
“Nggak kenapa-napa, Kak. Temen aku kayaknya lagi iseng dia,” jawabku yang kemudian meletakkan ponsel ke dalam tas.
“Aku nitip tas ya.” Arsen menghampiri kami, lalu meletakkan tasnya di kursi antara aku dan Yumna.
“Iya Arsen, semangat ya, aku tunggu sini.” Yumna tersenyum pada Arsen yang masih berdiri, sementara Arsen memandangku sejenak lalu pergi menghampiri teman-temannya.
Sementara kaum adam tengah mencetak keringat mereka, aku dan Yumna lebih pilih mengobrol daripada memperhatikan mereka yang sibuk berebut bola.
Dari Yumna, aku tahu bahwa mereka berpacaran semenjak Arsen masuk ke kampus, dan saat itu Yumna adalah senior Arsen di kampus. Yumna banyak cerita tentang kisahnya bersama Arsen, dia begitu terbuka. Namun, hatiku kembali terluka mendengarnya. Bayangan foto-foto mesrah mereka dalam unggahan instagram Yumna, berputar-putar dalam pikiranku setiap kali Yumna menceritakan kisah mereka.
Hatiku terasa sakit, tapi lagi-lagi aku berusaha menghilangkan pikiranku itu. Aku melihat Dion yang sedang tersenyum padaku, dan sialnya Arsen ikut memandangku di belakang Dion. Mereka berdua benar-benar mengacaukan perasaanku secara bersama-sama.
Setelah selesai bermain, para laki-laki itu menghampiriku dan Yumna yang masih duduk di tepi lapangan futsal. Teman-teman Arsen dan Dion itu terlihat sangat akrab dengan Yumna. Pasti Yumna sering menemani Arsen main futsal.
“Gimana? Masih badmood?” tanya Dion yang kini duduk di bawah, di hadapanku.
“Lumayan seru kok,” jawabku.
“So, mau pulang atau kemana nih?” tanya Dion.
“Jangan pulang dong, kita double date yuk!” ajak Yumna.
“Oke aja sih, kamu gimana, mau nggak?” Dion menatapku.
Kencan bersama Arsen dan Yumna, bukan ide buruk sebenarnya. Aku menatap Arsen, ingin tahu apa tanggapan dari laki-laki yang menjadi suamiku itu.
“Aku juga setuju.” Arsen ikut memberi pendapatnya.
“Oke siapa takut,” jawabku.
Kami berempat pun memutuskan untuk nonton ke bioskop, setelah Arsen dan Dion berganti pakaian.
Sialnya, karena ego dan harga diriku yang tinggi, aku ikut menyetujui saat Yumna mengusulkan untuk menonton film horor. Padahal, demi apapun yang namanya setan, mau nyata ataupun film, aku tidak pernah punya nyali untuk melihatnya.
Arsen membeli tiket masuk, sedangkan Dion membeli camilan untuk kami. Aku dan Yumna menunggu di kursi tunggu sembari menghilangkan rasa gugupku.
Setelah pintu terbuka dan kami berempat masuk, ternyata aku duduk di antara Dion dan Arsen, sedangkan Arsen berada di tengah antara aku dan Yumna. Benar-benar cerdik ternyata otaknya Arsen.
Lima menit awal saat film dimulai, aku masih merasa tenang. Awalnya aku rasa film yang kami tonton tidak akan se-menakutkan yang aku pikir. Namun, ternyata saat hantu di film itu muncul, secara reflek aku berteriak ketakuatan. Kedua tanganku menutup wajahku dengan sempurna.
“Kimmy, kamu baik-baik saja?” tanya Dion.
Aku masih belum berani membuka mataku.
“Iya, aku baik-baik saja kok,” jawabku.
“Hantunya udah nggak ada,” bisik Arsen tepat di telingaku.
Aku langsung membuka mata, dan benar saja, hantu yang tadi begitu menyeramkan sudah tidak ada lagi di layar lebar.
“Kalau kamu takut, kita bisa pulang aja,” ajak Dion.
Pacarku itu terlihat begitu khawatir denganku, tapi aku pasti malu jika keluar dari bioskop saat belum ada sepuluh menit layar diputar.
“Kalau kamu nggak mulai berani dari sekarang, mau sampai kapan kamu terus merasa ketakutan,” bisik Arsen.
Entah apa yang dimaksudnya, tapi aku jadi yakin untuk membuktikan pada Arsen bahwa aku bukan penakut. Meski sebenarnya aku sangat takut.
“Nggak, Kak. Aku masih mau nonton” jawabku.
Dion tersenyum, lalu mengusap rambutku. Kami pun kembali fokus pada layar lebar di hadapan kami.
Beberapa saat kemudian, hantu yang sama kembali muncul di layar. Namun, kali ini Arsen langsung memelukku saat aku menyembunyikan wajah ke hadapan Arsen.
Rasanya aku benar-benar tidak sanggup menonton film horor lagi, tapi dekapan Arsen mampu menghilangkan rasa takut di hatiku. Aku semakin membenamkan wajahku di dada Arsen, dan laki-laki itu semakin mengeratkan pelukannya.
“Kimmy, Arsen. Kalian sedang apa?”
🌹🌹🌹
Sedang apa? Sedang pelukan lah, masa nggak ngerti. Hayo-hayo apa akan ada perang dunia setelah ini?
Okay, gimana? Makin suka apa makin bosan? Semoga sih makin suka ya. Kalau nggak, aku cari dukun nih biar kalian selalu suka sama ceritanya.
Jangan lupa kalau suka, ritual jejaknya dulu. Like, Komen, Vote, dan Hadiah 😍😍😍😍
Like dan Komen itu gratis loh dan pasti aku balas satu persatu 🤭🤭🤭
Okay, See You again Gengs, sayang-sayangnya Kimmy & Arsen.