"Aku akan berusaha melawan badai yang akan menerpaku kapanpun itu. Aku siap menerima serangan badai yang besar sekalipun. Aku tidak takut kepada besarnya badai, aku tidak gentar terhadap ganasnya badai. Aku juga tidak akan menyerah walau badai itu terus menggulungku. Aku akan berusaha berdiri di atas badai itu. Aku akan menghadapi badai itu. Aku akan melawan badai itu. Aku akan menari diatas badai itu pula. Hingga pada akhirnya, badai itu bisa menyatu dengan diriku. Aku adalah badai dan badai adalah aku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nnot Senssei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rapat Kekaisaran
Upacara kremasi Kaisar Wei Lhuo akhirnya selesai. Rakyat mulai meninggalkan Istana Kekaisaran satu-persatu. Walau hati mereka masih perih atas semua ini, tapi mereka sadar bahwa nanti mereka pun akan seperti Kaisar.
Matahari yang sedari tadi tertutup awan hitam mulai terbuka secara perlahan. Suara binatang-binatang liar yang tadinya sepi mulai ramai kembali.
Seolah mereka tahu tentang kesedihan yang dirasakan oleh semua orang. Binatang-binatang itu seperti berusaha untuk menghibur orang-orang disana dengan cara mereka sendiri. Tak terkecuali alam, walaupun matahari bersinar terang saat ini, tapi alam memberikan udara sejuk yang menenangkan jiwa.
Jika sebelum sampai berjalannya upacara kreami Kaisar langit dan bumi nampak berduka. Sekarang mereka semua nampak berusaha menghibur orang-orang dengan caranya sendiri supaya menghilangkan duka, lalu mendatangkan gembira.
Suasana di dalam Istana Kekaisaran masih sangat berbeda. Sungguh, suasana ini begitu canggung. Terlihat kursi mewah yang biasa di duduki oleh sang Kaisar kini telah kosong. Sang pemilik pergi meninggalkannya tanpa pamit.
Permaisuri masih terlihat bersedih saat dia memandang kursi mewah yang biasa ditempati suami tercintanya itu. Dia langsung berlari menuju kamarnya saat bayangan suami tercinta mulai terlihat di kursinya.
###
Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa seminggu sudah berlalu semenjak kepergian Kaisar. Para petinggi Istana Kekaisaran menggelar rapat untuk melantik Wei An sebagai penerus dari ayahnya. Maklum, anak-anak Kaisar tidak gila harta dan jabatan. Jadi tidak ada konflik seperti yang sering terjadi pada wilayah lain.
Mereka di didik dengan sangat baik, sehingga ketika dewasa mereka menjadi pemuda yang diimpikan oleh semua wanita, bahkan para orang tua berharap kelak anaknya bisa menjadi seperti Wei An dan Wei Li.
Semua keluarga Kaisar dikenal sangat dekat dengan rakyatnya. Termasuk anak-anak mereka. Mereka tidak merasa sombong dan malu saat dijalan bertemu dengan rakyat yang sekedar ingin bersalaman dengannya. Walaupun kedudukannya berbeda jauh bagai langit dan bumi, tapi bagi mereka setiap orang sama, hanya kedudukan yang membedakannya.
Didalam ruangan rapat terlihat ada Permaisuri Mu Rong, Wei An, Wei Li, Penasihat Mu, dan para petinggi yang lainnnya. Termasuk para kepala tetua aliansi pun turut mengikuti rapat itu. Hanya Shin Shui yang tidak berada disana. Selain belum dikenal jauh, alasan Shin Shui tidak diundang karena dia merupakan orang luar yang belum mereka ketahui secara rinci.
Walaupun waktu sudah berjalan satu minggu, tapi raut wajah Permaisuri masih nampak sedih. Wajah cantik bagaikan seorang dewi yang begitu menawan dipadukan dengan wajah sedih. Rasanya, dia belum terbiasa hidup tanpa suaminya. Tapi dia akan mencoba membiasakannya.
"Penasihat Mu, sampai kapan kursi Kaisar akan dibiarkan kosong?" tanya Permaisuri Mu Rong membuka percakapan.
"Yang jelas jangan terlalu lama. Sebab, jika dibiarkan terlalu lama bisa saja akan menjadi bencana kembali untuk kita saat ini," jawab penasihat Mu.
"Menurut Anda, kapan waktu yang tepat untuk melantik An'er menjadi penerus mendiang suamiku?" tanya Permaisuri kepada Penasihat Mu Ying.
"Menurut hamba lebih cepat lebih baik. Karena kita tidak boleh membiarkan posisi Kaisar kosong dalam waktu yang lama. Keadaan ini bisa saja menarik lebih banyak perhatian orang yang berniat mengambil alih kekuasaan. Menurut hamba tiga hari lagi adalah waktu yang tepat, sehingga kita bisa menyiapkan semuanya dari sekarang," kata Penasihat Mu.
"Hemmm … baiklah, aku akan mengikuti usulanmu." jawab Permaisuri.
"Apakah semuanya setuju atas apa yang diusulkan Penasihat Mu?" tanya Permaisuri kepada semua yang hadir.
"Kami semua setuju," jawab mereka serempak.
"Li'er, apakah kau bisa menerima kenyataan ini bahwa kakamu akan menjadi penerus ayahanda menjadi seorang Kaisar?" tanya Permaisuri kepada Wei Li.
"Aku sangat menerima ibunda. An'gege jelas lebih pantas daripada aku. Aku yakin An'gege sudah bisa memimpin dengan baik sebagaimana mendiang ayahanda. Aku akan terus mendukungnya." jawab Wei Li.
Mendengar jawaban itu, Permaisuri dan yang lainnya tersenyum bangga. Selain menuruti peraturan yang ada, sangat jelas bahwa dari perkataan Wei Li tidak ada rasa dendam dihati kepada kakaknya.
semoga utk cerita2 lain penulis bisa insaf 🤣🤣🤣
kasian Thor membuat cerita seperti ini 🤣🤣🤣
katanya belajar dan mencontoh Kho Ping Ho,,,, jaaaaauuuuhhh thor