Ketika semua hanya bisa di selesai dengan uang. Yang membuat ia melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan uang, juga termasuk menju*l tubuhnya sendiri.
Tidak mudah menjadi seorang ibu tunggal. di tengah kerasnya sebuah kehidupan yang semakin padat akan ekonomi yang semakin meningkat.
Ketika terkuaknya kebenaran jati diri putrinya. apakah semua akan baik-baik saja? atau mungkin akan bertambah buruk?
Ikuti kisahnya dalam. Ranjang Penyelesaian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menggodanya
"Dia anak..."
Drrt drrt drrt
Seseorang menghubungi ponsel Dave. Sehingga Aulia tidak melanjutkan ucapannya.
"Hello," jawab Dave.
"Tuan, saya sudah mendapat informasi baru tentang Wili, Tuan," ujar Lu.
"Apa?" Tanya Dave.
"Ternyata, Wili masih hidup," jelas Lu yang ternyata baru saja mendapat informasi yang membuat mereka semua terkaget.
Selama ini mereka mengira kalau Wili sudah tewas sewaktu terjadinya kecelakaan 6 tahun yang lalu.
"Apa!" Kaget Dave.
"Iya, Tuan."
"Tunggu saya di sana. Saya akan segera ke sana."
"Baik, Tuan."
Tit
Dave melihat Aulia. "Kita bahas itu nanti saja. Aku harus segera pergi." Dave baru mau keluar dari ruangannya.
Aulia hanya bisa diam memandangi punggung belakang pria itu.
Terlihat Aulia menarik nafas berat. "Padahal untuk mengatakan kebenaran sebenarnya sangat mudah. Namun kenapa tiba-tiba terasa jadi sulit?" Gumam Aulia.
Aulia berniat ingin keluar dari ruangan Dave. Namun tiba-tiba ponselnya juga berdering.
Aulia segera mengangkat panggilan tidak bernama.
"Hello?" Kedua alis wanita itu mengerut karena merasa asing dengan nomor ponsel yang menghubunginya.
"Hay, Ratuku. Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja?" Tanya pria dari seberang panggilan.
Aulia mengulas senyuman indah di wajah saat menyadari siapa yang baru saja menghubunginya.
"Aku tidak melihat wajah mu, tapi aku tahu kau pasti sedang tersenyum," goda Vegam.
Vegam ternyata memakai nomor ponsel baru, bukan nomor ponsel yang pernah ia berikan pada Aulia tempo hari.
Wajah Aulia tiba-tiba bersemu merah saat mendengar godaan Vegam yang ternyata benar.
"Untuk apa kau menghubungiku? Dan, di mana kau mendapat nomor ponselku?" Aulia tidak ingin meladeni Vegam yang pasti akan bertambah menggodanya.
"Memang apa yang tidak bisa aku temukan tentang mu? Bukankah cinta bisa membuat orang gila? Sepertinya, aku juga sudah mulai tidak waras karena mau mencari sesuatu yang tidak menguntungkan saldo ku sama sekali," ucap Vegam ternyata masih menggoda Aulia tentu dengan senyuman khas pria itu di balik panggilan.
"Bagus lah kalau kau sadar. Aku juga rasa begitu, karena mana ada orang waras yang menggoda istri orang," sindir Aulia.
"Buahahahahaha." Vegam tertawa terbahak mendengar sindiran Aulia.
"Tapi kau menikmatinya kan?" Ucap Vegam di sisa tawanya.
"Tidak waras." Aulia menutup panggilan tak ingin meladeni Vegam.
Namun tidak bisa di pungkiri, dia juga justru tersenyum-senyum sendiri mengingat pria itu.
"Sepertinya aku juga sudah mulai tidak waras karena pria gila itu." Gumam Aulia masuk ke dalam kamarnya.
"Bos, bagaimana dengan wanita itu?" Tanya Alex orang kepercayaan Vegam sesuai Vegam menghubungi Aulia.
Alex juga memandang Vegam aneh karena sikap Bos-nya yang bisa tertawa terbahak-bahak seperti saat dia menghubungi Aulia tadi.
"Bunuh saja dia," jawab Vegam berdiri merapih kan pakaiannya.
"Tapi, Bos. Kalau kita membunuh wanita itu, bagaimana dengan suaminya?"
"Kau menikah saja dengan suaminya," jawab Vegam melangkah panjang di susul Alex yang terlihat jengkel menghadapi Bos-nya kadang suka rada semenjak bertemu Aulia.
"Saya masih suka wanita, Bos. Saya juga belum mengganti kelamin," ujar Alex tetap memilih bersabar dengan raut wajah datar.
Dasar Bos sinting. Batin Alex.
"Perangkap dia membuka kedoknya sendiri," perintah Vegam serius.
"Bagaimana caranya?" Tanya Alex curiga dengan tugas dari Vegam.
Vegam menghentikan langkah kemudian tersenyum penuh arti pada Alex. "Kau yang terjun sendri." Ucapnya.
Gila! Batin Alex.
Di lain tempat.
"Bagaimana? Apa yang kau dapatkan dari hasil pemeriksaan DNA?" Tanya Lusia.
Wili memberikan langsung keputusan DNA pada Lusia yang langsung membaca keputusan itu.
Matanya membola seolah tak percaya kebenarannya.
Tidak mungkin!