NovelToon NovelToon
Civil War: Bali

Civil War: Bali

Status: tamat
Genre:Action / Sci-Fi / Tamat / Spiritual / Kehidupan Tentara / Perperangan / Persahabatan
Popularitas:565
Nilai: 5
Nama Author: indrakoi

Di masa depan, dunia telah hancur akibat ledakan bom nuklir yang menyebabkan musim dingin global. Gelombang radiasi elektromagnetik yang dahsyat melumpuhkan seluruh teknologi modern, membuat manusia kembali ke zaman kegelapan.

Akibat kekacauan ini, Pulau Bali yang dulunya damai menjadi terjerumus dalam perang saudara. Dalam kehidupan tanpa hukum ini, Indra memimpin kelompok Monasphatika untuk bertahan hidup bersama di tanah kelahiran mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indrakoi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 1

Tubuh pemuda itu terkapar lemas di lantai yang dingin dan dibasahi oleh darah yang menggenang dimana-mana. Pandangannya buram dan telinganya seakan memblokir segala suara yang mengarah padanya. Sebilah pedang tajam tetap dipegang erat olehnya meskipun ia sudah berada dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk bertarung lagi.

Saat menatap atap dengan pandangan yang samar-samar, ia melihat siluet orang yang datang dan berlutut di sampingnya. Orang itu seakan memeriksa kondisinya, namun sentuhannya hampir tidak terasa sama sekali di kulitnya. Ia hanya bisa merasakan sedikit rasa sakit dibarengi dengan rasa gatal di pahanya seakan ada nyamuk yang menggigit.

Perlahan-lahan, ia dapat mendengar suara keributan di sekitarnya. Buram yang menyelimuti matanya juga perlahan menghilang. Ia kini bisa melihat sosok yang berada di sampingnya dengan jelas. Seorang pemuda dengan kulit sawo matang dan wajah tersenyum yang mengejek sedang berlutut di sebelahnya. Orang itu adalah Luthfi, sahabat sekaligus tangan kanannya.

"Indra, harus diakui aksimu ngelawan puluhan orang tadi emang keren, sih. Minusnya cuma berakhir digebukin aja, sih." Ejek Luthfi sambil membantu Indra untuk duduk.

"Halah, bacot! Udah kubilang buat tetap dalam formasi dan jangan ngumpul di satu titik, kalian malah ngumpul kaya bocah-bocah STM yang lagi tawuran. Ujung-ujungnya aku juga yang kena keroyok." Balasnya dengan suara yang agak serak sambil berusaha untuk duduk.

Luthfi terkekeh melihat tingkah Indra yang kesal.

"Ngomong-ngomong kau nemu adrenaline injector ini dimana, Fi?" Tanya Indra pada Luthfi sambil memegang adrenalin injeksi di tangannya.

"Yah, di luar dugaan, mereka ternyata menyimpan pasokan senjata dan obat juga di sana." Jawab Luthfi sambil menunjuk tempat dimana ia mengambilnya. "Jadi aku ambil satu untuk diberikan padamu. Ngga perlu ngomong makasih, ndra."

"Dih, ge-er banget si anjing."

Sejenak mereka terdiam dan mengamati situasi sekitarnya. Mall Bali Galeria, salah satu tempat favorit turis dan masyarakat Bali untuk berbelanja, kini berubah menjadi arena tempur yang sangat mengerikan. Puluhan orang tergeletak dimana-mana dengan darah yang menggenang hingga menetes dari lantai atas menuju lantai bawah.

"Siapa sangka suatu hari aku akan menjarah tempat ini untuk bertahan hidup." Gumam Indra dengan nada getir sambil mengamati kekacauan yang disebabkan olehnya.

"Iya." Jawab Luthfi singkat.

"WOI! UDAHAN BENGONGNYA! BURUAN BANTU NGANGKUT BARANG JARAHANNYA SEBELUM ORANG-ORANG DATENG KE SINI!" Tiba-tiba suara teriakan wanita yang mirip seperti raungan Banshee terdengar dari arah belakang.

Luthfi dan indra tahu persis siapa pemilik dari suara itu. Suara itu adalah milik Kiara, wanita cantik dan berotot yang merupakan sahabat dari mereka berdua. Dia merupakan salah satu wanita yang terlibat dalam operasi penjarahan ini.

"Santai dong, Kiara, bantuin dulu nih ngebopong jagoan kita ke truk." Ujar Luthfi ke Kiara dengan cengengesan sambil menunjuk Indra.

Kiara terlihat kesal mendengar perkataan Luthfi kepadanya. Pasalnya, ia saat ini sedang membawa banyak sekali kotak dan barang-barang di tangannya. Meskipun perempuan, nampaknya tenaga yang dimiliki melebihi kedua laki-laki yang ada di depannya. Selain kesal, tatapan Kiara juga nampak sinis dan merendahkan saat menatap kondisi Indra yang begitu malang.

"Indra..." Kiara menghembuskan nafas kesal, lalu kemudian- "BURUAN BANGUN DAN PERGI KE TRUK, JANGAN MANJA! LUTHFI, BURUAN BANTU NGANGKUT BARANG-BARANG DI BELAKANG KE TRUK KITA. CEPETAN!"

Kedua pemuda langsung bergerak cepat merespon auman kemarahan Kiara. Indra dengan langkah pincang berusaha pergi ke truk yang terparkir di luar secepat yang ia bisa, sementara Luthfi langsung berlari ke arah belakang Kiara untuk mengangkut barang-barang jarahan yang tersisa. Dengan kesal, Kiara melangkah cepat untuk membawa barang-barang di tangannya menuju truk dan menyusul Indra yang ada di depannya.

...***...

Di bawah langit malam yang kelam, pasukan Monasphatika berkumpul di area parkir Mall Bali Galeria. Dua truk besar terparkir di sana, penuh dengan hasil jarahan. Total jumlah pasukan penjarah itu berjumlah lima puluh orang, termasuk Indra, Luthfi, dan Kiara. Banyak dari mereka yang terluka akibat pertempuran sengit selama penjarahan—mulai dari luka sayatan ringan hingga tusukan yang cukup parah. Namun, beruntungnya, tidak ada satu pun nyawa yang melayang.

"Oke, ini yang terakhir." Ucap salah satu dari dua orang yang membawa sebuah peti besar hasil jarahan ke truk.

Dengan tubuh yang sudah lemah, Indra dibopong oleh Luthfi ke tengah kerumunan pasukannya. Wajahnya tampak tegas seperti seorang pemimpin sejati, meski tubuhnya sedang menahan rasa sakit. Dia memandang satu per satu wajah prajurit-prajuritnya dengan penuh rasa bahagia.

"Teman-teman semuanya," suara Indra menggelegar, memecah keheningan. "Makasih banyak atas kerja keras kalian hari ini. Walaupun banyak diantara kita yang terluka, aku yakin luka-luka ini sepadan dengan baju hangat, senjata, peledak dan persediaan obat untuk bertahan di musim dingin berkepanjangan ini."

Indra berhenti sejenak dan melihat ke seluruh pasukan yang mengelilinginya.

"Maka dari itu, operasi penjarahan kita, kelompok Monasphatika dari Singaraja, hari ini sukses besar!" Seru Indra sambil mengangkat pedang yang ada di tangan kanannya.

Sorak-sorai kegirangan langsung memecah kesunyian. Semua Prajurit Monasphatika saling merangkul, melompat-lompat, dan mengangkat senjata mereka ke udara. Suasana penuh euforia, seolah mereka baru saja memenangkan pertempuran terbesar dalam hidup mereka.

"Akan tetapi," Indra menyela selebrasi riang pasukannya. Serentak mereka semua terdiam dan memperhatikan Indra dengan seksama.

"Setelah dicek oleh Luthfi, masing-masing dari truk kita hanya memiliki bahan bakar yang cukup untuk sampai ke Puncak Wanagiri." Lanjut Indra memberikan arahan kepada pasukannya.

Beberapa orang saling memandang satu sama lain, dengan kekhawatiran tersirat di wajah mereka.

"Karena itu, untuk mengefisiensikan bahan bakar, kalian yang bertugas sebagai supir, jangan berhenti apapun yang terjadi. Jika ada seseorang atau sesuatu yang melintas, turunkan kecepatan dan hindari. Tapi jika tidak memungkinkan..." Indra berhenti sejenak, matanya menyiratkan ketegasan, "menabraknya bukanlah masalah. Saat kita sudah melewati puncak, manfaatkan jalur turunan sebaik mungkin agar truk tetap melaju."

Dua orang yang menjadi supir truk Monasphatika mengangguk, mengisyaratkan bahwa mereka telah memahami instruksi Indra.

"Dan bagi kalian yang ada di bak truk," tambah Indra dengan suara yang semakin tegas, "Aku minta kalian tetap siaga. Pegang crossbow dan panah kalian erat-erat sampai kita memasuki wilayah Buleleng. Jika ada yang menyerang, jangan ragu untuk menembaknya. Mengerti?"

"Siap, mengerti!" Jawab pasukan Monasphatika serentak dengan suara mereka penuh keyakinan dan kesiapan.

"Oke, kalau begitu ayo kita berangkat!"

...***...

Perjalanan mereka berjalan dengan lancar. Selama perjalanan tidak ada satu pun hambatan yang menghalangi mereka, kecuali kabut tebal yang menurunkan jarak pandang. Sesekali terlihat beberapa hewan di pinggir jalan, seperti anjing liar dan juga kawanan monyet.

Sesuai prediksi, bahan bakar truk mereka habis tepat setelah melewati Puncak Wanagiri. Namun, dengan arahan Indra, mereka memanfaatkan jalan turunan untuk terus melaju menuju kota Singaraja.

Sesampainya di kota pada pagi hari, para warga menyambut kedatangan mereka dengan sukacita. Begitu melihat dua truk mogok itu, sekumpulan bapak-bapak langsung berbondong-bondong membantu pasukan Monasphatika mendorongnya menuju taman kota. Tempat itu akan menjadi lokasi pembagian barang-barang hasil jarahan.

"Hei, hei! Mereka sudah datang! Monasphatika sudah datang!" Seru anak-anak yang sedang bermain di sekitar taman kota dengan mata yang berbinar ketika melihat kedatangan mereka.

Setelah truk berhenti, Indra dan pasukannya turun satu per satu. Mereka mulai membagikan barang-barang hasil jarahan kepada warga yang datang dengan antusias.

"Oke, harap tenang semuanya! Berbarislah dengan rapi karena setiap orang akan mendapatkan pakaian hangat." Indra mengarahkan para warga dengan nada penuh suka cita.

"Mereka kelihatan bahagia banget hahaha." Luthfi tertawa sambil membagikan pakaian hangat kepada para warga.

"Iya, dong. Setelah hampir empat tahun, akhirnya mereka bisa mendapatkan pakaian hangat baru yang lebih bagus dari sebelumnya. Wajar lah mereka jadi senang banget." Balas Kiara tersenyum melihat antusiasme warga.

...***...

Di bawah langit sore yang dihiasi cahaya jingga, para warga dan juga pasukan Monasphatika berkumpul bersama di taman kota Singaraja. Suasana riang tercipta saat mereka bersenda gurau dan membuat api unggun untuk merebus kentang.

Di salah satu api unggun, Indra sedang duduk dikelilingi oleh anak-anak. Dengan penuh semangat, ia menceritakan kisah penjarahan mereka tadi. Anak-anak itu mendengarkan dengan mata berbinar, terpesona oleh cerita Indra yang dibuat jauh lebih heroik daripada kenyataannya.

"Indra, kalau sudah besar nanti aku mau gabung sama Monasphatika dan ikut perang bareng kalian, ya!" Seru salah satu anak penuh kegirangan.

Anak-anak lain pun tak mau kalah. Mereka saling berebut menawarkan diri untuk bergabung dengan Monasphatika saat dewasa nanti.

"Hahaha, oke, oke. Nanti kalau kalian sudah besar, ya." Jawab Indra sambil tersenyum, menanggapi antusiasme anak-anak itu.

"Indra, Indra..." panggil seorang anak perempuan kecil, mencoba menarik perhatiannya. "Mama bilang, dulu dunia itu benar-benar bagus. Katanya, udaranya nggak dingin, sering turun hujan, dan ada lampu yang nyala di malam hari. Emang beneran kayak gitu?"

Indra memandang anak perempuan itu dengan tatapan yang sedikit penasaran.

"Umur kamu berapa, cantik?" Tanya Indra pada gadis kecil itu.

"Udah mau enam tahun!" Jawab si gadis kecil dengan semangat.

"Oalah, pantes kamu nggak ingat sama kondisi dunia dulu. Kamu masih kecil banget waktu itu." Bocah perempuan itu pun mengangguk-angguk.

"Yaudah, kalau begitu aku ceritain ya. Kaya yang dibilang sama Mama kamu, dahulu dunia adalah tempat yang menyenangkan. Bagian yang paling menyenangkan adalah lampu masih bisa nyala, jadi malam hari tidak gelap dan seram kayak sekarang." Cerita Indra, mencoba menggambarkan masa lalu yang indah.

"Tapi, sayangnya, dulu ada dua orang egois yang bertengkar. Orang egois dari timur ngebom orang egois dari barat dengan bom raksasa. Lalu, BOOM! Dunia menjadi dingin seperti sekarang ini." Jelas Indra dengan gaya bercerita yang menarik dan mudah dipahami.

Di sela-sela sesi storytelling itu, Kiara tiba-tiba datang menghampiri untuk membicarakan sesuatu pada Indra.

"Halo, adik-adik. Maaf ya, kakak ganggu sebentar. Kakak mau ngobrol sama Kak Indra, boleh nggak?" Tanya Kiara dengan ramah.

"Oke, kalau gitu kami main di sebelah sana dulu, ya. Dadah!" Seru anak-anak itu sebelum berlari ke sisi lain taman kota.

Indra meletakkan alas kain tipis di tanah untuk mempersilakan Kiara duduk di sampingnya.

"Ada apa?" Tanya Indra singkat sambil meniriskan kentang rebusnya.

"Ini tentang Azmi. Kau ingat perjanjian kita untuk menukarkan beberapa pakaian hangat dengan daging ayam, kan?" Ucap Kiara mengingatkan.

"Ah, iya. Pak tua itu." Indra tersentak karena teringat oleh perjanjian yang ia buat dengan Azmi, seorang pemimpin wilayah Buleleng barat.

"Baiklah, aku akan tulis suratnya dulu. Suruh Luthfi menyiapkan pembawa pesan untuk mengantarkan suratku ke Azmi."

Ilustrasi Tokoh:

...Indra Bhupendra...

...Luthfi Putra Efendi...

...Alicia Kiara ...

1
jonda wanda
Mungkin cara bicara karakter bisa diperbaiki agar lebih natural.
IndraKoi: baik, makasih banyak ya masukannya🙏
total 1 replies
Abdul Aziez
mantap bang
IndraKoi: makasih bang🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!