IG : embunpagi544
Kematian istri yang paling ia cintai beberapa saat setelah melahirkan kedua buah hatinya, membuat hati seorang laki-laki bernama Bara seolah membeku, dan dunianya menjadi gelap. Cintanya ikut ia kubur bersama mending sang istri. Alasan kenapa Bara masih mau bernapas sampai detik ini adalah karena kedua buah hatinya, si kembar Nathan dan Nala. Bara tak pernah sedikitpun berniat untuk menggantikan posisi almarhumah istrinya, namun demi sang buah hati Bara terpaksa menikah lagi dengan perempuan pilihan sang anak.
SYAFIRA seorang gadis berusia 20 tahun yang menjadi pilihan kedua buah hatinya tersebut. Syafira yang sedang membutuhkan uang untuk pengobatan adik satu-satunya dan juga untuk mempertahankan rumah dan toko kue kecil peninggalan mendiang ayahnya dari seorang rentenir, bersedia menikah dengan BARATA KEN OSMARO, seorang duda beranak dua. Mungkinkah hati seorang Bara yang sudah terlanjur membeku, akan mencair dengan hadirnya Syafira? Akankah cinta yang sudah lama ia kubur bersama mendiang sang istri muncul kembali?
"Aku menikahimu untuk menjadi ibu dari anak-anakku, bukan untuk menjadi istriku..." Bara.
"Lebih baik aku menikah dengan om duda itu dari pada harus menjadi istri keempat rentenir bangkotan dan bulat itu..." Syafira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 ( Otw menjadi nyonya Osmaro)
Malam ini rumah Syafira tampak lebih ramai dari biasanya. Seluruh keluarga dari almarhum ayahnya telah berkumpul di rumah sederhana itu. Mereka yang belum datang waktu acara lamaran dadakan made in bu Lidya, sudah pada sampai sore tadi. Banyak sepupu dan ponakan-ponakan Syafira yang masih kecil seusia si kembar menambah keriuhan malam ini.
Setidaknya dengan seperti ini, Syafira tidak merasa sendiri. Meskipun rasa kosong dan kurang itu tetap ada dalam hatinya.
"Boleh uwa masuk Fir?" tanya uwa Syafira yang sudah berdiri di bibir pintu kamarnya.
"Iya wa, masuk aja," sahut Syafira yang tengah bermain dengan sepupu-sepupunya.
"Kalian keluar dulu ya, uwa mau bicara sama kak Fira sebentar,"
"Iya wa,"sahut anak-anak kecil itu langsung berlarian keluar.
"Ada apa wa? Apa ada yang penting?" tanya Syafira.
Uwa Syafira tersenyum, lalu duduk.
"Tidak, uwa cuma pengen ngobrol saja sebentar sama Fira, sebelum Fira sah menjadi istri tuan muda Bara. Kalau sudah menjadi istrinya, pasti uwa akan susah buat ketemu apalagi ngobrol sama Fira,"ucap uwa.
"Iya wa, Syafira terima kasih karena uwa, paman dan lainnya mau menghadiri acara pernikahan Fira besok. Terima kasih uwa mau jadi wali nikah Syafira. Fira pikir besok Fira akan benar-benar sendiri wa. Ternyata uwa sama yang lainnya masih peduli sama Fira meskipun ayah sudah tidak ada," ucap Syafira dengan nada bergetar menahan tangis.
"Kamu ngomong apa Fir? Tentu saja uwa peduli sama kamu, adik kamu. Hanya saja uwa tidak bisa selalu ada di sini buat kalian. Fir, uwa tahu pasti ada alasan tertentu yang membuat kamu memutuskan menikah diusia muda seperti ini. Maafkan uwa yang tidak bisa membantu apa-apa. Uwa hanya bisa mendoakan yang terbaik buat kamu. Semoga ke depannya rumah tanggamu bisa bahagia," ucap uwa yang tahu betul menikah di usia muda bukanlah menjadi impiannya.
Gadis periang itu, selalu berujar ingin meraih cita-citanya terlebih dahulu. Ingin membahagiakan orang tua dan adiknya dahulu, baru memikirkan kebahagiannya sendiri. Menunggu seorang pangeran datang melamarnya.
"Iya wa, terima kasih. Yang penting buat Fira adalah doa dari kalian semua. Itu sudah cukup wa," sahut Syafira.
"Setelah menjadi seorang istri, kamu harus berusaha menjadi istri yang baik buat suami kamu Fir. Tentu kamu sudah tahu kan istri yang baik itu seperti apa. Apalagi tidak hanya ada suami, tapi juga dua anak sekaligus yang harus kamu urus. Kamu harus menerima dan menyayangi mereka seperti anakmu sendiri. Jika kamu cinta terhadap ayah mereka, maka kamu juga harus bisa mencintai kedua anaknya," pesan uwa Kepada Fira.
"Seandainya uwa tahu, aku hanya di butuhkan untuk menjadi ibu mereka bukan istrinya wa," desah Syafira dalam hati.
Mendengar kalimat menjadi istri yang baik, tiba-tiba Syafira melamun. Mengingat sosok ibunya lagi. Ia sangat berharap meskipun sebentar ibunya bisa hadir, menyaksikan dia menikah besok.
"Kenapa Fir? Apa kamu mengingatnya? Apa kau merindukannya?" tanya uwa mengerti kesedihan Syafira.
"Tidak wa, Fira hanya berpikir. Jika dia tahu Fira akan menikah besok, apa dia akan hadir wa? Sudah 15 tahun wa, dia tak pernah sekalipun muncul untuk menengok Fira dan Adel," Syafira mendesah kecewa, tatapannya serasa kosong.
" Uwa paham, ngerti apa yang kamu rasakan. Tapi, jangan terlalu di pikirkan. Fokus saja sama pernikahanmu besok. Jangan buang-buang tenaga dan pikiran untuk orang yang tidak lagi peduli denganmu," ucap uwa yang masih memendam amarah untuk ibunya Syafira.
"Iya wa, Fira juga tidak berharap lebih kepadanya wa," sahut Syafira.
"Ya sudah, istirahatlah sudah malam. Calon pengantin tidak baik tidur malam-malam. Harus jaga kondisi supaya besok tetap fit di hari pernikahan. Uwa keluar dulu ya, kamu istirahat," ucap uwa mengusap rambut Syafira sambil lalu berdiri.
"Iya wa, uwa juga istirahat. Suruh yang lain juga istirahat wa, jangan pada bergadang," pesan Syafira.
"Hem," sahut uwa.
🌼🌼🌼
Dini hari di kediaman Osmaro...
Bara belum juga mampu memejamkan matanya. Ini memang bukan pernikahan pertamanya, namun rasa gugup tetap menghantuinya. Tak hanya itu, rasa bersalah kepada Olivia kian bertambah seiring dekatnya waktu untuk mengucap Qabul untuk wanita lain selain Olivia.
"Daddy...!" seru Nala dan Nathan yang baru saja masuk ke dalam kamarnya dan langsung mendekati Bara yang tengah duduk di sofa kamarnya.
"Kalian kenapa bangun. Ini masih malam," ucap Bara.
"Kami sudah tidak mengantuk daddy," ujar Nathan.
"Iya daddy, Nala sudah tidak sabar buat pakai gaun syantik buat jemput bunda baru daddy," ucap Nala sangat antusias.
Bara bisa melihat betapa senangnya kedua buah hatinya. Ya, seperti anak kecil pada umumnya, jika akan di ajak pergi ke suatu tempat atau ada hal yang membuat kita senang, tidurpun tidak nyenyak. Pagi-pagi sekali pasti sudah terbangun. Entah kenapa bisa begitu tak terkecuali untuk si kembar. Sangking antusiasnya mereka, masih dini hari mereka sudah bangun. Dan tak ada terlihat rasa kantuk di wajah mereka.
"Sini duduklah dekat daddy!" Bara menepuk sisi kanan dan kiri sofa yang ia duduki. Si kembar langsung duduk dan Bara langsung memeluk keduanya.
"Apa kalian happy?" tanya Bara, hal yang menjadi alasannya menikahi Syafira.
"Hehem," angguk Nala seraya tersenyum memperlihatkan lesung pipinya yang manis.
"Kau boy?" menoleh ke arah Nathan.
"Punya bunda is good," jawabnya dengan ciri khas cueknya.
Bara tersenyum mendengarnya. Terbesit rasa khawatir di dadanya. Bagaimana jika mereka lantas melupakan Olivia? Selama ini Bara sudah berusaha selalu menceritakan dan mengenalkan sosok ibu yang telah melahirkan mereka tersebut.
"Daddy jangan khawatir, kita tidak akan lupa mommy," ucap Nathan dengan bijak seolah tahu apa yang di khawatirkan oleh sang ayah.
Lagi-lagi Bara tersenyum. Ia percaya, meskipun si kembar masih kecil, tapi mereka memiliki pemikiran yang bijak.
"Emm baiklah kalau begitu...sekarang ayo kita tidur!" Bara memeluk dan menggendong si kembar, dan menurunkan mereka di atas tempat tidur king sizenya.
"Supaya besok wajah kalian kelihatan fresh, tidak ada mata panda," ucap Bara lagi sambil menggelitik kedua buah hatinya. Nathan dan Nala tertawa karena merasa geli.
"Stop daddy! Nala bisa-bisa pipis di celana ini karena menahan geli," ucap Nala.
"No Nala! jangan ngompol di sini! Daddy stop!" seru Nathan.
"Oke-oke, kalau begitu tidurlah lagi, lihat masih jam berapa ini," menunjuk jam dinding yang ada di kamar tersebut.
"Tapi sudah tidak ngantuk daddy,"
"Besok Nala mau terlihat Syantik tidak?" tanya Bara.
Nala mengangguk.
"Kalau begitu nurut sama daddy! jika princess tidak tidur lagi, besok mata princess bisa jadi mata panda, hitam!"
"No daddy! Nala tak mau jelek!" ucap Nala meringis membayangkan wajahnya berubah menjadi panda.
"Tapi Nala tak bisa tidur lagi," sedih Nala.
"Merem aja sayang, nanti lama-lama juga pules. Lihat tuh Nathan sudah tidur," tak ada suaranya lagi, ternyata Nathan sudah tidur lagi.
"Baiklah daddy, tapi daddy di tengah, Nala tak mau di tendang Nathan," ucap Nala. Karena ia pernah tidur seranjang dengan Nathan, tanpa sengaja saudara kembarnya itu menendang dia hingga jatuh ke lantai.
"Baiklah," ucap Bara.
Akhirnya malam ini mereka bertiga tidur bersama.
Bu Lidya yang juga masih terjaga tak sengaja melihat pintu kamar Bara masih terbuka. Ia mendekat dan melihat ke dalam kamar Bara lalu tersenyum melihat ketiganya yang sudah tidur pulas, dengan posisi kaki Nathan berada di atas dada Bara. Sementara Nala meringkuk dalam pelukan Bara. Pemandangan yang indah menurut bu Lidya.
Pelan-pelan bu Lidya menarik gagang pintu dan menutupnya.
💠 Selamat membaca 🤗🤗 jangan lupa like, komen dan vote seikhlasnya ya ...terima kasih 🙏🙏
Salam hangat author 🤗❤️❤️💠
gak salah memang bara, kamu tuh gak perlu melupakan almarhumah istrimu karena bagaimana pun kisah kalian itu nyata. dia orang yang kau cintai.
tapi kan sekarang kau dah menikah, maka cobalah buka perasaan mu buat istri mu.
jangan lupakan almarhumah istrimu, namun jangan juga terus membayangi pernikahan mu yang baru dengan almarhumah istri mu
cukup dihati dan di ingatan aja.
gak mudah memang tapi bagaimana pun, istri mu yang sekarang berhak untuk dapat cintamu.
saya relate sih, mungkin bukan dalam hubungan suami istri lebih tepatnya ke ibu.
Ibu saya meninggal 2 tahun lalu dan ayah saya menikah lagi.
saya awalnya gak senang dengan dia, tapi ibu sambung saya itu baik.
dulu awal, saya selalu bilang Mak lah, Mak lah ( maksudnya ibu kandung saya)
tapi perlahan saya tidak ungkit2 Mak kandung saya di depan ibu tiri saya untuk menjaga perasaannya.
cukup saya ingat dalam hati saya aja.