Merebut Cintamu

"Kevin ajak Nadin jalan-jalan ya, biar kamu bisa kenal lebih dekat". kata Riana dengan senyum penuh harap.

"Ma aku banyak pekerjaan". Kevin mengelak.

"Iya mama tau tidak sekarang. Tapi kamu janji ya nak". Riana menuntut putranya berjanji.

"iya ma". jawab Kevin lesu. Kalau sudah berjanji dia harus tepatin. Kevin sebenarnya tidak mau mengecewakan mamanya. Masih terbayang dalam ingatannya Riana menangis sedih karena harus melepaskan Arleta untuk menjadi menantu kesayangannya. Tapi ulah Riana belakangan ini membuatnya pusing. Kevin ingin sekali membawa kembali Arleta ke hadapan mamanya. Membuat harapan mamanya menjadi kenyataan. Tapi mau bagaimana lagi Arleta sendiri tidak mau kembali padanya.

"Kalau begitu mama pulang dulu ya nak. Ingat janji kamu". Riana beranjak keluar. Kevin tersenyum mengantar kepergian Riana, hanya pada Riana. Dia mengacuhkan gadis itu.

Pernikahan Arleta dan Restandi sudah di tetapkan. Maka persiapan pun dilakukan. Sekali lagi Arleta dan Revita mencari gaun yang di butuhkan. Karena sudah waktu makan siang mereka singgah di sebuah cafe yang menurut Revita baru dan menarik menunya. Mereka menempati tempat duduk yang nyaman dan agak tidak terlihat. Tiba-tiba Arleta melihat sosok yang tidak asing baginya. Dr Rika. Alrika Novarina, tampak duduk berhadapan dengan seorang wanita setengah baya. Semula Arleta lihat mereka bicara dengan baik, tapi tiba-tiba wanita itu jadi marah dan menampar Rika. Arleta dan Revita terkejut. Beberapa pengunjung cafe juga terkejut dengan aksi wanita tersebut.

"Kenapa tuh?". Revita bertanya pelan. Arleta mengisyaratkan Revita untuk diam dengan menempelkan jari telunjuknya pada bibirnya. Tapi mereka tetap tidak dapat mendengar pembicaraan keduanya. Dr Rika tampak terpukul dengan tindakan wanita itu. Tapi dia diam mendengarkan. Tidak lama kemudian wanita itu berdiri dan meninggalkan cafe. Rika tampak menangis diam-diam.

"Kasihan banget, pasti malu tuh". kata Revita pelan.

"Itu dokter umum di rumah sakit Restandi. Dr Rika namanya. Dia suka sama Restandi". jelas Arleta.

"Apa?". Revita terkejut menatap Arleta tidak percaya. Arleta terdiam sebentar. Tapi lalu beranjak akan mendekati Rika.

"Loh Let, mo ngapain?". tanya Revita heran. Tapi dia diam saja memperhatikan Arleta.

"Hai maaf aku ganggu". Arleta menyapa Rika sambil menyodorkan sapu tangan. Rika terkejut. Melihat Arleta yang ada dihadapannya. Dia mau menolak tapi dia khawatir akan semakin menarik perhatian pengunjung lainnya.

"Terima kasih". kata Rika bersikap sopan sambil menerima saputangan Arleta.

"Ada yang bisa aku bantu?". tanya Arleta lembut. Rika terdiam. Perasaan sedihnya memang ingin dia ungkapkan. Tapi pada Arleta? rasanya tidak mungkin.

"Terima kasih kamu duduk di sini saja sudah buat aku nyaman". kata Rika. Dia jadi tidak merasa sendirian dengan adanya Arleta. Dengan apa yang tadi dia alami pasti banyak yang masih memperhatikannya.

"Ok kalau ada yang bisa aku bantu kamu bilang saja. Atau kamu mau gabung sama aku dan temanku?". tanya Arleta sambil menunjuk Revita yang masih setia menunggu di meja mereka.

"Tidak usah. Aku pamit saja. Thanks ya sudah nemanin aku". Rika pamit sambil berdiri. Dia tersenyum pada Arleta sebelum pergi meninggalkan cafe itu. Arleta kembali ke mejanya.

"Leta, kamu mabuk ya? jelas-jelas dia suka sama Restandi kamu malah tolongin dia". sambut Revita bingung dengan sikap Arleta.

"Ya kasihan saja dia pasti shock dengan ulah wanita yang tadi". jelas Arleta.

"Siapa ya? memang salah apa sampai di perlakukan begitu?". tanya Revita penasaran. Arleta cuma bisa menggeleng. Arleta melakukan hal yang tadi hanya karena rasa simpati bukan karena ingin tau persoalan seseorang. Mereka pun menjalani kembali kegiatan hari itu.

Kevin terpaksa memenuhi janjinya mengajak Nadin keluar. Dengan terpaksa Kevin membawa Nadin makan malam. Dia tidak punya keinginan lain daripada secepatnya menyelesaikan makan malam lalu mengantar Nadin pulang. Nadin merasa Kevin terlalu acuh padanya dan tidak tertarik untuk mengenalnya lebih jauh. Ada rasa sedih dalam hatinya tapi dia menyukai Kevin maka memanfaatkan kesempatan yang di milikinya.

"Mengapa kau tidak bersemangat? Apa kau tidak suka menunya?". tanya Kevin tiba-tiba mengejutkan Nadin. Gadis itu makan sambil melamun karena kecewa pada Kevin yang begitu acuh padanya.

"Tidak aku suka ko". jawab Nadin sambil segera menghabiskan makanannya. Dia lihat Kevin sudah selesai makan. Melihat Nadin bereaksi dengan tegurannya Kevin pun mengalihkan perhatiannya pada ponselnya dan sibuk dengan benda kecil itu. Nadin menghela napas kesal. Mungkin keputusannya menuruti keinginan mamanya dan Tante Riana sudah salah. Karena Kevin tidak berminat mengenalnya. Kevin melirik Nadin yang tampak sudah selesai dengan makannya.

"Baiklah kita pulang sekarang. Maaf aku banyak pekerjaan". Kevin pun bangkit dan melakukan pembayaran. Nadin terpaku pada apa yang Kevin lakukan. Gadis itu merasa Kevin memperlakukannya sebagai karyawannya. Tapi Nadin tidak protes. Disimpannya rasa kecewa dalam hati. Kevin pun mengantar Nadin pulang.

"Thanks untuk malam ini. Maaf aku tidak bisa berbuat lebih banyak untukmu". kata Kevin acuh tanpa rasa bersalah. Yang penting dia sudah menepati janjinya pada Riana. Tanpa menunggu Nadin masuk kedalam rumah mobil Kevin segera berlalu. Nadin pun menahan rasa marahnya. Dia tidak menyangka Kevin sangat berbeda ketika tidak berada di hadapan Tante Riana. Dengan rasa marahnya Nadin pun masuk ke dalam rumah. Kevin tiba di rumah. Ada banyak pekerjaan hanya alasannya saja pada Nadin. Belakangan Kevin memang mengalihkan perhatiannya pada pekerjaan. Jika mau diikuti pekerjaan tidak akan ada habisnya. Namun Kevin juga tau batasan dirinya. Karena dia sudah menyimpan Arleta dalam hatinya Kevin tidak berniat untuk mencari penggantinya. Bagi Kevin hanya Arleta yang pantas dia cintai. Maka dari semua gadis yang di kenalkan Riana padanya tidak ada yang menarik hatinya. Karena Kevin selalu membandingkan dengan Arleta. Jika saja ada seseorang yang sama persis dengan Arleta mungkin Kevin baru tertarik. Setiba di rumah tampak Rangga di depan rumah.

"Baru pulang bang, dari mana?". tanya Rangga.

"Habis keluar dengan gadis yang tidak aku suka". jawab Kevin kesal.

"Kalau tidak suka kenapa Abang ajak keluar?". Rangga merasa heran.

"Itu ulah mama". jawab Kevin lagi dengan malas. Rangga jadi mengerti, abangnya membawa gadis itu keluar karena desakan Riana.

"Mama hanya tidak ingin Abang terus memikirkan Leta". Rangga menepuk bahu abangnya pelan.

"Aku memang tidak bisa melupakan Leta. Sakit rasanya jika ingat kebodohan yang aku lakukan". wajah Kevin berubah sedih.

"Sabar bang, mungkin bukan jodoh". kata Rangga berusaha menghibur.

"Aku bingung pada Leta, kami sudah bersama selama tiga tahun. Dia sangat mencintaiku hingga terluka seperti itu karenaku".