NovelToon NovelToon
Mythtopia, Creatures From The Six Realms

Mythtopia, Creatures From The Six Realms

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College
Popularitas:365
Nilai: 5
Nama Author: Fredyanto Wijaya

Kejadian pada masa lalu diramalkan akan kembali terjadi tidak lama lagi. Tuan kegelapan dari lautan terdalam merencanakan sesuatu. Enam sisi alam dunia mitologi sedang dalam bahaya besar. Dari seratus buku komik yang adalah gerbang penyebrangan antara dunia Mythopia dan dunia manusia tidak lagi banyak yang tersisa. Tapi dari sekian banyak kadidat, hanya satu yang paling berpeluang menyelamatkan Mythtopia dari ramalan akan kehancuran tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fredyanto Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21: Around Dark Creatures

"Hrrrrgh...!" Medeina kembali menggeram layaknya serigala sungguhan. Berjalan berlalu dari bangku belakang sambil membawa banyak bukunya_ menatap tajam kepada Melody yang masih duduk di bangkunya. Dia berjalan pergi bersama yang lainnya. Kelas usai setelah jarum jam menunjukan pukul sembilan malam.

Melody hanya memandangnya keluar.

"Jangan khawatir!" Rebeca menghampirinya. Berjalan menghampiri Melody dan bersender di meja sebelah. "Dia tidak sejahat yang kau pikirkan. Medeina hanya cemburu kepadamu!"

"Cemburu?! Memangnya tadi aku berbuat ap?!" Melody bingung. Sesekali sempat melirik ke ular yang masih mengikat sayap dan pinggangnya.

"Apa karena sayapku?!"

"Medeina tidak cemburu karena perbuatanmu. Atau sayapmu. Dia memang suka mencari celah kesalahan dan menyalahkan murid baru karena dia takut tersaingi, jelas dari yang lain. Yang sempat menahan tubuh Melody yaitu si pria bermata Cyclops ikut bergabung dalam pembicaraan. Namanya Barry.

"Dan dia pernah melakukannya padaku. Dulu," Sambung Rebeca, mengingat masa lalu. Rebeca juga memberi tahu kepada Melody kalau Medeina Pintar, lebih suka menghabiskan waktunya bersama hewan-hewan liar di alam terbuka, dan juga hobi membaca buku. Sama seperti Melody.

"Tunggu... Dari mana kau tahu aku hobi membaca?! Aku bahkan belum lima jam disini bersama kalian dan belum kuceritakan apapun mengenai latar belakangku?!"

"Daah! Data mengenaimu sudah tercatat lengkap ada padaku!" lanjut Rebeca. Melompat naik dan duduk menjuntaikan kaki di atas meja, lalu menunjukan selembar kertas data lengkap mengenai Melody. "Aku selalu penasaran jika ada murid baru, dan akulah satu-satunya murid di Akademi ini yang paling tahu detail mengenai setiap murid-murid lainnya!"

"...Mungkin tidak semua," sambungnya pelan. Sedikit membenarkan rasa sedikit membanggakan dirinya. Rebeca juga mengaku kalau dia suka sekali dalam hal menyelidiki. Dan bagaimana dia mengetahui data lengkap dari setiap murid lainnya itu bukan berarti dirinya cenayang. Tapi di membuat salinan dari data rahasia di ruang penyimpanan data hanya bermodal daya ingatnya.

Itu berada di daerah lorong-lorong terbengkalai di Akademi. Rebeca menyusup ke sana dengan cara merubah wujudnya menjadi seekor kelelawar. Rahasia yang sampai sekarang belum diketahui oleh para penjaga dan guru Myth Akademi.

"Kelelawar?! Itu berarti kau... . "

"Yap! Benar sekali! Aku Vampire!" Rebeca menyambung kalimat Melody.

"Dan aku butuh sepuluh gelas darah hewan perhari agar aku tidak menjadi ganas dan tetap terkendali," tambahnya sedikit. Melody sejenak menatap terpaku ekspresi ngeri karena kejujuran Rebeca di akhir kalimatnya tadi.

"Jadi... apa menurut pendapatmu ketika melihat keberadaan kami, wahai orang bumi!" Satu lagi bersama dua lainnya di ajak menemui Melody dengan kalimat seperti ala sambutan kepada makhluk alien luar bumi. Dia yang tadi mengikat sayap Melody dengan ular yang keluar dari balik kerudung seragam warna gelap keabu-abuannya. Yang lain juga sama.

Warna yang mesimbolkan kelas dan alam mereka. Underground!

Karena ada kehadiran yang lain... Rebeca menyempatkan diri untuk memperkenalkan rekan-rekan terdekatnya kepada Melody. Yang mengenakan seragam berkerudung yang baru saja berbicara itu adalah Misha, disebelah kanannya adalah Hank si minotaur yang ahli dalam menghancurkan apapun, dan disebelah kiri Misha adalah si paling muda dan bertubuh lebih kecil dari antara murid Underground yang lainnya. Dia bernama Onette. Dan dia adalah kaum Goblin.

Lalu Barry tadi yang adalah si Cyclops, dan tentu saja dirinya sendiri yang bernama Rebeca dari kaum Vampire. Ciri khasnya pada tampilan seragam berompi dengan hiasan dasi pita. Dan di atas kanan kiri rambutnya ada penjepit rambut sepasang sayap kelelawar.

"Aneh?! Atau mungkin tidak normal?!" Lanjutnya sambil melipat kedua tangan di depan dadanya. Misha berdiri di hadapan Melody yang masih duduk di bangkunya.

"Uh... Ya," Jawab Melody samar. Dia takut kalau kejujurannya akan menyinggung perasaannya. Tapi Misha sama sekali tidak tersinggung. Dia hanya meluruskan pendapat Melody.

"Tidak ada yang tidak normal. Mungkin bagimu di sini tidak normal. Tapi menurut kami yang sudah tinggal disini sejak awal itu normal. Jadi kita sebenarnya hanya memikirkan rumah tempat asal kita sendiri," Jelas Misha. "Kau hanya tidak terbiasa! Biasakan saja!"

Melody terdiam. Tapi mungkin pendapatnya itu memang benar. Dan Melody merasa kalau dirinya hanyalah makhluk asing yang terdampar di dunia Mythtopia.

"Kalian kelihatannya tidak seburuk yang aku kira, " Melody fokus memandang mereka berlima satu-persatu.

"Biar aku tebak! Pasti para ikan dan kupu-kupu itu yang memberitahumu ya kan?!" Onette tahu. Mereka yang di alam atau kelas Underground sudah terbiasa dengan respon tidak suka atau sindiran dari alam yang lain.

"Hei... Aku berita tahu! Menjadi jahat bukan berarti jahat! Dan itu tidak selalu buruk," Pendapat Rebeca. Hank juga setuju dengan pendapatnya. Bukan karena mereka berpenampilan menyeramkan, bukan berati mereka benar-benar jahat.

Padahal mereka hanya berusaha ingin dianggap, dan berharap kedepannya mereka dapat ikut tanggung jawab_ menjadi bagian penting dalam menjaga Mythtopia.

Karena Mythtopia juga adalah satu-satunya rumah bagi mereka.

"Senang berkenalan denganmu! Jadi tidak perlu takut dengan kami ya?!" Rebeca tersenyum ramah. Turun dari meja dan berjalan pergi keluar kelas.

Mereka satu persatu keluar dari sana dan kembali ke kamar asrama mereka masing-masing.

Dan Misha mengambil kembali ularnya dari pinggang Melody. Merambat... kembali masuk ke balik kerudungnya. "Sampai bertemu lagi besok, Melody!" Selipnya. Misha lalu pergi meninggalkan Melody yang sayapnya sudah terlepas dari ikatan ular.

Dan Melody juga menyusul keluar. Kembali ke kamar asrama.

Melody tiba kembali ke dalam kamar dengan wajah lemas mengantuk. Yang lain yang sudah berada di sana dari tadi melihat kedatangan Melody dengan ekspresi sulit ditebak. Tapi mereka tahu kalau Melody ditaruh di kelas Underground. Jadi mereka tidak aneh lagi dengan raut tidak nyaman yang tersirat di wajah Melody.

"Bagaimana?!" Vanessa menyempatkan bangun duduk menjuntai di atas ranjangnya yang berada di langit-langit kamar. Memandang Melody yang langsung duduk lemas pada ranjang tempat tidur di bawah sana.

"Entah apa aku dapat bertahan selama seminggu disini," Melody berpikir lebih jauh.

Berbalik arah tidurnya, "Seberapa menyiksa di sana?!" Crysella ikut bertanya. Mengangkat kepalanya sedikit sambil ditumpu tangan di atas ranjang. Dan yang dimaksud adalah kelas Underground.

"Tidak seburuk seperti yang kalian kira. Beberapa dari mereka ramah menurutku," Sahut Melody. Balas menoleh menatap Crysella dan juga Venessa.

Mungkin karena prinsip mereka yang berbeda itulah yang membuat kesalahpahaman antara lima alam lain dengan Underground. Mereka hanya berbeda dan Spesial. Dan bukannya murid-murid terkutuk.

"Berhati-hatilah saja! Mereka bisa saja sedang menyuri kepercayaan darimu," Ucap Crysella. Dia lalu kembali berbalik arah tidur dan berbaring. Melanjutkan jam tidur cantiknya dengan dinding sihir mutiara melindungi ranjangnya.

Melody untuk sejenak hanya teridam berpikir. Dia lalu menyempatkan diri menoleh memandang ranjang Harper.

Dia sedang tidur dengan pulasnya. Rambutnya berantakan.

"Jangan ganggu dia. Kasihan dia hampir tidak bisa tidur akhir-akhir ini!" Ucap pelan Venessa dari atas sana.

"Memangnya ada apa dengannya?!" Melody fokus.

"Entahlah. Mungkin karena si kembar senior dari kelas bangsawannya," Jawabnya hanya menebak. Karena yang dia tahu... Miranda dan Sophia selalu menganggapnya sebagai junior amatiran penuh beban. Mereka cantik tapi pembuli. Memalukan untuk kelas bangsawan menurut Venessa.

"Oh...," Melody tidak bisa berkata apa-apa. Hanya bisa memandang prihatin si Harper di sana yang tertidur pulas.

"Selamat malam!" Ucap pelan kepada Melody, mengakhiri pembicaraan. Vanessa lalu memerintahkan kunang-kunang lampu kamar untuk mengubah cahaya mereka menjadi lampu tidur yang membentuk formasi cantik menghiasi langit-langit kamar.

Melody pun juga bergegas tidur.

Tapi dia lebih dulu mengikat sayap-sayap itu agar dia dapat lebih nyaman berbaring. Menarik tanaman rambat penghias pada dinding dan mengikat sayapnya. Semoga tidak ada yang keberatan dia meminjam itu.

Berbaring sambil memandang indahnya kunang-kunang yang akan mulai menghipnotisnya tidur.

Terhanyut dan terlelap dalam keindahan.

Tapi di malam itu... Lagi-lagi Melody mendapatkan mimpi buruk, dengan kilasan adegan atau kejadian yang kini berbeda. Di dalam mimpinya, dirinya melihat seorang penyihir yang berhadapan dan bertarung dengan sosok kraken di atas lautan badai. Suasan yang sama seperti yang sempat dilihatnya pada buku komik yang ditemukan dari loteng rumahnya.

Pertarungan yang brutal.

SLAAART!!! Sampai si penyihir kemudian membuat ujung dari salah satu tentakel Kraken raksasa itu terpotong dengan sihirnya. Dan potongan tentakel itu jatuh tenggelam di laut badai. Laut di wilayah atau alam Dark Realm!

Mimpi yang berbeda itu dialami Melody berturut-turut sampai tiga hari kedepan dirinya Abigail, Theo, dan Delphine menginap di Mythtopia. Hari ketiga yang akan diadakan pertandingan duel di Akademi.

"Melody!" Suara dari luar mimpi berusaha membangunkannya.

Melody pun terbangun dari mimpi singkatnya. Dan yang membangunkannya itu adalah Harper. Tidak disadari ternyata saat itu sudah lewat dari pukul sembilan pagi. Hal yang wajar seperti perjalanan waktu.

"Melody, Cepatlah bangun! Kau tidak boleh melewatkan duelnya!" Ucapnya lagi di dekat samping ranjang Melody. Dan Melody pun bergegas melepas kembali ikatan tanaman rambat pada sayap dan pinggangnya, bersiap, dan pergi menyusul lainnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!