Ariana Anjayina, berumur 19 tahun, yang saat ini sedang menjalani masa-masa kuliahnya. Suatu hari, ia mengetahui hal yang sangat menyakitkan dan membuatnya kehilangan konsentrasi saat ia sedang mengendarai motornya. Karena tidak fokus, tiba-tiba saja truk dengan berkecepatan tinggi itu menghantam dan menabrak motor yang sedang dikendarai oleh Ariana. Saat itu juga, Ariana dinyatakan telah tewas di tempat.
Ariana membuka matanya, melihat-lihat ke arah sekitar. Tunggu, apa ini? ternyata dia berada di rumah sakit?
"kamu sudah bangun?" tanya seorang pria berahang tegas, berhidung mancung, serta memakai kemeja berwarna hitam dibaluti dengan dasi berwarna merah. Ia berdiri di depan pintu sambil memasang mukanya yang datar
Ariana terkejut, lalu melirik ke arah pria itu "siapa dia?" pikirnya. Ariana menelan ludahnya dengan susah payah, lalu ia pun berbicara "ganteng." ucapnya, tanpa ia sadari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rreannaf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alea berhalusinasi?
Setelah Raymond pergi, barulah Ariana membuka pintu kamar nya secara perlahan-lahan.
Ia memasuki kamar itu, dan melirik ke arah seluruh ruangan itu. Ia cukup tertegun, karena ternyata selera wanita di tubuhnya ini tidak terlalu buruk.
Di mana ruangan kamarnya di dominasi oleh warna pink. Seperti cat dindingnya, dan barang-barang yang ada di kamar itu.
Ariana cukup kaget ketika membuka laci yang ada di lemari bajunya. Wahh bukan main, bahkan celana dalam wanita ini juga berwarna pink!?
Ia segera menutup laci itu, dan beralih melihat baju-baju yang ada di lemarinya. Ariana menautkan alisnya, menandakan bahwa kini ia sedang bingung.
Mengapa baju wanita ini tidak ada satupun yang berwarna pink? kalau di lihat-lihat wanita ini sangat menggemari warna pink, bahkan celana dalamnya saja berwarna pink.
Malahan baju wanita ini kebanyakan berwarna hitam, Aneh sekali.
Tapi Ariana tidak ingin memikirkan itu terlalu lama, ia segera menutup lemarinya dan memilih untuk menidurkan dirinya di atas kasur. Wahh kasur orang kaya emang beda, sangat empuk.
...****************...
Sementara itu Raffenta, yang kini sedang menenangkan Alea yang masih belum berhenti untuk menangis.
"Alea, udah ya? Abang pastikan, mama ga bakal bisa mukulin kamu lagi," ucapnya, sembari mengusap-usap punggung Alea untuk menenangkan gadis itu.
Alea menghentikan tangisnya, lalu menyeka air matanya yang sudah terlalu banyak keluar.
Ia menggeleng kan kepalanya, "Mama ga mukulin aku lagi kok,"
"Malahan aku tadi foto bareng sama mama, kami juga ketawa bareng," sambungnya lagi dengan wajah yang sangat ceria.
Raymond menautkan alisnya, bingung dengan kalimat yang baru saja di katakan Alea. Apa kini Alea sedang berhalusinasi?
Ia memejamkan matanya sejenak, berusaha untuk menahan emosinya yang kini sepertinya akan menjolak di dalam dirinya. Sebenarnya separah apa luka yang telah di berikan mamanya, sampai Alea menjadi seperti ini?
Pikirannya sangat berantakan, ia sangat takut sekali bahwa Alea lama-lama akan menjadi orang yang tidak waras, akibat tekanan yang di berikan oleh mama kandung nya sendiri.
Alea yang melihat abangnya seperti itu pun merasa bingung, ada apa dengan abangnya itu? bukankah seharusnya ia senang, bahwa mama telah berubah.
"Abang gapapa?" tanya nya dengan wajah yang sedikit panik.
Raymond membuka matanya, menatap sayu kepada seseorang di hadapannya saat ini. Ia merasa bahwa ia telah gagal melindungi adiknya sendiri.
Alea terdiam sejenak, sepertinya ia paham mengapa Raffenta menjadi seperti ini. Ia tersenyum kecut, apa yang ia bilang tadi di anggap hanya khayalan nya semata oleh abangnya?
"Jangan ganggu Alea untuk sementara." Ucapnya, seraya melangkah kan kakinya keluar dari kamar.
Alea mengulurkan tangannya ke gagang pintu, dan membuka pintunya. Ia terdiam, dan menatap seseorang yang kini juga tengah menatapnya. Itu Abang ke-duanya, Raymond Abriel.
"A-abang dari kapan ada di sini?" tanyanya dengan gagap.
"Sejak lo bilang kalau mama ga mukulin lo lagi," jawabnya dengan wajah yang sangat datar.
"Giliran gue yang nanya, sejak kapan lo jadi berhalusinasi kaya tadi?"
"SEJAK KAPAN LO JADI ENGGA WARAS GINI HAH!?" sambung Raymond lagi, dengan emosi nya yang kini sudah meledak-ledak.
Alea yang melihat Raymond seperti itu pun menjadi kaget. Ya, ia tahu bahwa sifat Raymond sangat pemarah, tapi entah mengapa mendengar kata-kata tidak pantas yang di lontarkan Raymond kepadanya, membuat hatinya sangat sakit sekali.
"RAYMOND APA YANG UDAH LO BILANG KE ADIK LO SENDIRI?" tanya Raffenta yang kini sudah berada di depan pintu, karena mendengar seperti terjadi keributan di luar.
Raymond memijat keningnya, sepertinya ia telah salah berkata. Ia memegang pundak Alea dengan kedua tangannya lalu meminta maaf kepadanya. "Alea maaf, gue ga bermaksud ngatain lo," ucapnya.
"Alea lo ga boleh jadi cewe yang lemah oke? lo harus tetap kuat dan waras. Setelah itu, sampai harinya tiba kita bakal bisa menghancurkan mama. Sama seperti mama yang telah menghancurkan hidup dan mental kita, anaknya kandung nya sendiri." sambung Raymond.
Alea membelalakkan matanya, ia sangat terkejut mendengar perkataan itu. Bagaimana bisa abangnya sendiri berpikiran seperti itu?
Mata Alea kini sedang berkaca-kaca, ia menggenggam tangannya dengan erat, menandakan kemarahan yang amat mendalam.
PLAKKK
Ia melayang kan tangannya, dan memukul pipi Raymond dengan tangan kanannya.
Raffenta yang melihat itu pun sangat terkejut, Alea yang sangat lemah lembut dan tidak berani berbicara dengan nada tinggi kepada orang lain, kini menampar pipi abangnya sendiri?
Raymon terdiam kaget sambil memegang pipinya yang me-merah akibat pukulan cukup kuat yang di layangkan oleh Alea.
Setelah itu, Alea melangkah pergi meninggalkan Raymond dan Raffenta yang masih memasang ekspresi kagetnya.
...****************...
Ariana bangkit dari tempat tidurnya saat seperti mendengar terjadi keributan di luar. "Apa tetangga sebelah ya yang ribut?" tanya nya kepada diri nya sendiri.
Ariana membuka pintu kamarnya, dan melihat sekitar. Ia terkejut saat melihat Alea yang berlari melewati nya sambil menyeka air matanya.
"ALEA KAMU KENAPA?" tanya nya dengan suara yang cukup kuat, agar Alea bisa mendengar nya.
Karena Alea tidak mendengarkan nya, Ariana pun inisiatif untuk mengikuti Alea dari belakang.
Ia tepat berhenti di depan pintu kamar mandi, ia rasa Alea ada di dalam kamar mandi. Ariana mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi itu, tetapi tidak ada jawaban.
Tidak menyerah sampai situ saja, Ariana mengetuk pintu itu lagi menggunakan tangannya dengan cukup kuat, "TOK TOK TOK."
Nihil, tetap tidak ada jawaban sama sekali. Ariana menghelakan nafasnya, lalu ia meringsut kan badannya, dan men-dudukkan dirinya di lantai depan pintu kamar mandi itu.
Ariana meringkuk kan badannya dengan posisi duduk, ia terdiam beberapa saat.
"Alea, mama tahu semua yang mama telah lakukan ke kalian tidak bisa di maafkan-" Ariana memberi sedikit jeda pada pembicaraan nya.
"Tapi selama mama berada di tubuh ini, mama bakal berusaha untuk memperbaiki kesalahan mama. Mama ga bakal memaksa kalian untuk memaafkan mama yang telah membuat kalian hancur. Mama hanya ingin memperbaiki kesalahan yang telah mama buat, setelah itu mama bakal pergi yang jauh dari kalian semua." sambung Ariana lagi, dengan air mata yang sudah mengalir di pipi mulusnya.
"Mama mau pergi kemana?"
Ariana segera berdiri saat melihat Alea sudah membuka pintunya.
Ia tersenyum, dan mendekat kan dirinya kepada Alea. Ariana mengelus rambut panjang Alea yang sedang terurai, dengan sangat lembut.
"Mama ga pergi ke mana-mana sayang, mama bakalan selalu ada di sisi kamu," jawab Ariana dengan ekspresi wajah yang sedikit sedih. Karena ia tahu bahwa ia tidak akan bisa untuk menemani gadis ini dengan jangka waktu yang lama.
Alea yang mendengar itu pun melebarkan senyumnya, dan memeluk mamanya dengan sangat erat.
"Aku harap mama yang di hadapan aku saat ini, bukan hanya sekedar halusinasi aku saja" ucap nya.
Ia pun memeluk Ariana lebih erat, seolah-olah tidak mengizinkan Ariana untuk meninggalkan nya.