Kumpulan Kisah horor komedi, kisah nyata yang aku alami sendiri dan dari beberapa narasumber orang-orang terdekatku, semuanya aku rangkum dalam sebuah novel.
selamat membaca. Kritik dan saran silahkan tuliskan di kolom komentar. 😘😘😘😘😘😘
Lawor di mulai!!! 😈😈😈😈😈
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Cerita Horor Saat Pramuka
Cerita Aisyah.
Bermula saat aku dan Ismi sedang ingin melakukan sholat tahajud. Aku dan dia harus pergi ke kamar mandi pondok pesantren yang cukup jauh dari kamarku dan dia berada.
Saat itu jam menunjukkan pukul setengah tiga dini hari. Aku dan dia sudah terbiasa untuk bangun di waktu sebelum subuh.
Em, sebelumnya, sebaiknya aku ceritakan kisi-kisi dari pondok pesantren Al zaitun yang didirikan oleh Bapakku dan para guru-guru besar dari pondok pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur ini. Bangunannya terbuat dari batu bata, dan lantainya masih berupa tanah liat yang di haluskan. Atapnya perupa genteng, dan pelafon nya terbuat dari anyaman bambu atau yang biasa disebut dengan gedek.
Bangunan itu berbentuk leter L. Dengan musholla yang di bangun terpisah yang berada di ujung L bangunan utama pondok pesantren. Ada kolam di tengah-tengah lapangan pondok pesantren. Sebenarnya ada kok kamar mandi di dekat bangunan utamanya. Tapi, air masih belum di alirkan ke sana. Dan kamar mandi yang aku ingin tuju itu berada di sebelah selatan mushollah. Sedangkan kamar tidurku dan Ismi itu di ujung L yang berlawanan dengan mushollah. Paham kan maksudnya? Paham dunk.
Pondok pesantren ini masih belum di buka untuk umum. Belum memiliki satupun murid, karena selain berfungsi sebagai pondok pesantren biasa. Tujuan dari pembangunan ini juga niatnya di peruntukan sebagai sekolah menengah pertama, atau SMP. Lebih tepatnya sebagai Madrasah Tsanawiyah, Atau MTs.
Di bangunan baru dan lingkungan baru membuat kesannya benar-benar berada. -Karena sebelumnya aku dan Ismi tinggal di Ba'an, bertetanggaan dengan Angga dan kawan-kawan-.
"Ismi? Kamu berani?" Tanyaku ke adik kembar ku. Walaupun kami kembar, aku lahir beberapa menit sebelum dia.
"Ya harus berani lah." Dia tidak pernah memanggil aku dengan sebutan Mbak atau Kakak. Dia merasa kita setara, apapun ceritanya.
"Tapi, lihat. Mushollah itu tepat berada di sebelah makam lho." Aku mengingatkannya.
"Kita ga boleh takut dengan begituan lagi. Lagi pula, kita bisa aman kalau sesegera mungkin ke mushollah. Aku yakin, Kuntilanak yang ada di Ba'an ga bakalan pergi sampai sejauh ini."
"Tapi, menurut cerita Puji Astuti. Di sumur tua yang akan kita tuku itu dulunya ada setannya. Ada setan berkebaya merah. Masih ingat lan dengan ceritanya dulu?" Aku kembali mengingatkannya.
"Dan ada tragedi yang merenggut nyawa adiknya Riyono kan? Si Erni Harianti kan?" Jawab Ismi. "Ayolah, kita harus lebih takut kepada Allah SWT, bukannya takut ke setan.
"Ta.. Tapi tetap saja..." Ismi keluar dari kamar kami tanpa memperdulikan perkataan ku lagi. Dengan terpaksa, aku haru mengikutinya.
Di luar kamar, ada obor penerangan teras. Aku mengambilnya untuk di bawa ke kamar mandi yang berdekatan dengan Musholla dan sumur tua.
Udara begitu dingin dan menusuk. Kabut tebal menyelimuti lapangan pondok pesantren Al zaitun ini. Obor obor meredup di tengah-tengah sang kabut. Menciptakan berkas cahaya temeram yang menambah suasana menjadi menyeramkan. Aku melihat Ismi bergidik ngeri di depanku. Dia juga takut, tapi dia berusaha untuk tidak menunjukkannya.
Kamar para guru berada di ujung bangun berbentuk huruf L yang satunya. Dekat dengan musholla. Entah mengapa Ismi dan aku saat pindah kesini lebih memilih kamar yang berada di ujung satunya.
Kamar para guru terlihat gelap. Mereka masih tertidur, bahkan, bapakku yang di kenal sebagai Ustadz Fatkhur Rohman yang melegenda itu, kamarnya juga masih gelap. Dia kecapean karena semalaman bergadang membereskan barang-barang pindahan dari Masjid Al-Barkah yang ada di perempatan jalan Mulyorejo.
Aku dan Ismi berjalan menyusuri pinggiran kolam. Dan saat aku melihat ke arah musholla. Aku melihat ada seseorang yang sedang sholat. Dia sedang rukuk. Dia memakai mukena warna putih. Ternyata, ada salah satu guru yang sudah bangun. Aku jadi sedikit merasa tenang karena tahu ada orang dewasa di dekat kami.
Di kamar mandi, tidak ada hal yang aku khawatirkan. Jadi, Kami wudhu dan segera pergi ke mushollah. Orang yang sholat tadi masih di sana. Kali ini dia sedang sujud.
Tanpa ragu, kami pun masuk ke mushollah dan melakukan sholat tahajud. Rakaat pertama, di ujung mataku aku melihat orang tadi masih sujud. Rakaat kedua, sosok tadi sudah tidak ada.
Hei!! Kemana dia pergi?
Selesai salam. Aku melihat ke sekeliling. Ternyata dia sekarang berada di pinggir kolam. Berdiam diri membelakangi kami.
Selesai doa, dan aku merasa masih mengantuk. Aku mengajak Ismi balik lagi ke kamar. Dia tidak memprotes sedikitpun.
Kami berjalan ke kamar dengan jalur yang sama. Wanita tadi masih berdiri di pinggir kolam. Kabut yang tebal, membuatnya menjadi tampak sedikit kabur.
Langkah demi langkah. Semuanya tenang-tenang saja hingga akhirnya aku dan Ismi sudah berjarak beberapa meter dengan wanita ber mukena serba putih itu.
Saat aku memperhatikan dia lebih seksama... Bagian atas mukenanya ada kuncirnya.
Hallow? Mukena model baru kah? Kom ada kuncirnya?
Ismi menyadari apa yang aku lihat. Dia berhenti berjalan mendadak hingga aku menabraknya dari belakang. Kami tidak berbicara apapun, karena kami terfokus pada wanita tadi.
"Aisyah? Kok, mukenanya ada kuncirnya?" Tuh kan? Dia juga menyadari keanehan yang aku lihat. "Kok mirip.... Mirip.... Hiiii..." Dia berlari meninggalkan aku.
"Heii!! Tunggu!!! Ismi!!" Teriakku sambil mengejarnya.
Dia sampai di depan kamar kami dan berusaha untuk membuka pintunya. Dia kebingungan, karena kamar kami telah aku kunci, dan kuncinya aku yang membawanya. "Cepat!!! Cepat!!! Mana kuncinya!!" Teriaknya kepadaku.
"Bentar. Aku.... Aku meninggalkannya di mushollah!!" Teriakku.
"Tidak!!!"
Nex
Cerita Siti
"Tidak!!!" Teriak Ismi yang membuat semua peserta Pramuka menjerit kaget.
"Apaan sih?" Protes Dika. "Bikin kaget saja."
"Hehee. Maaf, kebawa suasana." Jawab Ismi. Ismi dan Aisyah berbicara silih berganti saat bercerita. Seolah memiliki ilmu telepati, yang mengkoneksikan pikiran mereka.
"Lalu, siapa yang kalian lihat itu?" Tanya Angga.
"Itu..."
Nex
Cerita Aisyah.
"Tidaaaakkkkk!!! Pocong!! Itu pocong!!!" Teriak Ismi. "Kabur!!"
Aku dan Ismi langsung berlari menuju ke kamar para guru. Menggedor-gedor pintu mereka. Tapi, mereka tidak merespon sama sekali. Jadi, kami berlari lagi ke arah mushollah. Mengambil kunci kamar. Dan.... Pocong itu sudah rukuk dimana pertama kali aku melihatnya.
Nex
Cerita Siti
"Setelah itu kami pingsan." Kata Aisyah. "Kami di bangunkan saat subuh."
"Saat kami menceritakan kejadian itu, bapakku langsung mengajak para guru melakukan doa bersama setelah sholat Subuh." Sambung Ismi.
"Lalu?" Tanya Dika.
"Kelanjutannya gimana?" Tanya Angga.
"Setelah itu, kami tidak melihat penampakan setan lagi. Tapi, pekerja bangunan yang bekerja di sana sering di ganggu oleh penampakan."
"Boleh di ceritakan?" Tanya Udin.
"Capek ah. Buat Part dua nya saja." Jawab Aisyah. Yang lain mungkin ada cerita?"
"Aku... Aku...."