(Revisi)
Demi menggagalkan rencana jahat ibu tirinya, Zahira terpaksa mendaftarkan diri pada sebuah aplikasi biro jodoh, dimana dirinya akan menjadi Pengantin Pesanan.
"Aku tidak menyangka pengantin pria nya mirip Tarzan"-- Zahira Malika Maheswari.
"Kenapa fotomu beda dengan wajah aslimu. Jawab aku, Nona Zahira!"-- Louis Abraham Smith.
Bagaimana jadinya jika keduanya terikat kontrak pernikahan, hingga terkuat rahasia Louis yang dapat menghancurkan kontrak pernikahan keduanya.
Yuk simak kisahnya hanya di cerita Pengantin Pesanan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Pengantin Pesanan
"Sialan, aku tidak akan membiarkan mereka merampok perusahaan dan harta warisan orang tua ku" ucap Zahira marah sambil terus melajukan motornya menuju perusahaannya.
Sesampainya di perusahaan, Zahira memarkirkan motor trail yang dikendarainya di lobby perusahaan. Satpam dan beberapa karyawan yang berlalu lalang di lobby tampak terkejut melihat kedatangannya.
Beberapa dari mereka sampai mengucek matanya untuk memastikan bahwa wanita cantik tersebut adalah atasannya yang sudah diumumkan meninggal dunia.
"Mustahil" ucap mereka seakan tidak percaya apa yang dilihatnya sekarang.
"Nona Zahira kah itu?" ucap lainnya dengan bola mata membulat sempurna.
"Tidak mungkin, dia sudah tiada." ucap Karyawan pria menyahuti ucapan rekan kerjanya yang masih belum mempercayai apa yang dilihatnya sekarang.
Bagaimana tidak, belakangan ini hampir seluruh media di negara tersebut mengabarkan berita perihal tentang kematian Zahira yang diumumkan langsung oleh Nyonya Victoria.
Zahira hanya melirik sekilas mereka lalu melangkah tergesa-gesa memasuki lift khusus untuk CEO atau pimpinan perusahaan.
Dengan perasaan geram, Zahira menghembuskan nafas kasar dengan tangan di kepal kuat dan kedua mata bulatnya terus memandangi pintu lift yang tak kunjung terbuka.
Berada di dalam lift membuat Zahira merasa waktu berjalan begitu lambat saat dirinya sedang gencar-gencarnya ingin melabrak duo serigala yang terus menggaet harta warisannya.
Sementara di lantai tertinggi perusahaan atau lebih tepatnya ruangan pimpinan perusahaan, tampak sosok wanita cantik berambut sebahu begitu pusing melihat tumpukan laporan di atas mejanya. Wanita cantik itu tidak lain adalah Delisa, saudara tiri Zahira yang sudah berhasil mengambil posisi Zahira dengan cara licik.
Tak satupun dari laporan tersebut berhasil Delisa periksa, hanya membuka halaman depan saja lalu menyimpannya kembali. Dia sungguh tidak mengerti dengan semua itu, kalau mengenai fashion dialah ahlinya, memang bidangnya di bidang fashion dan modeling.
"Aku sungguh pusing melihatnya. Aku tidak bisa memeriksanya satu persatu, aku bisa gila dengan laporan menumpuk ini" ujar Delisa sambil memijit keningnya.
"Ini semua gara-gara mommy. Tidak seharusnya mommy memecat Bu Wira dan menyekapnya di suatu tempat, begini kan jadinya. Padahal pekerjaan ini bisa selesai ditangan wanita tua itu." ucap Delisa sebal sambil menghela nafas. Pasalnya dia belum paham dengan tumpukan laporan di depannya.
Dert
Dert
Dertt.
Ponselnya berdering, Delisa mengambil cepat ponselnya untuk melihat siapa yang meneleponnya.
"Vanda! ada apalagi ini, kenapa dia menelpon ku" gumam Delisa lalu mengangkat panggilan masuk dari sahabatnya yang berhasil ia pekerjakan di perusahaan Zahira.
"Halo, kenapa kau menelpon. Kau tidak tahu bahwa aku sedang sibuk!" ucap Delisa dengan ketusnya di ujung telepon.
"Ya maaf kalau begitu. Tapi aku memiliki kabar yang sangat mengejutkan bos ku" ucap Vanda menyeringai.
"Kabar apalagi yang kau dapatkan mbak nyinyir?" tanya Delisa penasaran dan percakapannya terdengar kocak saat bertelpon dengan sahabatnya itu.
"Aku baru saja melihat saudara tirimu yang sudah tiada. Sekarang arwah saudara tirimu sedang berada di perusahaan, iiih sungguh menakutkan." jelas Vanda sedramatis mungkin mengatakannya.
"Apa!"
Delisa terlonjat kaget mendengar ucapan sahabatnya, ia hampir saja menjatuhkan ponsel mahal di tangannya.
"Jangan-jangan arwahnya datang untuk balas dendam kepada mu dan juga kepada ibu mu, ihhh sangat mengerikan" ucap Vanda merinding di ujung telepon.
Tak ayal semua orang terkejut melihat kedatangan Zahira, karena wanita itu sudah dinyatakan meninggal dunia. Padahal kenyataannya wanita cantik nan pekerja keras itu masih hidup dan sehat walafiat.
"Berani sekali Zahira datang ke perusahaan? terus dimana satpam penjaga, kenapa dia bisa masuk ke perusahaan tanpa dihadang satpam penjaga yang tidak becus itu" ucap Delisa marah-marah dan tidak sadar akan ucapannya mendatangkan tanda tanya besar bagi sahabatnya.
"Bagaimana mungkin arwah seseorang yang sudah meninggal dunia mau dihadang bos ku. Ada-ada saja, perbanyak doa saja, supaya arwah saudara tirimu tidak meneror mu habis-habisan" ucap Vanda sambil tertawa kecil namun setelahnya langsung bungkam mendengar ucapan Delisa.
"Apa kau sudah bosan bekerja hah! Aku bisa saja memecat mu sekarang juga hanya karena ucapanmu itu." ucap Delisa dengan ancamannya sambil berdengus kesal.
"Jangan dong bos ku. Aku kan cuma memberitahu mu tentang kedatangan Zahira yang langsung menggemparkan karyawan perusahaan ZMM group." ucap Vanda memohon di ujung telpon membuat Delisa langsung memukul meja kerjanya lalu mematikan teleponnya secara sepihak.
"Gawat, aku harus menelpon mommy." ucap Delisa panik lalu menelpon cepat ibu tersayangnya.
Bersamaan pula pintu ruangannya di dobrak dari luar hingga terbuka lebar dan muncullah sosok orang yang sangat tidak diinginkan kedatangannya.
Delisa mengalihkan pandangannya dan terlonjat kaget melihat kedatangan Zahira, dia tampak gugup sampai-sampai tangannya bergetar memegang ponselnya. Namun dia tetap berusaha santai.
Aku harus memberitahu masalah ini kepada mommy. Batin Delisa yang dilanda panik lalu mengirimkan sebuah pesan singkat pada ibu tersayangnya.
Prok...Prok...Prokkk
Zahira bertepuk tangan memasuki ruangan CEO yang kini di tempati oleh saudara tirinya yang super licik itu.
"Wow, hebat sekali kamu!" ucap Zahira dengan pujiannya sambil bertepuk tangan dengan gembiranya menatap tajam Delisa menempati kursi kebesarannya.
Zahira melangkah pelan mendekati Delisa yang terlihat panik duduk di kursi kebesarannya. Namun wanita licik itu begitu pandai mengubah raut wajahnya hingga memasang wajah arogannya.
"Selamat telah merebut posisiku dengan cara licik nona Delisa sang CEO perusahaan ZMM group" ucap Zahira tersenyum sinis sambil membaca papan nama di depan Delisa.
Delisa sendiri hanya mampu diam sambil mengepalkan tangannya sembari menunggu pesan singkat dari ibunya. Hingga sebuah notifikasi masuk di ponselnya dan itu sebuah pesan singkat dari ibunya.
[ Jangan biarkan Zahira keluar dari ruangan mu. Terus ulur waktu, mommy sedang dalam perjalanan ke perusahaan. Kurang lebih 15 menit lagi mommy sampai. Sementara Jenos baru saja sampai di perusahaan, pria itu yang akan mengamankan Zahira. Jadi jangan gegabah, tetap pada posisi mu sayang.]
Seperti itulah pesan singkat yang dikirimkan oleh ibunya untuk mengurung Zahira di ruangan tersebut. Dalisa bangkit dari duduknya dan menatap sinis wajah Zahira.
"Beritahu ibumu bahwa aku datang untuk menemuinya. Aku tidak menyangka kalian membuat kekacauan sampai sejauh ini dengan mengumumkan kematian ku di depan publik. Sungguh hebat kalian, aku sangat memuji bakat akting mu yang luar biasa itu." ucap Zahira tertawa kecil berdiri di hadapan Delisa, sorot matanya memancarkan kebencian terhadap saudara tirinya.
Diluar dugaan sosok pria berjaket hitam lengkap dengan topi hitam beserta kaus tangannya berjaga-jaga di luar dan sepertinya sedang mengintai suasana ruangan pimpinan perusahaan.
"Kau memang tidak bisa membaca rencana kami Zahira. Jadi, walaupun kau menikah dengan pria hutan yang hampir menyerupai monyet di hutan, tetap saja kau akan kalah dari kami. Karena semua orang disekelilingmu sudah bersekutu dengan kami, jadi terima saja kekalahanmu" ucap Delisa dengan ejekannya.
Plak!
Satu tamparan keras mendarat sempurna di pipi sebelah kanan Delisa. Wanita licik itu hanya mampu memegangi pipinya yang terasa kebas akibat tamparan saudara tirinya.
Delisa tidak terima, ia pun melayangkan tangannya untuk menampar wajah Zahira, namun dengan cepat Zahira menangkap tangannya.
"Jangan pernah mengejek suamiku! Karena aku tidak segan-segan untuk merobek mulut jahat mu itu" ucap Zahira marah dan tidak terima suaminya diejek oleh orang lain. Cukup dia saja yang mengejeknya.
Zahira melepaskan tangan Delisa secara kasar lalu bertolak pinggang menantang saudara tirinya.
"Ha ha ha, kau sudah puas menamparku?" tanya Delisa tertawa kecil.
Namun pandangannya beralih pada sosok pria yang mengendap-endap di belakang Zahira, hingga pria itu memukul leher belakang Zahira hingga membuatnya jatuh pingsan.
Bersambung.....