Takdir Alina

Leo menghembuskan napas panjang. Lalu tangannya perlahan menggenggam tangan Alin dengan lembut, membuat sang empu merasa terkejut. Sontak Alin langsung melepaskan tangannya dari Leo.

"Kenapa?" tanya Leo menatap Alin bingung.

"Aku nggak enak, Kak, di sini banyak orang," jawab Alin pelan sambil menunduk.

"Kenapa? Aku pacar kamu dan kita juga mau nikah, tapi kenapa, kamu lakuin ini sama aku, Lin? Kenapa kamu nggak ada kabar hampir sebulan terakhir ini? Kamu nggak tau seberapa cemasnya aku saat kamu nggak ada kabar sama sekali? Aku kuliah di luar negri demi kehidupan kita setelah menikah terjamin. Tapi apa yang kamu lakukan, kamu tega selingkuh di belakang aku dan pacaran sama orang lain?" Leo, pemuda itu menatap kecewa pada Alin.

"Maaf, Kak. aku akan jelasin semuanya. Aku bukan bermaksud nyakitin Kak Leo, tapi semalam Bang Raja minta tolong sama aku buat pura-pura jadi pacarnya. Aku nggak bisa nolak karena aku nggak enak sama dia, Kak," jelas Alin yang sudah terisak.

"Lalu Al? Apa hubungan kamu sama Al, dan kenapa kalian berdua bisa makan bareng di sini?" tanya Leo lagi, mencecar Alin dengan beragam pertanyaannya.

"Tapi Kak Leo nggak boleh bilang sama siapapun, ya? Sebenarnya, Pak Al itu majikan aku, aku kerja di rumahnya Pak Al. Kami ke sini buat sarapan karena aku bangunnya kesiangan. Makanya aku nggak sempat buat sarapan buat dia. Makanya dia ngajak aku makan di sini," jelas Alin dengan sedikit berbohong.

"Terus kenapa kamu hilang kabar sebulan dan nggak pernah telepon aku sama sekali?" tanya Leo untuk yang kesekian kalinya.

"Itu karena ada sesuatu yang terjadi satu bulan yang lalu dan nggak bisa aku kasih tau sama Kak Leo. Jadi, aku mohon, jangan tanya sesuatu lagi sama aku."

Ya, Leo dan Alin adalah sepasang kekasih sejak masih di bangku SMA dulu. Leo adalah kakak kelas Alin waktu di sekolah. Suatu hari di mana Leo menyatakan cintanya pada Alin dan Alin pun menerimanya dengan bahagia. Karena sebenarnya, Alin juga mencintai Leo dalam diam. Namun, siapa sangka, ternyata cinta Alin tidak bertepuk sebelah tangan, karena Leo juga punya rasa yang sama dengannya.

Hingga suatu saat dimana hari kelulusan Leo pun tiba. Orang tuanya menginginkan Leo untuk kuliah bisnis di luar negri. Alin yang merasa sedih pun hanya bisa pasrah dan menunggu Leo kembali untuk menepati janjinya untuk menikahi Alin. Namun, takdir berkata lain, mimpi mereka pun hanyalah mimpi dan tak akan jadi kenyataan. Karena sekarang, Alin sudah menjadi istri dari seorang Alexander Graham. Pernikahan yang di awali dendam suatu saat akan menjadi penuh cinta.

"Oke, tapi kamu masih cinta, kan, sama aku?"

Pertanyaan Leo selanjutnya membuat Alin terdiam lalu kemudian mengangguk pelan.

"Kalau gitu, ayo, kita ketemu Mama sama Papa. Aku akan lamar kamu di depan mereka," ucap Leo antusias.

Leo merasa bahagia karena Alin masih mencintainya. Dengan perasaan senangnya ia berdiri dan memegang tangan Alin, tapi Alin tak kunjung berdiri yang akhirnya membuat Leo menatapnya heran.

"Ada apa, Alin?"

Alin menunduk. "Aku memang cinta sama Kak Leo. Tapi ... aku nggak bisa nikah sama Kak Leo," jawab Alin yang berhasil membuat Leo melepaskan tangan Alin dari genggamannya. Dia menatap Alin dengan bingung.

"Apa maksud kamu, Lin? Kenapa kamu nolak nikah sama aku? Ini mimpi kita berdua sejak dulu, tapi kenapa kamu nolak, apa alasannya?" tanya Leo yang kecewa dengan penolakkan Alin.

"Itu karena aku...."