menceritakan seorang anak perempuan 10tahun bernama Hill, seorang manusia biasa yang tidak memiliki sihir, hill adalah anak bahagia yang selalu ceria, tetapi suatu hari sebuah tragedi terjadi, hidup nya berubah, seketika dunia menjadi kacau, kekacauan yang mengharuskan hill melakukan perjalanan jauh untuk menyelamatkan orang tua nya, mencari tau penyebab semua kekacauan dan mencari tau misteri yang ada di dunia nya dengan melewati banyak rintangan dan kekacauan dunia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YareYare, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 4. Pohon Harapan
...Hutan ini berbeda dengan hutan sebelumnya. Di atas sana terdapat banyak pohon raksasa, tetapi jarak antara pohon-pohonnya tidak terlalu berdekatan. Sedangkan di sini, pohon-pohonnya berukuran normal terlihat lebih banyak dan jaraknya sangat rapat. Aku merasa seperti berada di hutan yang berbeda. Pohon-pohon ini membuatku kesulitan berjalan; jalanannya sangat sempit.
Hill pun terus berjalan sambil memegang Levia dengan kedua telapak tangannya. Di antara sempitnya pohon-pohon, Hill mencoba memaksakan dirinya untuk terus melewati pohon-pohon itu.
...Udara di sini sangat sesak. Banyak sekali asap yang membuat pernapasanku tidak nyaman...
Waktu terus berlalu, hari sudah mulai gelap, dan Hill terus berjalan semakin dalam.
"Ohok, ohok, ohok, ohok."
...Semakin aku memasuki hutan ini, semakin sesak napasku, dan asap-asapnya semakin tebal. Mata ku terasa perih...
"Levia, Levia, bangunlah."
...Aku sudah berjalan lama, tetapi aku tidak tahu aku berjalan ke arah mana. Aku tidak tahu ke mana arah Kota Magi. Di sini sudah semakin gelap, dengan banyaknya asap, aku semakin sulit melihat...
"Levia, Levia, bangun."
...Dia tidak bangun-bangun, apa yang harus ku lakukan...
"Ohok, ohok, ohok."
...Aku semakin sulit bernafas. Sebaiknya aku mencari tempat untuk beristirahat dulu sampai Levia bangun...
Hill yang sudah merasa tidak nyaman dengan udara di hutan ini, pun mencari tempat yang cocok untuk beristirahat. Hill terus melewati jalan sempit. Semakin lama, penglihatannya mulai buram.
...Tidak ada tempat istirahat di sini, semua tempat sangat sempit dan penuh asap. Ke mana aku harus pergi...
Tak lama kemudian, sebuah getaran bumi terjadi, membuat Hill terjatuh, dan tanpa sengaja Hill menjatuhkan Levia. Seketika Hill panik dan mencari Levia.
"Leviaaaa! Leviaaa!"
...Oh tidak, aku tidak bisa melihatnya. Tempat ini sangat gelap...
Hill pun terus mencari Levia di tempat itu sambil berteriak memanggilnya, berharap Levia terbangun.
"Leviaaaaa! Leviaaa! Ohok, ohok, ohok."
Hill terus berteriak sambil mencari Levia. Tak lama kemudian, getaran di hutan semakin terasa, lalu tiba-tiba suara menyeramkan yang tidak asing mulai terdengar.
...Oh tidak, monster ini, dia mendekat...
Karena mendengar suara teriakan Hill, monster itu terus mendekati tempat Hill, semakin lama semakin mendekat.
...Oh tidak, apa yang harus ku lakukan? Aku tidak bisa meninggalkan Levia. Aku tidak tahu harus bersembunyi di mana. Tempat ini sangat sempit...
Monster itu semakin mendekat. Hill tidak tahu harus berbuat apa saat ini, dia pun terduduk diam.
...Aku sudah mulai melihatnya. Dia sedang berlari ke arahku. Itu adalah monster yang mengejar tadi, dan dia yang mengejar Levia waktu itu. Dia semakin mendekat, sekarang aku bisa melihatnya dengan jelas. Monster itu ada di depan ku...
Monster itu tepat berada di depan Hill. Tidak ada tempat bersembunyi bagi Hill saat ini. Hill pun merasa sangat ketakutan, tetapi tak lama kemudian Hill menyadari sesuatu. Monster itu hanya diam di depannya.
...Monster itu, dia sepertinya tidak melihatku. Di tempat gelap yang penuh asap ini, dia mungkin tidak melihatku. Dia hanya diam. Monster itu besar sekali. Badanku seperti sebuah gelas baginya. Dia memiliki tubuh besar, tangan yang panjang hampir menyentuh tanah saat berdiri, kuku-kukunya panjang dan terlihat sangat tajam, tetapi kakinya tidak sepanjang tubuhnya, dan kepala nya kecil. Aku tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya, tetapi perutnya terlihat sangat menjijikan. Banyak sekali lubang di perutnya, dan setiap lubang itu mengeluarkan cairan merah...
"Ohok, ohok."
Tanpa sengaja, Hill pun batuk. Seketika, monster itu melihat Hill. Setelah menyadari dirinya sudah ketahuan, Hill langsung berlari sekuat tenaga, memaksakan dirinya melewati jalan sempit yang terhalang oleh banyak pohon. Tetapi monster itu bergerak dengan cepat, menabrak setiap pohon yang menghalangi jalannya sampai hancur.
...Ini mustahil, aku tidak bisa kabur darinya, aku kesulitan bergerak...
Monster itu terus menggunakan tangannya untuk menarik Hill, tetapi Hill yang berusaha masuk melewati pohon-pohon membuat monster itu kesulitan menangkapnya. Dengan tubuh kecil di antara banyaknya pohon, tak lama kemudian monster itu semakin keras mengeluarkan suara. Lalu monster itu menarik tangannya ke belakang, kemudian menghempaskan tangannya ke depan. Hempasan tangannya mengeluarkan angin besar yang membuat pohon-pohon di sekitar hancur dan berterbangan. Hill memegang erat sebuah akar yang ada di tanah untuk mencegah dirinya terhempas oleh angin besar yang diakibatkan oleh monster itu. Kerusakan yang ditimbulkan monster itu sangat luas. Anginnya sudah berhenti. Hill pun segera berdiri dan berlari sekuat tenaga. Dengan banyaknya pohon yang terhempas, Hill bisa berlari dengan cepat, tetapi semakin cepat Hill berlari, monster itu tetap bisa mengejarnya. Tak lama kemudian Hill terjatuh. Monster itu tepat berada di depan Hill, lalu monster itu mengangkat tangannya dan mencoba memukul Hill dari atas.
...Ini tidak mungkin, apakah aku akan mati di sini?
2 tahun yang lalu.
"Hill, ibu akan bercerita."
"Wow, aku suka cerita hahaha."
"Kemarilah tidur di pangkuan ibu."
"Jadi, apa ceritanya, Bu?"
"Di suatu tempat di dunia ini terdapat sebuah pohon kuno yang sangat ajaib. Pohon itu hanya ada satu di dunia ini. Dia bisa muncul di mana saja dan bisa menghilang juga, jadi tidak ada yang tahu kapan pohon itu muncul dan di mana pohon itu muncul. Tetapi pohon itu selalu muncul di depan orang yang memiliki hati yang baik dan polos. Pohon itu selalu mengabulkan satu keinginan kecil kita."
"Apakah pohon itu enak dimakan?"
"Hahahah, kamu ini, hmm, mungkin saja enak. Pohon itu memiliki bentuk yang berbeda dari pohon lainnya, daunnya pun bisa berubah bentuk. Mungkin saja jika daun itu memiliki bentuk seperti kue, nanti daun itu akan enak seperti rasa kue."
"Kalau begitu aku harap daun itu memiliki bentuk seperti bintang. Aku ingin mencoba memakan bintang."
"Aduh Hill, kamu ini ada-ada saja deh. Lalu, jika seseorang memiliki daun pohon itu, maka sesuatu yang menakjubkan akan terjadi."
"Tapi ibu tahu dari mana kalau di dunia ini ada pohon seperti itu?"
"Banyak hal di dunia ini yang belum Hill ketahui, dan Hill tidak akan mengerti. Nanti, jika sudah waktunya tiba, ibu akan menceritakan banyak hal kepada Hill agar Hill bisa menjadi anak yang hebat nantinya."
"Jika aku menjadi anak yang hebat, apakah ibu akan senang?"
"Tentu saja, Hill."
Di waktu saat ini...
...Aku tiba-tiba mengingat ibuku. Saat itu, aku selalu dekat dengan ibuku, tetapi aku tidak tahu apa pun tentang ibuku. Dia hanya seorang ibu yang selalu memasak untukku dan ayah, menemani aku bermain, mengajari aku membaca. Masih banyak hal yang ingin aku lakukan dengan ibuku. Aku tidak boleh mati di sini...
Tangan monster itu mencoba memukul Hill dari atas. Di saat tangan monster itu hampir mengenai Hill, tiba-tiba...
...Aku tidak boleh mati di sini, karena aku masih belum menolong ibuku...
Seketika, Hill berhasil menghindari cepatnya pukulan monster itu, tetapi Hill terhempas oleh angin yang diakibatkan pukulan monster itu yang mengenai tanah. Monster itu pun mencari ke mana hilangnya Hill. Dia melihat ke sekeliling sambil mengeluarkan suara yang sangat keras. Tak lama kemudian...
"Heeeyyy, monster jelek, beriisssikkk, aku ada di sini!"
Untuk pertama kalinya, Hill berteriak kepada monster dengan keberanian yang sangat tinggi. Hill berdiri tegak dengan pandangan ke depan, memandang wajah monster itu. Setelah mendengar Hill berteriak kepada monster itu, seketika monster itu semakin mengamuk, berlari ke arah Hill, dan mencoba menyerang Hill lagi. Hill, yang melihat monster itu mencoba menyerang, pun meletakkan tangan ke tanah.
...Aku percaya dengan cerita ibuku. Aku sudah mengambil 3 daun berbentuk bintang dari kantong sihirku. Sebelumnya, aku sudah bertemu pohon kuno itu dan dia meninggalkan 3 daun bintang. Aku tidak tahu harus berbuat apa, tetapi aku merasa ada yang menyuruhku untuk menekan 3 daun ini ke tanah...
Monster itu mulai menyerang. Hill menekan 3 daun bintang ke tanah lalu berteriak.
"Monster seperti kamu tidak layak untuk membunuhku!"
...Aku percaya sesuatu yang menakjubkan akan terjadi...
Seketika terjadi sebuah gempa bumi, muncul suara gemuruh dari bawah tanah. Hill dan monster itu terjatuh, lalu sebuah pohon berwarna putih yang sangat terang muncul di dekat monster. Pohon itu dengan cepat menjadi tinggi. Semakin lama, pohon itu semakin besar. Ranting-rantingnya mulai mengikat monster itu. Pohon itu tidak berhenti membesar dan terus tumbuh semakin tinggi, melebihi tinggi pohon-pohon di hutan sebelumnya. Semakin besar pohon itu, semakin terkubur monster itu masuk ke dalam batang pohon itu, dan akhirnya pohon itu berhenti bertumbuh ketika mencapai langit.
...Ibu, ayah, aku melihat hal yang menakjubkan dan indah saat ini. Aku harap kalian bisa melihatnya bersama aku. Pohon ini sangat tinggi, dia seperti sudah mencapai langit, dan pohonnya sangat terang, membuat seluruh hutan ini menjadi terang. Asap-asap yang mengelilingi hutan ini menghilang. Pohon itu menjatuhkan butiran-butiran cahaya putih yang membuat udara di sini menjadi segar. Aku tidak merasa sesak. Apakah ini semua hanyalah mimpi?
Tak lama kemudian, penglihatan Hill mulai samar. Dia pun terjatuh lalu pingsan.
Di suatu tempat, tidak diketahui kapan dan di mana ini terjadi.
"Dewi Ishi, apakah kamu yakin? Dia anak yang baru saja berumur 10 tahun?"
"Aku tidak bisa membiarkannya begitu saja. Suatu hari nanti, anak ini akan melakukan perjalanan yang panjang. Dia harus bisa membuat keputusan sendiri."
Waktu pun berlalu. Terdengar suara Levia yang sedang berteriak.
"Hey Hill, bangun, Hill, bangun!"
"Hmm..."
"Hill, bangun, Hill!"
Tak lama kemudian, Hill pun mulai terbangun.
...Sepertinya aku baru saja memimpikan sesuatu yang aneh...
"Hill, Hill, kenapa melamun? Apakah kamu baik-baik saja?"
"Levia? Levia, kamu baik-baik saja? Syukurlah."
...Hari sudah terang. Pohon putih besar itu masih ada. Dia tidak menghilang seperti pohon hitam sebelumnya yang aku temui...
"Levia, aku tidak sengaja menjatuhkanmu semalam. Aku mencarimu, tapi aku tidak menemukanmu. Maafkan aku."
"Tidak apa-apa, Hill. Tetapi aku hanya kaget. Apakah kamu yang melakukan semua ini?"
"Levia, apakah kamu tidak tahu hal ini? Bukannya kamu sudah melihat masa depanku?"
"Hal ini tidak ada dalam penglihatanku. Ini pertama kalinya masa depan yang kulihat berbeda."
"Tunggu, Levia, jika kamu banyak bicara, nanti kita akan mati."
"Tidak apa-apa, Hill. Jika kita membahas hal yang tidak kulihat, tidak akan ada masalah. Aku kaget saat bangun tidur, tiba-tiba aku berada di atas daun yang sangat tinggi."
"Levia, semalam monster yang mengejarmu waktu itu muncul dan menyerangku. Di sekeliling kita banyak sekali kerusakan, dan dia mengeluarkan angin yang besar juga."
"Jika menyebabkan kerusakan yang besar, kenapa diriku baik-baik saja? Badanku sangat kecil, aku bisa dengan mudah terhempas sangat jauh atau pohon menimpaku. Tetapi saat aku bangun tidur, aku berada di atas pohon besar ini dan badanku terasa sangat segar, seperti terlahir kembali."
"Mungkin kita bisa mencari tahu itu nanti. Untuk sekarang, kita harus segera ke kota. Saat ini badanku terasa sangat segar. Luka-luka di badanku sudah sembuh dan tidak ada rasa sakit lagi."
"Baiklah, ayo kita pergi. Jika kita bergerak dengan cepat dari sekarang dan tanpa hambatan, kita bisa sampai di kota pada malam hari."
"Akhirnya, sebentar lagi kita bisa sampai di kota."
Hill dan Levia pun memulai kembali perjalanan mereka. Di belakang mereka yang sedang berjalan, terlihat pohon raksasa yang mencapai langit itu tidak menghilang.
---
Sementara itu, hari sebelumnya di kota kerajaan bernama Magi, di depan istana raja.
"Kapten, melapor. Gerbang yang ada di barat sudah mulai jebol. Jika begini terus, pasukan Yidh akan menguasai bagian barat kota."
"Para prajurit yang masih bisa bertarung, ikuti aku. Kita pergi ke barat."
Sementara itu, di dalam istana, terlihat seorang pria sedikit tua dengan rambut panjang berwarna hitam, mengenakan mahkota emas, sedang duduk di sebuah pertemuan di dalam istana.
"Aku tidak menyangka ini akan semakin kacau. Ini bukan lagi sebuah peperangan, ini adalah pembunuhan. Kekacauan sudah mulai menyebar ke berbagai negara, dan kita sudah mendapatkan banyak laporan. Beberapa desa yang ada di Magi sudah diambil alih oleh Yidh, banyak rakyat yang terbunuh. Jika begini terus, kita akan kehilangan Magi."
"Raja, kita harus menggunakan sihir terlarang."
"Tidak boleh. Jika sihir itu digunakan, sama saja kita menyerah dalam pertarungan ini. Sihir itu sangat berbahaya."
Di saat para petinggi kerajaan sedang berbicara, tiba-tiba seorang prajurit muncul.
"Yang mulia, ada laporan. Seorang prajurit kita melihat banyak rombongan monster yang muncul di arah barat. Saat ini, pasukan Yidh, pasukan Magi, dan para monster itu sedang saling bertarung."
"Ini semakin kacau. Kemarin aku mendengar laporan ada saksi yang melihat banyak rombongan monster berada di hutan barat, dan sekarang bahkan monster ikut menyerang."
Tak lama kemudian, seorang prajurit Magi yang lainnya datang.
"Ada apa lagi?"
"Lapor yang mulia, ada serangan mendadak di bagian timur. Sepertinya mereka bukan dari kerajaan Yidh. Pasukannya sangat banyak, sekitar 5.000 prajurit."
---
Sementara itu, di sebuah tempat bawah tanah di kota Magi
"Harap tenang semuanya. Untuk para pengungsi pria yang bisa sihir, tolong ikut naik ke atas. Kalian harus ikut berperang. Kerajaan mulai kekurangan prajurit. Ini semua demi keluarga kalian. Jika prajurit tidak ada, bagaimana kita bisa melindungi istri dan anak kalian?"
Sementara itu, di dalam istana, para petinggi dan bangsawan kerajaan Magi sedang berkumpul.
"Yang mulia raja, kita harus menggunakan sihir itu."
"Sudah ku bilang, jangan! Sihir itu sangat berbahaya. Jika kita menggunakannya, kita tidak bisa menjamin apakah kita bisa selamat atau tidak. Kau tidak tahu apa-apa tentang sihir itu. Hanya sekali pakai, mungkin kerajaan ini akan menjadi kerajaan mati."
Sementara itu, di kota Magi bagian barat, terlihat banyak pertarungan. Ada yang menggunakan sihir, panah, pedang, dan banyak monster di sana. Pasukan Magi, Yidh, dan monster saling bertarung satu sama lain di bagian barat kota Magi. Tak lama kemudian, suara mengerikan muncul, dan tanah mulai bergetar. Beberapa prajurit dan monster terjatuh. Jauh di depan sana, terlihat dua sosok monster yang sangat besar. Salah satu monster itu berdiri tegak di dalam hutan. Meski sangat jauh, tubuhnya terlihat jelas, membuat seluruh prajurit Yidh dan Magi terkejut setelah melihatnya.
"Apa itu? Yang berdiri di balik pohon-pohon besar di hutan itu? Dia sangat besar dan sepertinya menatap kita. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas."
"Sial, itu mengerikan sekali. Tingginya mungkin sekitar 70 meter, tidak mungkin lebih dari itu. Tingginya lebih besar dari istana."
"Hey, jangan fokus ke sana! Lihat monster besar yang berlari itu, dia juga besar. Langkahnya membuat kita sulit berdiri. Dia datang ke sini, semakin mendekat!"
"Perutnya terlihat sangat menjijikkan, banyak sekali lubang dan itu mengeluarkan cairan. Kita harus melarikan diri!"
Waktu terus berlalu. Di dalam istana, para petinggi Magi sedang berkumpul.
"Lapor yang mulia, keadaan darurat terjadi di bagian barat Magi. Pasukan Magi, Yidh, dan para monster mereka semua mati, tidak ada satu pun yang tersisa."
"Apaaaaa?"
"Seorang rakyat melihat kejadian itu. Dia tidak bisa turun ke tempat pengungsian, dia terjebak di dalam gudang selama dua hari. Dia melihat sosok monster sekitar 30 meter menyerang. Monster itu sangat kuat, kepala kecil, tangan panjang, di perutnya banyak lubang yang mengeluarkan cairan. Badannya awalnya berwarna hitam, tetapi kadang warnanya berubah."
"Ini tidak mungkin. Jangan-jangan itu adalah... baiklah, prajurit, kamu boleh pergi sekarang."
"Yang mulia, tidak salah lagi, itu adalah monster itu."
"Dia adalah Xui, dan jika ada Xui, pasti ada Xix juga. Xui dan Xix adalah monster kuno. Mereka berdua memiliki tempat khusus yang membuat mereka tidak ingin meninggalkan tempat tinggalnya. Tetapi kenapa Xui dan Xix bisa ada di sini?"
"Berarti getaran tadi disebabkan oleh Xui. Kita tidak boleh membiarkan Xui muncul lagi, apalagi Xix. Xix yang sangat berbahaya, dia bisa dengan mudah menghancurkan kerajaan. Dia adalah monster terbesar."
Waktu terus berlalu. Malam sudah tiba. Terlihat Raja Magi berdiri di sebuah tempat tinggi di istana dan melihat keadaan yang sedang terjadi saat ini.
...Sungguh pemandangan yang menakutkan. Tidak hanya di Magi, jauh di sana aku bisa melihat percikan-percikan api di balik langit itu. Suara ledakan sangat jelas terdengar di mana-mana. Mungkin hanya perlu menunggu waktu saja, Magi akan hancur. Tidak, tidak hanya Magi, mungkin dunia ini akan hancur. Aku tidak tahu kenapa hal ini bisa terjadi. Apakah harapan masih ada untuk dunia ini? Aku bisa merasakan tangisan setiap anak-anak, seorang keluarga yang kehilangan. Dalam peperangan ini, tidak ada satupun yang jahat dan baik. Di pihak mana pun, mereka semua sedang membuat banyak korban jiwa, membuat kerusakan di dunia. Begitu pula kerajaan Magi. Kemarin aku mengirim prajurit Magi untuk menyerang Yidh, berharap Yidh yang ada di sini berhenti menyerang. Tetapi mereka tetap menyerang Magi. Semua ini sudah sulit untuk diperbaiki.
Sang Raja Magi mulai menangis.
Raja Magi sudah tidak tahu harus berbuat apa agar kerajaan Magi bisa damai kembali.
...Aku harap sebuah harapan muncul demi rakyat-rakyatku yang akan datang di masa depan...
Seketika, sebuah sinar cahaya terang muncul di dalam hutan yang jauh berada di barat kerajaan. Sang Raja terdiam, kaget melihat cahaya itu. Seluruh orang yang berada di kerajaan melihat cahaya itu. Semakin lama, cahaya itu semakin tinggi sehingga menyinari kerajaan. Para prajurit yang bertarung seketika terdiam. Sang Raja pun tersenyum.
...Itu adalah pohon harapan. Jika pohon itu muncul, maka masih ada harapan untuk menghentikan kekacauan ini...
Tak lama kemudian, setelah semua orang terpesona dengan apa yang baru saja mereka lihat, mereka semua terdiam. Tak lama kemudian pertempuran terjadi lagi.
Sementara itu, di tempat Raja Magi berada.
"Lapor yang mulia raja, kita tidak bisa menahan mereka. Jika begini terus, lama-lama prajurit akan habis."
"Bersabarlah dulu. Sebentar lagi kekacauan di Magi akan berakhir. Tidak hanya Magi, semua akan kembali damai. Dan satu lagi, besok kirim empat kesatria sihir yang kuat untuk datang ke tempat pohon cahaya itu muncul."
"Baik, yang mulia, kalau begitu saya izin pamit."
"Para bangsawan, kerahkan prajurit kalian untuk membantu kesatria Magi ke hutan besok. Jika mereka melihat ada manusia di sana, bawa orang itu. Dia adalah sang pemberi harapan."
"Apakah pohon cahaya itu dikeluarkan oleh seseorang?"
"Pohon harapan tidak muncul dengan sendirinya. Hanya ada satu orang yang bisa membuat pohon harapan muncul, yaitu sang pemberi harapan. Orang seperti itu hanya muncul seribu tahun sekali. Orang-orang dulu menjulukinya sebagai Heal the World. Setiap Heal berbeda-beda, tetapi mereka memiliki satu ciri yang sama, yaitu selalu membawa sebuah buku yang sangat ringan, seperti sehelai daun."
"Yang mulia, jika ciri-cirinya hanya seperti itu, bukankah akan sulit mencarinya?"
"Hmm, kita tidak tahu itu. Kita lihat saja apa yang terjadi ke depannya."