Jadi Istri Pengganti Untukmu

"Aku perlu tahu kegiatanmu di luar jam kerja, rutinitasmu selain di toko kuemu itu." Liam mengintimidasi Luna dan mendapat perubahan mencurigakan di wajah Luna.

Luna mencari akal, Tuan Liam tidak boleh curiga padanya dan menaruh mata-mata ataupun penjagaan. dia bisa ketahuan memiliki hubungan yang belum selesai dengan Dion.

Liam masih bersandar santai tapi sorot matanya tajam. melirik dingin ke arah Luna, nada bicaranya pun tenang namun penuh otoritas dan tuntutan.

"Kemari," Suruh Liam menepuk sisi ranjang king size di sebelahnya.

Luna manut dan bergegas mendekati Liam dan duduk di sisi tempat tidur yang jauh dari Liam, ada jarak yang jelas di antara mereka.

"Hari ini aku bertemu klien dan Ia bercerita tentang calon istrinya." Kata Liam.

​Luna menahan napas sejenak, menghembuskan perlahan supaya suaranya tetap terdengar tenang.

"Oh ya Tuan? bukankah itu bagus? klien penting, kan?" Ujar Luna berbasa-basi.

​"Semua klien bagiku penting. namun, ada detail yang mengganggu pikiranku." Kata Liam.

"Detail apa Tuan?" Balas Luna.

Pura-pura mencari posisi tidur yang nyaman dan menepuk-nepuk bantal guling yang tidak mungkin ada debunya.

​"Calon istri klienku. penampilannya dari rambut, pakaian yang dipakai sangat mirip denganmu Luna. aku melihatnya sekilas sebelum ke restaurant tempat kami bertemu hari ini. tinggi dan warna rambutnya juga mirip sekali denganmu," Ujar Liam.

Luna berusaha tertawa singkat, tanpa nada humor. tidak mungkin juga kebetulan kan? hari ini begitu banyak kebetulan.

Dan pasti wanita yang Tuan Liam maksud bukan dirinya, dan kliennya itu bukan Dion.

Calon istri? mereka masih berpacaran dan belum membahas tentang pernikahan sama sekali.

Kalau klien Tuan Liam mengatakan calon istri, jelas sekali bukan dirinya.

"Di kota ini, kemiripan seperti itu biasa Tuan. beberapa toko menjual baju yang sama, apa aku juga harus mengajukan protes pada Tuhan karena menciptakan wanita lain dengan tinggi dan warna rambut sepertiku?" Jelas Luna yang sangat yakin bukan dirinya.

Liam berbalik, suaranya seperti bilah pisau dan menekan Luna supaya mengetahui apakah wanita itu benar-benar jujur.

"Pertanyaanku, di mana kau berada setelah pekerjaanmu." Liam belum seratus persen percaya.

​Luna berbalik menghadap Liam, tidak gentar dan berani membalas tatapan dingin pria itu.

Sangat jelas mereka menikah bukan karena cinta, kenapa hal ini harus diperdebatkan?

"Pernikahan ini kontrak, Tuan Liam. anda menginginkan ku hanya untuk menggantikan posisi kak Lena, dan aku Luna memenuhi keinginan itu." Kata Luna.

Liam menatap Luna begitu dalam dan mendengar ucapan Luna yang mulai tidak kenal takut padanya, wanita itu berani menunjukkan siapa dirinya, berbeda dengan kebanyakan wanita yang kalau dia berbicara mereka bakal diam dan menciut.

"Tuan tenang saja, saya tidak akan merusak citra publikmu. lagipula siapa yang kenal aku sebagai istrimu Tuan? orang-orang hanya mengenalku sebagai karyawan toko kue, dan aku terkenal karena kecantikan yang kumiliki bukan karena aku istri Tuan Liam."

'Tidak ada klausul yang mengatur laporan harian tentang kegiatanku maupun setiap detak jantungku padamu TUAN!.' Teriak Luna dalam hati ingin sekali didengar Tuan Liam.

​Liam merangkak sedikit mendekati Luna, nadanya merendah namun lebih berbahaya bagi Luna.

"Pernikahan ini juga mengatur tentang kesetiaan dan menghindari skandal dengan orang lain. Jika kau adalah wanita itu."

"​Jika aku adalah wanita itu, lantas kenapa? Tuan akan membatalkan kontrak ini di hari kedua kita? silakan saja, Aku akan dengan senang hati pergi jauh." Tantang Luna berharap Liam melepaskannya malam ini juga.

"Jangan harap bisa lepas dariku, aku akan menghabisi pria dibelakangmu." Kata Liam berbisik di telinga Luna, membuat Luna menyesal sudah berdebat panjang dengannya.

Liam menarik bantal guling Luna dan membuang serta bantal yang akan Luna pakai ke atas lantai yang jauh dari ranjang king size mereka.

"Tuan Liam, apa yang kau lakukan." Luna kaget melihat pria itu begitu semena-mena.

"Diam! kau terlalu cerewet." Liam berbaring tanpa dosa dan menutup mata dalam-dalam.

Luna baru saja ingin turun untuk mengambil bantal di lantai, tiba-tiba suara Liam kembali membuatnya duduk di tempat.

"Coba ambil, aku akan menciummu jika kau begitu berani." Ujar Liam.

"Lalu.... aku tidur pakai apa Tuan," Luna benar-benar ingin menghabisi suami 2 harinya ini dengan tangannya sendiri.

"Berterimakasihlah padaku lebih dulu." Tutur Liam yang Luna tidak paham untuk apa Ia harus berterimakasih segala? sementara mereka baru saja selesai beradu mulut.

"Terimakasih, Tuan Liam." Kata Luna merasa dirinya sedang di bodohi habis-habisan dalam keadaan sadar.

"Kemari, aku perbolehkan tidur di lenganku. kau bisa memelukku juga menggantikan gulingan yang kau pakai itu." Kata Liam dengan santainya menarik Luna.

Luna kini sudah berada dalam pelukan Liam dan merasa sangat dimanfaatkan oleh pria itu, karena bukan hanya sekedar tidur.

Pria tua bangka ini sedang memegang tali branya dan seenaknya melepaskan kaitan bra Luna.

Luna tidak bisa menolak, dia takut pria itu makin menjadi-jadi. Luna memaksakan diri untuk tidur meski sulit, sedangkan Liam diam-diam mengulum senyum nakal.

'Aku akan segera memilikimu Luna.'

Batin Liam, dia tahu Luna masih begitu muda dan tidak punya pengalaman seks. Liam ingin Luna terbiasa dengan kehadirannya, dengan sentuhan-sentuhannya lalu dia akan memiliki wanita itu tanpa perlawanan.

Bersambung....