(MUSIM KE 3 PERJALANAN MENJADI DEWA TERKUAT)
Setelah pengorbanan terakhir Tian Feng untuk menyelamatkan keluarganya dari kehancuran Alam Dewa, Seluruh sekutunya terlempar ke Alam Semesta Xuanlong sebuah dunia asing dengan hukum alam yang lebih kejam dan sistem kekuatan berbasis "Energi Bintang".
Akibat perjalanan lintas dimensi yang paksa, ingatan dan kultivasi mereka tersegel. Mereka jatuh terpisah ke berbagai planet, kembali menjadi manusia fana yang harus berjuang dari nol.
Ye Chen, yang kini menjadi pemuda tanpa ingatan namun memiliki insting pelindung yang kuat, terdampar di Benua Debu Bintang bersama Long Yin. Hanya berbekal pedang berkarat (Pedang Naga Langit) dan sebuah cincin kusam, Ye Chen harus melindungi Long Yin dari sekte-sekte lokal yang menindas, sementara kekuatan naga di dalam diri Long Yin perlahan mulai bangkit kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 3
Hutan Kabut Merah.
Kabut merah pekat yang berbau logam menyelimuti hutan purba ini. Pohon-pohon di sini memiliki kulit batang sekeras besi dan daun berwarna ungu tua yang tajam. Suara auman binatang buas bergema di kejauhan, membuat setiap langkah terasa seperti perjudian nyawa.
Ye Chen dan Long Yin berlari menembus semak belukar. Napas mereka memburu. Jubah Ye Chen yang sudah kotor kini basah oleh darah dari luka di bahunya.
"Kakak... berhenti dulu," Long Yin terengah-engah, menarik tangan Ye Chen. "Lukamu... darahnya tidak berhenti."
Ye Chen berhenti, bersandar pada sebuah pohon raksasa. Wajahnya pucat. Adrenalin dari pertarungan tadi mulai memudar, digantikan oleh rasa sakit yang menyengat.
"Kita belum cukup jauh," kata Ye Chen, matanya yang merah waspada memindai sekeliling. "Ayah si Li itu... Li Gang, Ketua Cabang Serigala Besi... dia ada di Ranah Pembuka Bintang Tahap 9. Jika dia mengejar, kita mati."
"Tapi kalau kau kehabisan darah, kau juga akan mati!" Long Yin bersikeras. Gadis itu merobek bagian bawah jubahnya sendiri dengan paksa, lalu mulai membalut luka di bahu Ye Chen dengan tangan gemetar.
Ye Chen menatap gadis itu. Di bawah cahaya bulan perak yang menembus kabut, mata dua warna Long Yin tampak bersinar redup. Emas dan Biru.
"Kenapa..." gumam Ye Chen, menahan perih. "Kenapa kau tidak lari saja saat aku berkelahi tadi? Kau bisa selamat sendiri."
Long Yin mendongak, matanya berkaca-kaca namun marah. "Jangan bicara bodoh! Kau keluargaku. Kita hidup bersama, kita mati bersama."
Kalimat itu menghantam ingatan Ye Chen yang terkunci. Kita hidup bersama, kita mati bersama. Rasanya ia pernah mendengar atau mengucapkan sumpah itu di kehidupan yang lain, kepada seseorang yang sangat penting.
"Selesai," kata Long Yin, mengikat simpul terakhir. "Sekarang istirahatlah. Aku yang jaga."
Ye Chen ingin membantah, tapi tubuhnya memaksanya duduk. Ia memegang gagang pedang karatnya erat-erat. Ia merasa... lemah.
Perasaan tidak berdaya ini membakarnya. Ia baru saja mengalahkan dua preman, tapi ia terluka parah oleh seorang tuan muda manja. Bagaimana ia bisa melindungi Long Yin di hutan yang penuh monster ini? Bagaimana ia bisa menghadapi dunia jika kultivasi adalah segalanya?
"Aku butuh kekuatan," bisiknya, frustrasi. "Apa pun itu... Energi Bintang... Sihir... aku butuh itu."
Tanpa sadar, tangannya yang berlumuran darah mencengkeram Cincin Perak Kusam di jari manis kirinya.
Darah segarnya merembes masuk ke celah ukiran cincin itu.
ZING.
Sebuah getaran halus, hampir tak terasa, berdenyut dari cincin itu.
Ye Chen tersentak. Ia menatap cincin itu. Selama enam tahun, benda ini hanyalah hiasan logam mati. Tapi malam ini, setelah tersiram darah pertarungan pertamanya... cincin itu bereaksi.
Sebuah suara samar, bukan suara, melainkan niat, bergema di kepala Ye Chen. Niat itu terasa kuno, agung, dan familiar.
(...Fondasi rusak... Adaptasi hukum dunia baru...)
"Apa?" Ye Chen memegang kepalanya.
Tiba-tiba, informasi membanjiri otaknya. Itu bukan teknik pedang atau mantra sihir. Itu adalah sebuah metode pernapasan. Sebuah metode untuk menarik energi dari bintang-bintang di langit dunia ini dan memurnikannya menggunakan tubuh fisik.
"Seni Penempaan Bintang Tubuh Asal."
Ye Chen tidak mempertanyakannya. Instingnya mengatakan ini adalah kunci.
"Yin'er," kata Ye Chen, suaranya tegang. "Jangan jauh-jauh dariku. Sesuatu... sedang terjadi."
Ye Chen memejamkan mata dan segera mengikuti instruksi di kepalanya. Ia mengatur napasnya. Masuk... Tahan... Keluar.
Di dunia ini, kultivator menyerap Energi Bintang (Star Energy).
Biasanya, seorang pemula membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk merasakan partikel bintang pertama mereka.
Namun, tubuh Ye Chen bukanlah tubuh fana biasa. Itu adalah tubuh Dou Di yang disegel, yang memiliki garis keturunan Iblis Bulan Perak.
Saat Ye Chen menarik napas, udara di sekitar hutan itu bergetar.
Partikel-partikel cahaya perak dari kabut dan cahaya bulan di atas mereka tiba-tiba tertarik ke arah Ye Chen seperti serbuk besi ditarik magnet.
WOOSH!
Pusaran angin kecil terbentuk di sekitar Ye Chen. Partikel-partikel bintang itu masuk ke dalam pori-porinya dengan rakus.
Long Yin mundur selangkah, kaget. "Kakak?"
Di dalam tubuh Ye Chen, rasa sakit akibat luka-lukanya lenyap, digantikan oleh sensasi terbakar yang nyaman saat Energi Bintang membanjiri meridiannya yang kering.
KRAK!
Belenggu pertama di tubuhnya pecah.
Ranah Pembuka Bintang, Tahap 1.
Energi itu tidak berhenti. Tubuhnya yang haus melahap segalanya.
Tahap 2... Tahap 3...
Dalam waktu satu jam, Ye Chen membuka matanya. Warna merah di matanya menyala terang dalam kegelapan. Luka di bahunya telah menutup, meninggalkan bekas luka tipis. Otot-ototnya terasa dipenuhi kekuatan yang meledak-ledak.
Ia telah melompat dari manusia biasa menjadi Ranah Pembuka Bintang Tahap 3 dalam satu kali duduk. Sebuah kecepatan yang akan membuat Tuan Muda Li muntah darah karena iri.
Ye Chen mengepalkan tangannya. Cahaya perak redup membungkus tinjunya.
"Ini..." Ye Chen menatap tangannya, lalu menatap pedang karat di sebelahnya.
Ia menyentuh pedang itu.
KRIK.
Selembar karat kecil di gagang pedang itu rontok, menampakkan kilau logam hitam pekat di bawahnya.
"Aku bisa melakukannya," gumam Ye Chen, senyum tipis yang berbahaya muncul di bibirnya. Ia menoleh ke Long Yin yang menatapnya dengan takjub.
"Yin'er," kata Ye Chen, berdiri tegak. "Kita tidak perlu lari selamanya."
"Mulai malam ini... akulah yang akan menjadi pemburu di hutan ini."