NovelToon NovelToon
Menjadi Yang Terkuat Di Dunia Kultivasi Immortal

Menjadi Yang Terkuat Di Dunia Kultivasi Immortal

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Misteri / Fantasi Timur / Epik Petualangan / Harem / Romansa
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Chizella

HIATUS AWOKAOWKA

"Kau akan dibunuh oleh orang yang paling kau cintai."

Chen Huang, si jenius yang berhenti di puncak. Di usia sembilan tahun ia mencapai Dou Zhi Qi Bintang 5, tetapi sejak usia dua belas tahun, bakatnya membeku, dan gelarnya berubah menjadi 'Sampah'.

​Ditinggalkan orang tua dan diselimuti cemoohan, ia hanya menemukan kehangatan di tempat Kepala Desa. Setiap hari adalah pertarungan melawan kata-kata meremehkan yang menusuk.

​Titik balik datang di ambang keputusasaan, saat mencari obat, ia menemukan Pedang Merah misterius. Senjata kuno dengan aura aneh ini bukan hanya menjanjikan kekuatan, tetapi juga mengancam untuk merobek takdirnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3: Yue Chan

Di tengah lautan kesadaran spiritual yang gelap dan berair, sosok wanita cantik itu mulai bergerak. Gerakannya sungguh memabukkan. Ia menurunkan tubuhnya perlahan, sebuah luncuran yang sangat lambat dan anggun di udara hampa.

Tubuhnya seolah terbuat dari sutra yang mengalir, dan setiap gerakan halus itu membuat pinggangnya yang ramping bergoyang perlahan seperti ombak, sementara lekuk dada di balik pakaian minimnya beriak lembut seiring pergantian postur tubuhnya. Akhirnya, kakinya yang putih dan jenjang menyentuh permukaan air Dou Qi yang hitam.

Bahkan setelah mendarat, rambut merah tuanya yang panjang terus bergoyang halus, seakan dihembus oleh angin dari dimensi lain, menambah misteri pada kehadirannya.

Sosok itu tidak langsung menjawab. Ia menatap Chen Huang beberapa saat, pandangan mata merahnya yang kuat dan kuno menelusuri setiap inci tubuh pemuda itu, mulai dari ujung rambut yang agak berantakan hingga sepatu kainnya yang basah. Pandangan itu begitu tajam, seolah memindai seluruh Dou Qi dan meridian Chen Huang.

Setelah pemindaian singkat namun menyeluruh itu, bibirnya yang indah membentuk senyum sinis yang halus. Ia mulai menyimpulkan.

"Kau memiliki Dou Qi yang bagus, tapi kultivasimu rendah, menyedihkan, seperti memamerkan wadah kosong." Suaranya dalam, namun merdu, bergetar di ruang spiritual. "Dan kau terhenti di tingkat itu karena kau bahkan tidak bisa mengendalikan dirimu sendiri. Dou Qi-mu terbuang sia-sia seperti sampah," ucapnya.

Saat mengucapkan kata-kata itu, ia mengangkat tangan kanannya dan jari telunjuknya terentang lurus, menunjuk tepat ke dada Chen Huang. Gerakan menunjuk itu penuh dengan otoritas yang tak terbantahkan.

"Bocah, dengan energi Dou Qi itu harusnya kau dapat mencapai lebih dari ini. Sungguh menyia-nyiakan kesempatan bagus."

Meskipun Chen Huang masih dipenuhi kebingungan atas kehadiran sosok misterius ini, kata-kata yang dilontarkan menusuk ke dalam lukanya yang paling dalam, membuatnya sedikit kesal. Ia mengatupkan rahangnya sebentar, kemudian membalas dengan nada membela diri.

"Kultivasiku terhenti sendiri, aku juga tidak tahu harus bagaimana. Semua sudah kulakukan namun sia-sia," balas Chen Huang, ekspresi di matanya memancarkan rasa frustrasi yang telah terakumulasi selama bertahun-tahun.

Sosok itu tidak bergeming. Ia mengangkat tangan kirinya dan melangkah mendekat dengan langkah pelan yang anggun.

"Satu lagi. Sepertinya kau telah memakan sebuah pil." Ia berhenti di samping Chen Huang. "Pil yang membuat kultivasi terhenti, hanya bekerja untuk di bawah Ranah Dou Zhe."

Ia kemudian mengangkat tangannya yang lentik dan menepuk bahu Chen Huang dengan sangat ringan—sentuhan yang hampir tidak terasa, namun cukup untuk menarik perhatian. Setelah itu, ia berbalik dan berjalan santai menuju ke belakang pemuda itu, lekuk tubuhnya yang memukau bergerak dinamis dengan setiap langkahnya.

Raut wajah Chen Huang berubah seketika. Dari kesal menjadi terkejut, lalu hancur. Matanya melebar, dan seluruh tubuhnya menegang.

"Pil..." Gumaman itu keluar dengan susah payah dari tenggorokannya. Ia memutar tubuhnya dengan cepat untuk menghadap sosok di hadapannya yang kini berdiri memunggunginya. "Apakah itu benar? Jadi selama ini... semua yang kualami... hanya karena pil."

Kepalanya tertunduk dalam, bayangan rasa bersalah dan kemarahan menutupi matanya. Genggaman tangannya di sisi tubuhnya mengencang hingga buku-buku jarinya memutih. Rasa kesal yang luar biasa—kesal pada dunia, pada dirinya sendiri, dan pada pelaku kejahatan ini—membuatnya serasa ingin menjerit.

Sosok itu tidak menoleh. Ia berbicara ke udara hampa, suaranya terdengar bijaksana dan dingin.

"Ketahuilah, dunia penuh dengan orang-orang iri. Jika kau memiliki bakat, kau akan dipuji, namun disisi lain orang-orang akan mencoba menyingkirkanmu."

Saat berbicara, wanita itu mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi di atas kepalanya, telapak tangannya terbuka seolah ingin menggapai sesuatu yang tak terlihat di atas langit kesadaran spiritual. Pose itu memamerkan keindahan punggungnya yang mulus. "Mudah disukai, juga mudah dibenci."

Chen Huang mengangkat kepalanya dengan tiba-tiba, matanya terpaku pada punggung indah wanita itu, mencoba mencerna informasi yang baru saja meruntuhkan semua keyakinannya selama enam tahun terakhir.

"Kau ini sebenarnya siapa?" tanyanya, nada suaranya kini bercampur antara keheranan dan harapan.

"Aku? Aku adalah Yue Chan, juga pernah disebut sebagai Dewi Langit." Wanita itu—Yue Chan menjawab tanpa berbalik. "Aku hanya Dou Zun yang kehilangan kekuatanku, terperangkap dalam sebuah pedang selama ribuan tahun, membuat jiwaku perlahan memudar."

Tubuhnya bergoyang sedikit di tempatnya berdiri, seolah merasakan beban ribuan tahun.

"Kita berdua di permainkan oleh takdir." Ia melanjutkan, suaranya kini terdengar melankolis. "Aku terperangkap dalam pedang ini, kekuatan mulai menghilang sedikit demi sedikit. Lalu Ranah kultivasimu perlahan mulai menurun."

Yue Chan, sang esensi keagungan yang terperangkap, menghentikan geraknya yang selalu memukau. Kepala sedikit dimiringkan ke samping—sebuah lengkungan leher jenjang yang memanggil misteri.

Dalam gerakan lambat itu, terlihat seperti sebuah bintang yang rapuh tengah menghitung usia alam semesta. Jiwanya yang agung, kini terkurung dalam bentuk visual nan mempesona, tengah mempertimbangkan beratnya nasib yang telah menimpanya dan kemungkinan masa depan yang begitu tipis.

Keheningan yang mencekik menjangkiti lautan kesadaran spiritual, sebuah kebisuan di mana suara hati adalah gemuruh yang paling keras. Udara di sekitar mereka terasa tegang, begitu padat seolah terbuat dari kristal takdir yang siap pecah kapan saja.

Kemudian, dengan keanggunan yang melampaui tarian para bidadari, ia berbalik. Gerakan berbalik itu, sebuah manifestasi dari keindahan ilahi yang dingin, dilakukan dengan tempo yang terukur, sangat lamban namun memukau.

Tubuhnya yang indah, bak ukiran giok purba, berputar pada porosnya. Putaran halus itu menyebabkan pinggangnya yang ramping bergoyang lembut, sebuah gelombang yang mempesona dan hampir tak terlihat. Di balik pakaiannya yang minim, lekuk dadanya yang montok beriak halus, seperti air di danau suci yang terusik oleh angin seangin-angin.

Ia menatap Chen Huang. Tatapan matanya yang merah, seolah terbuat dari lava yang dingin, kini telah berubah. Ia bukan lagi sang penghukum, melainkan seorang ahli strategi yang sedang membaca papan catur kosmik. Matanya dipenuhi perhitungan, sebuah kalkulasi rumit antara biaya dan keuntungan.

Bibirnya yang penuh, dihiasi warna semerah anggur, terbuka perlahan, meluncurkan kalimat yang membelah keheningan takdir:

"Mungkin kita memiliki kesempatan, untuk mengubah takdir kita yang menyedihkan."

Chen Huang, yang selama ini hanya bisa menahan napas dalam kegelapan nasib, kini terdorong oleh gejolak yang tak tertahankan. Ia melangkah maju hanya sedikit, sebuah pergerakan tubuh yang menunjukkan dorongan harapan terpendam yang telah ia simpan selama bertahun-tahun. Harapan itu, yang selalu ia kira telah mati, kini bangkit menjadi bara yang membakar jiwanya.

"Kesempatan apa itu?" tanyanya, suaranya tercekat dan serak, seolah pita suaranya kesulitan mengalirkan kata-kata karena besarnya antisipasi yang menghimpit dada.

Yue Chan tidak langsung menjawab. Dengan gestur yang dingin namun memikat, ia mengangkat tangan kanannya yang lentik dan anggun. Ujung jempolnya yang ramping dan pucat menyentuh lembut bibirnya yang penuh—sebuah tindakan yang menggoda sekaligus mengancam, seperti bunga lotus beracun.

"Aku memiliki ketertarikan denganmu, darahmu mungkin bisa menjadi penopang jiwaku agar tidak lenyap dan mungkin bisa memulihkan kekuatanku meski perlu waktu yang lama." Ia berhenti sejenak. Keheningan itu kembali menyeruak, sebuah jeda yang sengaja ia ciptakan agar tawaran berat itu dapat meresap dan memberatkan jiwa Chen Huang. "Dan keuntungan untukmu... aku bisa membantumu agar bisa memecahkan kutukan yang menyiksamu itu."

Ini adalah momen kulminasi dari penderitaan Chen Huang. Ini adalah titik yang selalu ia tunggu, kesempatan untuk menghancurkan sangkar yang mengikatnya dan terbang bebas dari belenggu kegagalan.

"Bagaimana caranya?" Chen Huang kembali bertanya. Kali ini, ia mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan menuju Yue Chan, sebuah bahasa tubuh yang secara gamblang menunjukkan betapa besar hasrat dan keinginannya untuk menerima tawaran ini.

"Aku bisa mengajarimu untuk menggunakan Teknik Pemecah Segala Hukum."

Perlahan, seolah menggambar dengan kuas paling halus, senyum tipis mulai terukir pada wajah Yue Chan. Senyum itu tidak sepenuhnya diperlihatkan, hanya tarikan lembut pada sudut bibirnya, namun cukup untuk menambah aura misterius dan berbahaya pada dirinya.

"Teknik ini akan membuatmu bisa memecahkan penghalang dalam dirimu, dan bukan hanya itu... teknik ini adalah serangan mematikan untuk lawan di tingkat yang sama. Menggunakannya untuk bertarung juga tidaklah buruk."

Memecahkan belenggu yang menahannya. Itu adalah mimpi terbesar Chen Huang.

Tanpa keraguan, tanpa jeda berlebihan untuk perhitungan ulang, Chen Huang menegakkan punggungnya. Posturnya berubah dari seorang pemuda desa yang terhina menjadi seorang pejuang yang siap mengambil nasibnya sendiri. Ia menjawab dengan suara yang penuh keyakinan yang baru ditemukan.

"Aku setuju."

Untuk sepersekian detik, Yue Chan terlihat sedikit terkejut. Alisnya yang indah terangkat sepersejuta milimeter, sebuah kerutan halus yang cepat menghilang namun tidak luput dari pengamatan Chen Huang.

"Kau tidak berpikir dua kali? Baru saja kukatakan kalau dunia kultivasi itu kejam. Bagaimana jika aku menipumu?"

Chen Huang menggelengkan kepalanya perlahan, gerakannya tenang dan pasti. Matanya, yang kini memancarkan tekad, tidak goyah sedikit pun saat menatap langsung ke dalam mata merah Yue Chan.

"Aku tidak tau, tapi hanya ini satu-satunya kesempatan. Jika aku menolak, mungkin tidak akan ada kesempatan lain lagi."

Yue Chan menatap lurus, sangat lurus, ke dalam mata Chen Huang. Ia tidak lagi melihat rasa malu atau keputusasaan, melainkan tekat kuat yang ditempa dan diperkeras oleh penghinaan bertahun-tahun. Ia menyadari bahwa di balik kelemahan fisik pemuda ini, terdapat kemauan besi yang mungkin akan bisa membalikkan takdir mereka berdua.

"Baiklah."

Dengan gerakan yang santai, anggun, dan penuh kepastian, Yue Chan mengangkat tangannya. Jari-jarinya yang sehalus sutra mengusap helai rambutnya yang merah dan menyelipkannya ke belakang telinga. Gerakan kecil itu seketika memperlihatkan lehernya yang jenjang, sebuah persembahan keindahan.

"Kesepakatan tercapai."

Seketika, kesadaran Chen Huang dilemparkan kembali dengan kekuatan yang tiba-tiba dan mendesak. Rasanya seperti sebuah batu dilempar dari kedalaman sumur ke permukaan air.

Penglihatannya berputar sesaat, sebuah pusaran warna dan cahaya yang memusingkan, kemudian ia merasakan tubuh fisiknya kembali menyambut jiwanya.

Ia membuka matanya lebar-lebar. Penglihatannya buram dan bergetar sesaat, perlahan-lahan kembali fokus pada warna-warna hutan yang nyata, hijau lumut, cokelat tanah, dan biru langit. Dengan cepat, ia mengedarkan pandangannya, menemukan dirinya di hutan yang sama persis, di tempat ia menyentuh pedang terkutuk itu.

Angin di hutan berhembus, menerpa wajah Chen Huang dengan lembut—sebuah sentuhan alam yang dingin dan nyata. Ia menghirup udara segar itu sejenak, memenuhi paru-parunya dengan aroma daun basah dan tanah, udara kehidupan yang terasa jauh lebih nyata dan solid daripada ruang spiritual yang gelap.

Di hadapannya, pedang merah gelap yang purba itu masih tergeletak di rumput. Chen Huang mengulurkan tangan kanannya dengan gerakan yang mantap dan pasti. Telapaknya yang sedikit kasar meraih gagang pedang yang diukir rumit itu dengan yakin.

Kali ini, tidak ada kejutan. Tidak terjadi isapan energi yang mengancam, tidak ada perubahan dimensi yang tiba-tiba. Ia bisa memegang pedang itu, terasa kokoh dan dingin di dalam genggamannya.

Tepat saat ia menggenggam gagangnya, sebuah suara yang dingin namun kini familiar dan otoritatif, menggema jelas di benak Chen Huang—bukan melalui gendang telinga, tetapi langsung ke dalam inti jiwanya.

"Pedang itu adalah bagian diriku sekarang, jangan sampai hilang," ucap Yue Chan.

Chen Huang memungut pedang itu sepenuhnya, mengangkatnya dari tanah dengan gerakan yang penuh arti, seolah-olah ia tidak hanya mengangkat sebilah senjata, melainkan mengangkat masa depan yang baru ditebus. Kemudian, dengan gerakan yang sudah terbiasa bagi seorang pemuda desa yang membawa perkakas, ia meletakkannya di pinggang, terselip rapi di sabuknya.

Ia mendongak, menengadahkan wajahnya untuk menatap langit yang biru dan cerah di atas kanopi pepohonan. Setelah sekian lama terpuruk dalam penghinaan, akhirnya ia mulai merasakan semangat baru menjalar hangat, mulai dari ujung jari hingga ke inti tubuhnya. Semangat itu adalah sebuah janji, sebuah harapan yang telah lama hilang kini kembali mengisi kekosongan.

Perjalanannya dimulai sekarang.

1
Mizuki Berry
gak ada cover lain kah?
Cecilia-chan: banyak ai nya yg ini, kek bahan gabut selagi aku masi nulis isekai slime, jdi kalau pening dan gada ide ya, kutulis random kesini, gada tujuannya ini novel
total 4 replies
Story
berapa kata di chapter ini?
Cecilia-chan: 1200an
total 1 replies
Story
Lebih baik lewat dialog aja nggak sih tingkatan Kultivasinya🗿
Cecilia-chan: entah kenapa aku pengen simpel aja kek sesepuh fantim yg laen🗿
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!