NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Gasekil (Gadis Seratus Kilo)

Mengejar Cinta Gasekil (Gadis Seratus Kilo)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Karena Taruhan / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Idola sekolah / Cintapertama
Popularitas:21k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Raska adalah siswa paling tampan sekaligus pangeran sekolah yang disukai banyak gadis. Tapi bagi Elvara, gadis gendut yang cuek dan hanya fokus belajar, Raska bukan siapa-siapa. Justru karena sikap Elvara itu, teman-teman Raska meledek bahwa “gelar pangeran sekolah” miliknya tidak berarti apa-apa jika masih ada satu siswi yang tidak mengaguminya. Raska terjebak taruhan: ia harus membuat Elvara jatuh hati.

Awalnya semua terasa hanya permainan, sampai perhatian Raska pada Elvara berubah menjadi nyata. Saat Elvara diledek sebagai “putri kodok”, Raska berdiri membelanya.

Namun di malam kelulusan, sebuah insiden yang dipicu adik tiri Raska mengubah segalanya. Raska dan Elvara kehilangan kendali, dan hubungan itu meninggalkan luka yang tidak pernah mereka inginkan.

Bagaimana hubungan mereka setelah malam itu?

Yuk, ikuti ceritanya! Happy reading! 🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5. AC 16 Derajat

Raska berjalan mendekat, lumayan percaya diri. Tapi sebelum dia sempat buka mulut, Elvara sudah belok ke arah lain tanpa menoleh, seolah Raska itu tiang listrik yang kebetulan ada di jalurnya.

Raska: “….”

Asep langsung panik. “KEJAR! KEJAR! WAKTU LO GAK BANYAK. JANGAN SAMPAI KITA LULUS TAPI LO BELUM BISA NAKLUKIN DIA. WARISAN LO BAKAL TAMAT!”

Vicky menyikut Raska keras-keras. “Cepetan!”

Raska akhirnya memanggil pelan, “Elvara…”

Elvara berhenti. Bukan karena memanggilnya, tapi karena dia menepuk kantong rok nyari kunci locker.

Raska mengejar dan kembali memanggil, “El—”

Cewek itu menoleh sekilas. Tatapannya datar. Kosong. Tak berkesan. Tak memoriable.

Kayak lihat brosur promo alfamart.

“Ada apa?” Nada suaranya sopan… tapi dingin banget, kayak baru dicetak dari freezer.

Raska berdeham. “Materi matematika di kelas lo lebih jauh dari di kelas gue.”

Elvara mengangguk kecil. “Oh.”

CUMA “oh”.

Lalu dia balik badan dan jalan lagi.

Raska: “….”

Asep menutup muka pakai tangan. “Ya Allah Bro, dia cuma ‘oh’ doang. Bahkan chat WA dari operator aja lebih panjang.”

Gayus ngelusin bahu Raska. “Gue bangga sama lu. Minimal dia jawab.”

Vicky langsung merangkul Raska dan menarik napas dalam-dalam. “Bro… gue gak pernah liat orang dicuekin secantik ini. Epic sih.”

Tiba-tiba Elvara berhenti di ujung lorong. Semua menahan napas. Apakah dia balik? Apakah dia mau memberi harapan?

Elvara menoleh ke mereka…

Lalu berkata datar:

“Kertas tugas lo jatuh tuh.”

Raska melihat ke tanah. Benar. Kertasnya sendiri jatuh. Dia pungut, dan saat menegakkan badan, Elvara sudah menghilang di tikungan.

“Bro… itu tadi official: cuek tapi peduli seperlunya.” Asep berdecak kagum.

Vicky mengelus dagu. “Cuek tapi tetep manusiawi.”

Gayus mengangguk pelan. “Minimal bukan papi-papi sugar yang ghosting total.”

Raska cuma memegang kertasnya sambil menatap ruang kosong. “Gue suka dia,” gumamnya tragis.

Asep langsung teriak, “YAH DIA KAMBEN!!”

***

Elvara baru saja duduk, membuka buku matematika tebalnya seperti membuka pintu dunia lain. Baru halaman pertama, Zahra teman sebangkunya sudah mencoleknya dengan antusias yang menular.

“Eh, tadi itu pangeran kampus manggil kamu mau ngapain?” bisiknya sambil menatap Elvara seolah baru melihat fenomena langka.

“Nanya materi matematika.”

Elvara menjawab tanpa mengangkat wajah. Tenang. Stabil. Suara datar anti-drama.

“Di kelas kita kan materinya lebih jauh dari kelasnya," lanjutnya.

Zahra mengangguk cepat. “Oh, aku kira… ya kamu tahulah, dia mau—”

Tiba-tiba terdengar suara cempreng menusuk udara.

Suara yang kalau bisa jadi warna mungkin neon pink menyilaukan.

“Kalau nggak nanya pelajaran apa lagi? Gak mungkin 'kan PDKT sama Gasekil?”

Bella duduk di kursinya sambil memainkan rambutnya.

“Pangeran kampus gak buta kali.”

Zahra langsung menoleh tajam. “Mulut lo ada pisaunya ya? Tajam banget.”

Ia menunjuk Bella pakai pulpen.

“Bilang aja lo cemburu karena lo nggak pernah dianggap sama Raska meski ngejar-ngejar!”

Bella mendengus kesal. “Eh, gue ngejar Raska juga wajar! Gue anak orang kaya dan cantik memesona. Cocok jadi pacar Raska. Gak kayak temen lo itu—”

Tatapannya merayapi tubuh Elvara dari atas sampai bawah, penuh meremehkan.

“Temen lo itu bentuknya aja macam karung beras. Jangankan pangeran kampus, siswa terjelek pun gak bakal naksir dia.”

Zahra langsung menegang, siap meledak.

Tapi Elvara?

Masih. Membaca. Halaman dua. Seolah barusan ada angin lewat, bukan hinaan kelas berat.

Zahra menatapnya bingung. “Var… lo nggak apa-apa? Lo nggak denger?”

Elvara akhirnya mengangkat mata. Pelan. Tatapan datarnya seperti loading lambat.

“Gue denger,” jawabnya singkat.

Bella tersenyum penuh kemenangan. “Tuh kan. Pasti sakit hati—”

Elvara menutup buku.

Tap. Pelan, tenang, tapi atmosfernya tiba-tiba dingin kayak kulkas dua pintu.

“Bella,” katanya datar.

“Suara lo ganggu fokus baca gue.”

Bella mengerjap. “Hah?”

“Kalau mau ngomongin gue… pelan-pelan. Atau pindah. Terserah.”

Ia membuka buku lagi.

“Yang penting jangan ganggu.”

Zahra: “…”

Satu detik… dua detik…

Lalu Zahra meledak ngakak. “ASTAGA VARA. BAJINGAN, KOOL BANGET JAWABAN LO!”

Bella memerah marah. “Lo… lo berani ngatain gue ganggu?!”

Elvara mengangguk. Tenang. Jujur.

"Bener.”

Bella terdiam. Mulut terbuka. Tidak ada kata keluar.

Zahra menepuk meja sambil tertawa sampai terbatuk.

“VARA NENDANG TANPA ANGKAT KAKI! CUEK LEVEL ILAHI!”

Sementara itu Elvara sudah kembali masuk ke dunia matematikanya.

Dan sebelum adegan berakhir, ia menambahkan tanpa menoleh:

“Dan soal Raska… dia cuma nanya tugas. Jangan drama.”

Bella langsung nge-freeze.

Zahra tambah ngakak.

Dan seluruh kelas hening beberapa detik karena aura ketidakpedulian seorang Elvara benar-benar mematikan.

Bella hampir melempar buku paketnya ke Elvara.

“NYEBELIN!!” teriaknya.

***

DI KELAS SEBELAH

Raska mengetuk-ngetuk pena di meja, iramanya pelan tapi gelisah. Wajah dinginnya nyaris retak. Ia mengingat tatapan cuek Elvara.

Cara gadis itu cuma mengangguk “oh”. Cara dia bilang kertas tugasnya jatuh tanpa ekspresi.

Cuek. Tapi peduli hal-hal penting.

Raska menggaruk tengkuknya.

“Benar-benar kemben… cuek tapi peduli,” gumamnya lirih tanpa sadar.

Asep yang duduk di belakangnya menepuk bahunya keras-keras.

“Eh. Jangan bilang lo tertarik sama Gasekil?”

Vicky menggoyang-goyang kakinya. “Tertarik apa terluka harga diri dicuekin?”

Gayus, sambil makan biskuit, menimpali,

“Kebayang nggak sih kalau Raska beneran suka Gasekil? Itu berita bakal trending sebulan.”

Raska mendengus.

Tapi pipinya, halus, ganteng, pangeran kampus abadi, merah tipis.

Vicky menatapnya, mata mengecil penuh kecurigaan.

“Bro… lo beneran?”

Raska tak langsung menjawab. Ia hanya memandang jendela, melihat bayangannya sendiri memantul samar.

Bayangan seorang cowok yang numpukin luka dari masa kecil, tapi tadi siang justru kepikiran cewek yang cueknya kayak tembok anti peluru.

Elvara… membaca buku tanpa peduli dunia.

Tenang. Dingin. Tapi masih cukup manusiawi untuk bilang, “Kertas tugas lo jatuh.”

“…Gue suka dia,” gumam Raska pelan, hampir kayak ngomong ke dirinya sendiri.

Asep langsung memantul berdiri.

“YA ALLAH, DIA KAMBEN BENERAN!!”

Sekelas menoleh.

Anak yang lagi mencatat di papan tulis memelototkan mata.

“ASEP, DUDUK! MATA GUE KETUTUP BADAN LO!”

Asep buru-buru duduk sambil menutup mulut sendiri. Tapi bisikan dramatisnya masih bocor ke udara:

“Bro… lo fix jatuh cinta sama karung beras cuek level dewa…”

“Tks.”

Raska mendecak, wajahnya ketus meski telinganya panas sedikit.

“Jaga mulut. Jangan ngatain orang sembarangan. Itu masuk bullying. Lo bisa dituntut.”

Gayus langsung memicingkan mata, penuh rasa ingin tahu.

“Eh… kok lo kayak ngebelain banget? Jangan bilang… lo beneran suka sama Gasekil?”

“Tsk.”

Raska menegakkan tubuh.

“Mikir lo kejauhan.”

Vicky dan Asep saling menatap.

Keduanya punya ekspresi, ini anak lagi denial parah.

Sementara itu, Raska menutup mata sebentar.

Dalam hatinya, suara kecil muncul… suara yang bahkan nggak pernah ia akui ke siapa pun:

"Suka? Bukan… Gue cuma penasaran… gimana caranya hidup kayak dia. Tenang. Cuek. Gak kebebani masa lalu. Gak takut ditinggal. Gak takut dikhianatin.

Kayak… apa ya rasanya, hidup tanpa luka?"

***

Koridor sekolah sore itu ramai, siswa-siswi berseliweran. Di tengah keramaian, Raska berdiri dengan ekspresi sok cool padahal jantungnya lomba lari. Ia membawa sebotol minuman dingin dan sebuah buku catatan. Dua alat PDKT paling receh se-SMA itu.

Elvara keluar dari perpustakaan sambil membaca buku tebal. Jalan pun gak lihat kanan kiri. Seolah dunia cuma terdiri dari huruf-huruf di halaman itu.

Raska langsung bersiap.

Asep, Vicky, dan Gayus menunggu di tikungan seperti kru dokumentasi.

“GO BRO!” bisik Asep.

“Lu bisa!!” tambah Vicky.

Raska menghela napas.

Oke. Ini saatnya. Dia berjalan mendekat. “Elvara…”

Elvara berhenti. Bukan karena namanya dipanggil, tapi karena halaman bukunya selesai

dan dia mau balik ke halaman sebelumnya.

“…Apa?” tanyanya tanpa menatap. Suaranya tetap datar, rapi, dingin, kayak AC 16 derajat.

Raska memberikan minuman dingin itu.

“Ini… buat kamu. Cuacanya panas.”

Elvara melihat sebentar. Hanya satu detik. Tatapan evaluasi.

“Gak haus.”

Lalu balik lagi baca.

Raska: “…”

Di kejauhan, Asep menjerit pelan. “BROOO DITOLAK MINUMAN SEJUJURNYA GAK PAKE ALASAN. INI SAKIT.”

Vicky menepuk jidat. “Keren banget sih dia… dinginnya elegan.”

Gayus mengunyah keripik. “Gue rasa itu cewek lahir bukan dari rahim, tapi dari freezer.”

Detik berikutnya.

“WHAT?! PANGERAN KAMPUS NGASIH MINUMAN KE GASEKIL?!”

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Puji Hastuti
Lanjut kk
sunshine wings
😢😢😢😢😢🥰🥰🥰🥰🥰
sunshine wings
🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana... 🙏🙏🙏😁
sunshine wings
Alhamdulillah ya Rabb.. 🤲🏼🤲🏼🤲🏼🤲🏼🤲🏼
sunshine wings
cepetan Raska.. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻😢😢😢😢😢
sunshine wings
😢😢😢😢😢
anonim
Ternyata pak Nata memantau Raska terapi pada dokter Wira. Baguslah.

Pak Nata mengenal Asep, Vicky, dan Gayus. Mereka bertiga tidak mengenal pak Nata, papanya Raska.

Ketika pak Nata mendatangi mereka bertiga yang sedang makan cilok di taman belakang sekolah, tak tahu Om itu siapa. Baru setelah pak Nata memperkenalkan diri - menyebut nama, mengatakan - ayahnya Raska, ketiganya langsung kaget.

Ngomong-ngomong Raska-nya kemana ini. Apa sedang duduk berdua dengan Elvara ?

Lisa ini perempuan nggak benar, melihat sejarahnya menikah dengan pak Nata.
Sebagai seorang ibu juga membawa pengaruh negatif bagi Roy, anaknya. Pantaslah Roy kelakuannya nggak benar. Turunan ibunya.
sunshine wings
🤬🤬🤬🤬🤬
mery harwati
Udah enak itu Lisa & Roy dikasih kemewahan oleh Nata meski dibatasi, tapi apakah sepak terjang mereka diawasi oleh Nata? Jangan berpikir karena finansial dibatasi mereka lupa diawasi, hati² Nata, orang licik tetep akan mencari cara untuk sampe tujuan hidupnya 🫣💪
sunshine wings
😢😢😢😢😢😭😭😭😭😭
Tolong kembali Elvara.. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Fadillah Ahmad
Betul, Karna dokter punya kode etik profesi yang harus di taati, dan Dokter Wajib menjaga Rahasia pasiennya. 🙏🙏🙏
sunshine wings
😢😢😢😢😢
Fadillah Ahmad
Ya elah, si paling Sibuk 😁😁😁
sunshine wings
lho boleh tenggelam situ.. busuk ati.. 😏😏😏😏😏
Felycia R. Fernandez
kamu anak hasil dari gundik...
ya beda donk hasil dari anak wanita tercinta..
tapi dasar kamu dan emak mu sama sama gak tahu diri...
anak pertama yang seharusnya jadi raja malah terusir dari rumah sendiri...
itu pun kamu gak tahu diri juga
sunshine wings
😡😡😡😡😡
sunshine wings
😮😮😮😮😮😤😤😤😤😤
sunshine wings
🤣🤣🤣🤣🤣
sunshine wings
💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!