Kisah Om Naren - Nara kita kemas di sini ya!!!
Menduda???
Bukanlah hal yanh diinginkan oleh Naren. Istrinya yang cantik sudahlah cukup baginya. Namun Asanya yang membumbung tinggi nyatanya tak seindah realita. Nadia Maheswari adalah kekasih sekaligus istri dari seorang Narendra. Kisah cinta yang di kemas Epik.
Namun Perceraian itu mengakibatkan kehidupan Naren berjarak. Bercerai bukan berarti dia akan menikah kembali. Tapi karena anak ingusan itu Naren pada akhirnya harus di hadapkan pada pernikahan kembali.
Dapatkah Naren menerima pernikahan keduanya dengan bayang - bayang masa lalu???? Di mana cintanya untuk Nadia masihlah sangat besar???!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Al Qassam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senyuman
Hai sayang! Semoga kalian masih rindu kisah mereka. Author sedang sibuk di dunia nyata sehingga tidak sempat mengunjungi laman tercinta kita ini. Author butuh waktu istirhat cukup dengan pekerjaan yg padat dan menjaga anak².
Tapi, Author harap setelah ini bisa kembali setiap hari berkarya. I love you sayang ... 🥰🥰🥰.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Pagi hari yang cerah menyibak tirai jendela putih kamar Nara. Tidurnya pun mulai terusik. Ya, Nara sedang halangan sehingga dia melewatkan waktu shubuhnya. Mata yang awalnya terpejam dengan erat itu kini sudah terbuk dengan sendirinya. Tangannya mulai meraba sisi tempatnya tidur.
" Loh! Si Om ke mana???" Nara bergegas bangun dan keluar dari kamar. Baru saja dia keluar dan hendak menutup pintu teguran seseorang mengejutkannya.
" Mau ke mana dengan penampilan seperti ini??! Di luar masih banyak orang. Apa hendak memamerkan body language pada semua orang???" tegur Narendra karena melihat istrinya yang masih menggunakan piyama karakternya tanpa menggunakan hijab dengan rambut di gerai. Rambut panjang Nara sungguh cantik apalagi wajah imutnya semakin menambah daya tarik.
Dia tak berhijab semakin cantik. Kecantikannya di sembunyikan oleh hijab lebarnya. Ya, Nara tipe penyuka hijab lebar. Akan tetapi baru saja dia reflek keluar karena suaminya tak ada di tempat. Malu jika istri bangun terlambat. Naren menggandeng Nara yang sudah menghela nafas karena kecerobohannya
" Ada apa?? Kenapa seperti ingin berlarian??" tanya Narendra meletakkan sarapan di meja. Nara duduk di sofa kamarnya.
" Om, gak ada. Masa iya istrinya bangun kesiangan," ucapnya sambil menyandarkan kepala di sofa.
" Mas tahu kamu lelah! Jadi, Mas biarkan kamu isirahat. Kemarin tamunya terlalu banyak," jawab Narendra dengan menyuapi Nara.
Aaaaaaaaaaaaa!!!!!!
Mas dia kata??? Ya ampun aku beneran istri orang ini???
" Cepatlah Nara tangan mas sudah pegel pegang sendok!" serunya dengan menghela nafas. Nara pum segera memakannya dengan antusias.
" Beneran gak boleh panggil Om??? Sampai ngode pakai sebutan mas?!" tanya Nara menatap Naren.
" Iya," jawabnya mulai irit bicara lagi.
Naren menyuapi Nara dengan sabar. Dia ingin membina rumah tangga dengan penuh kasih sayang meskipun mereka baru saja berinteraksi. Alasan Naren hanya tidak ingin kembali gagal dalam membina biduk rumah tangga. Dia tidak ingin di khianati kedua kalinya karena alasan tidak memberikan kasih sayang.
" Bolehkah setelah ini Mas ajak kamu ke rumah pribadi yang sudah aku siapkan?! Aku hanya ingin menjalin sebuah kedekatan denganmu. Tapi, jika kamu menginginkannya. Mas tidak memaksa," ujar Narendra setelah menyuapi Nara.
" Om .... Eh salah - salah! Mas ... Mmm Nara tidak masalah jika harus pindah tapi mas ya yang ijin Abi. Nara gak bisa jika lihat Abi sedih, " jawab Nara dengan menunduk. Naren tersenyum dan mengusap kepala Nara penuh kasih sayang.
" Pasti ... Nara sudah jadi tanggung jawab mas. Segala urusan Nara adalah tanggung jawab Mas," jawab Naren.
Naren memeluk Nara dengan penuh kelegaan mengetahui Nara penurut. Usianya memang masih muda mungkin manja akan menjadi makanan istrinya sehari - hari kelak di kemudian hari.
Semenjak hari itu Naren sudah di berikan tanggung jawab penuh atas Nara oleh Abi. Abi dan Ummi setuju jika mereka tinggal di rumah sendiri. Kelak akan baik bagi keduanya. Nara yang masih usia 19 tahun itu selalu saja menunjukkan sikap manjanya. Kerap kali ngambek kala Naren datang terlalu malam. Tapi, Naren dengan sabar memberikan pengertian dan tak lupa meminta maaf jika dia harus lembur.
Sore ini Nara tampak sibuk di dapur miliknya. Wajahnya sudah belepotan dengan adonan kue. Bibi yang membantu hanya terkekeh melihatnya.
" Non .... Biar bibi saja! Lihat Nona berantakan di wajah juga banyak tepungnya," ujar bibi pada istri majikannya itu.
" Hari ini ulang tahun mas Naren bi ... Nara selama ini gak bisa jadi istri yang baik buat dia! Setidaknya buatkan dia cake supaya dia seperti punya istri hehhe," jawab Nara asal. Sang bibi terkekeh mendengarnya.
" Non ... Kasih tuan keturunan pasti beliau lebih bahagia. Semenjak dulu Non tuan ingin punya anak dari Nyonya Maheswari tetapi nyonya selalu menolak karena beliau ingin fokus karir. Eh, maaf non kelepasan cerita ... " ucap bibi dengan menutup mulutnya. Nara tersenyum kecil dan hatinya tercubit.
Deghh!!!
Anak??! Aku bahkan tidak pernah di sentuh oleh suamiku. Kejadian malam itu membuat Om Naren menjaga jarak jika malam hari.
Flashback
Malam ini nampak hujan begitu deras. Nara yang tertidur pulas di ranjang membuat Naren tertarik. Baju tidurnya yang tergolong seksi membuat jiwa lelaki Narendra meronta - ronta. Tanpa banyak kata Naren melumat bibir Nara sehingga gadis itu melenguh.
Cup.
Cup.
Cup.
Bahkan Narendra sudah mencicipi leher Nara dengan perlahan. Tangan Narendra pun meraba bagian paha mulus Nara dengan lembut. Sentuhan - sentuhan bibir Narendra dan sentuhan jemarinya pada area sensitif sukses membuatnya bas*h. Tapi taraf Normal Nara sudah di ambang batas gadis itu bangun dan mendorong Narendra.
" Om!!!! Apa yang kamu lakukan??? Nara tidak ijinkan Om pegang sembarangan Nara tanpa seijin Nara secara langsung!!!!!" sarkasnya dengan penuh kebencian.
" Aku suamimu Nara!" serunya dengan tenang.
" Tapi ... Nara belum menerima Om sepenuhnya!" terangnya. Kemudian beranjak pergi dari kamar Narendra menuju kamar tamu. Narendra tak menjawab tatapannya sudah berat. Dia butuh seseorang untuk melakukan hal ini. Narendra terpaksa berendam untuk mengubur hasratnya.
Ini bukan hal baik Nara! Aku suamimu ... Setidaknya kamu bisa menerimaku sedikit demi sedikit. Tapi, baiklah ... Akan aku tunggu hari itu! Di mana kamu rela menyerahkan semuanya padaku.
Flashback Off.
Kakak sudah menasehatiku perihal ranjang. Tapi aku takut padanya. Dia pulang selalu saja bersikap wajar dan dia pun baik. Hanya sekedar itu jika tiba - tiba aku menantangnya apakah dia tidak akan mentertawaiku. Hmmm ....
" Non ... Kuenya sudah matang sempurna! Cantik sama kayak orangnya. Sudah sana siap - siap 1 jam lagi tuan datang!" seru bibi. Agaknya jawaban Nara agak lain.
" Bi ... Apakah tuan sangat ingin punya anak??? Apakah lelaki bahagia hanya karena mendapatkan jatahnya??!!" ujar Nara tanpa ada embel - embel sama sekali. Bibi nampak terkekeh mendengarnya.
" Non ... Tuan itu sudah cukup umur alias dewasa. Hasratnya pastilah tinggi lagi semangat - semangatnya. Di kasih kue itu hanya kebahagiaan setelah hal lainnya terpenuhi. Makanya bibi minta non siap- siap. Sudah sana yang cantik!!!" seru bibi dengan cengar cengir.
Nara berjalan ke atas dengan pikiran penuh. Dia baru tahu jika perihal itu yang membuat lelaki bahagia.
Di sisi lain ....
" Sayang ... Bisa kamu memaafkanku! Selamat ulang tahun ... Jika Nara tak bisa memberikanmu anak. Aku akan memberikannya ... " rayu Maheswari. Naren diam seribu bahasa. Meskipun Naren belum mendapatkan haknya tapi itu bukan alasan baginya untuk memilih selingkuh.
" Keluarlah! Aku cukup waras hanya mementingkan hal itu. Terserah Nara apa yang dia inginkan dia punya hak penuh atas kehidupannya," jawab Narendra santai.
Ting!!!
Notif masuk membuat perhatian Narendra tertuju pada pesan itu. Bibi yang mengirimi pesan itu artinya istrinya sedang melakukan sesuatu.
Tuan Nona membuat kue khusus untuk anda! Ini adalah salah satu potongannya! Nona begitu mengkhawatirkan anda. Hanya saja dia tidak tahu bagaimana bersikap.
Tentu saja pesan masuk itu membuat hati Narendra berbunga - bunga dan senyum mengembang di sana. Dia diam bukan berarti marah pada Narendra. Dia hanya khawatir Nara takut padanya karena kejadian malam itu.
semangat untuk up date nya
semoga author sehat selalu jadi bisa up date tiap hari
semangat untuk up date nya
double up date nya di tunggu thor
lanjut thor
semangat untuk up date nya