NovelToon NovelToon
Vanadium

Vanadium

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Epik Petualangan / Keluarga / Anak Lelaki/Pria Miskin / Pulau Terpencil
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: ahyaa

Ada begitu banyak pertanyaan dalam hidupku, dan pertanyaan terbesarnya adalah tentang cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ahyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode delapan belas

Hampir setengah jam tidak terasa kami sudah memutari pasar, banyak sekali ternyata yang di beli oleh Beta, kemudian kami singgah sejenak di warung sembako, aku memutuskan membeli beberapa perlengkapan serta membelikan Beta jajan sesuai dengan ucapan ku tadi.

Sekarang kami sudah di jalan pulang ke rumah, aku menenteng lima kantong besar berisi sayur sayuran sementara Beta juga menenteng lima kantong besar berisi ikan ikan segar serta beras. Aku sempat bertanya kepada Beta darimana ibu dere bisa memberikan uang untuk kami belanja? Apakah dari uangnya pribadi? Beta menjawab kalau sebenarnya ketika para siswa di perbolehkan untuk bekerja nanti sore, mereka secara sukarela memberikan separuh uang hasil kerja mereka kepada ibu dere untuk di belikan bahan makanan, dan juga Beta tau kalau sebenarnya ibu dere menyumbang kan semua uang makannya untuk membantu memenuhi kebutuhan pokok para siswa.

Ketika mereka pulang terlihat lebih ramai warga yang berdatangan ingin ke pasar, kebanyakan di antara mereka adalah para ibu ibu.

Kami tiba di rumah sekitar dua puluh menit kemudian, ketika matahari telah muncul dan kesibukan di rumah sudah mulai terasa. Beta membawa semua barang belanjaan langsung ke dapur di lantai satu, aku juga ikut meletakkannya di sana, terlihat ada beberapa orang remaja perempuan seusiaku yang menyambut, mereka sepertinya sudah menunggu bahan masakan sejak tadi.

Sekarang sudah hampir jam tujuh, itu artinya aku dan Beta punya waktu kurang lebih setengah jam lagi sebelum sarapan pagi di mulai, kamar sudah mulai kosong ketika kami tiba, hanya menyisakan beberapa orang saja, aku juga sudah berkenalan dengan beberapa siswa yang lain, termasuk ada tiga orang kembar. Beta menyuruhku untuk segera mandi, aku mandi dengan cepat, lalu mengenakan seragam sekolah yang di pinjami oleh Beta.

Tidak terhitung sudah berapa lama aku mematut diri di depan cermin sejak tadi, tidak pernah aku mengenakan seragam sekolah, baru kali ini, tidak terasa bertapa senangnya hatiku. Beta yang melihatku senang urung mengganggu, membiarkan ku sejenak, dirinya hanya bisa tersenyum tipis, dia juga dulu pernah berada di posisiku.

Setelah lima menit mematut penampilan ku di cermin dan entah sudah yang beberapa kali Beta mengingatkanku bahwa makan pagi akan segera di mulai sebentar lagi, akhirnya kami bersama sama turun ke bawah. Kami melewati tangga belakang yang langsung menuju sebuah meja panjang di tepi pantai. Meja panjang itu sudah terisi hampir empat puluh orang, terlihat ibu dere yang berada di kursi paling pojok melambaikan tangan menyuruh kami bergabung. Beta langsung menuju kursi yang berhadapan dengan ibu dere, aku belum boleh duduk karena ibu dere sedang memperkenalkan ku dengan semua siswa lalu aku di minta untuk menyebutkan namaku sendiri, aku menatap seluruh siswa yang balas menatap ku antusias, tidak pernah terpikirkan oleh diriku bahwa aku akan memiliki keluarga yang seramai ini. Setelah selesai perkenalan, ibu dere meminta ku untuk duduk di kursi yang masih kosong, aku mengangguk segera duduk di kursi sebelah anak perempuan yang kelihatannya sepantaran dengan ku.

Beberapa anak yang berada di sekelilingku bergantian menjabat tangan ku sambil memperkenalkan diri. Si kembar tiga terlihat duduk di sebrang ku, tertawa sambil melambaikan tangan, mereka kelihatannya sedang menjahili salah satu siswa yang lebih kecil.

Anak perempuan yang berada di sebelahku menatapku dalam. Aku belas menatapnya ' ada apa?"

Dia tersenyum, aku bisa melihat senyumannya yang indah, bibirnya merekah di timpa sinar mentari pagi, rambutnya yang sedikit pirang di kepang dua, dia mengangkat kedua tangannya lalu mulai menggerakkan perlahan.

Aku benar benar terdiam seribu bahasa. gadis ini, gadis ini tidak bisa bicara? Aku sedikit mengerti gerakan tangan nya karena dulu ibu pernah mengajariku berbahasa isyarat, salah satu tetangga kami di kampung ada yang tidak bisa bicara.

Gadis itu melambaikan tangannya, menyadarkan ku dari lamunan. Kembali menggerakkan tangan nya perlahan, menunggu jawaban ku.

Aku menelan ludah, ikut mengangkat kedua tangan ku, patah patah gerakan tangan ku mulai mengukir kata. Matanya melebar setelah aku selesai menggerakkan tangan ku

''kamu.. Kamu bisa menggunakan bahasa isyarat?" tanya nya tidak percaya

aku kembali mengangkat tangan ku mulai menggerakkannya lagi.

" *aku bisa sedikit berbicara dengan bahasa isyarat, dulu ibuku pernah mengajariku*." jawabku.

Matanya semakin melebar, bibirnya tersenyum semakin dalam, aku menelan ludah, entah mengapa tiba tiba ada gejolak aneh dalam diriku.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!