Pemilik Hati

Pemilik Hati (31)

Siang itu, sekolah di gemparkan atas pengumuman yang di berikan oleh kepala sekolah sementara mereka. Setelah cuti mendadak yang dilakukan keduanya, hari ini adalah hari pertama keduanya menginjakkan kaki di sekolah.

Desas-desus cuti mendadak keduanya yang bersamaan sempat menjadi buah bibir. Apalagi Alya yang memang lebih dulu masuk tak mengklarifikasi apapun. Menurutnya itu bukan ranahnya.

Ucapan selamat pun terdengar dari para rekan sesama pengajar juga staf sekolah yang merasa bahagia. Walaupun ada yang mencibir tidak suka karena merasa status Syifa sebagai seorang janda tidak pantas bersanding dengan idola mereka. Ya, idola karena paras David membuat mereka tergoda bahkan berkhayal untuk menjadi pendampingnya.

Namun, harapan itu pupus karena Syifalah yang kini jadi pemilik hati David. Sementara itu, Erika hanya diam memperhatikan. Cukup terkejut atas info yang ia dapatkan.

Bagaimana dengan Pak Andra? Batin Erika.

Itu pula yang menjadi pertanyaan kebanyakan mereka yang tahu bahwa ada sosok Andra yang selama ini mereka pikir akan menikah dengan Syifa.

" Selamat ya, Bu Syifa. Dekat dengan siapa, nikah dengan siapa," celetuk salah seorang guru yang memang suka ceplas-ceplos dan sedikit kepo.

" Namanya juga jodoh, Bu. Kita tidak tahu akan dengan siapa." Syifa hanya mencoba membalas dengan senyuman. Tak ingin terlalu ambil hati.

" Resepsinya pasti besar-besaran ya, Bu?," tanyanya lagi. Merasa Syifa itu beruntung. Dua kali menikah, dua kali resesi dengan perjaka pula.

" Saya ikut keinginan keluarga suami, Bu." Syifa tetap mencoba tersenyum walau rasanya ingin segera menghindar namun, tak tahu harus dengan alasan apa.

David yang baru kembali setelah menelpon Rangga hanya mengerutkan keningnya saat melihat wajah Syifa yang sepertinya tidak nyaman.

" Fa, ikut Mas sebentar ya," David menarik lengan Syifa dengan lembut. " Ibu-ibu, saya pinjam Syifanya sebentar ya," ucap David ramah.

" Silahkan pak," jawab mereka kompak.

Setelah agak menjauh, Syifa dapat bernafas lega.

" Kenapa?,"

" Tidak apa-apa,"

" Mereka pasti mengatakan sesuatu yang membuatmu tidak nyaman, kan?," tebak David.

" Namanya juga pernikahan mendadak. Apalagi mereka tahu kedekatan aku dengan Pak Andra, jadinya muncul banyak pertanyaan di benak mereka,"

" Apa aku harus melakukan sesuatu supaya mereka tidak banyak bertanya lagi?,"

" Ish, jangan. Biarkan saja. Kita tidak bisa membuat semua orang menyukai kita." Syifa merangkul lengan suaminya agar mengikutinya.

Mereka pun duduk di bangku taman.

" Oh ya, bagaimana dengan nasib Pak Andra?," tanya Syifa penasaran. Melihat Erika tadi, tiba-tiba ia teringat pada Andra.

" Kenapa? Kamu khawatir?," Ada perasaan tak suka saat Syifa bertanya laki-laki lain.

"Mana ada. Aku hanya teringat dia saat melihat Bu Erika. Harusnya Pak Andra bertanggung jawab pada Bu Erika kan?,"

David mende_sah. Menurutnya itu hal yang sulit. Karena, dari informasi yang ia dapatkan, Andra sendiri sudah menolak bertanggung jawab.

" Seharusnya begitu. Tapi, aku juga tidak yakin. Apalagi saat ini dia masih di tahan soal kasus kemarin. Dan tolong jangan minta aku mencabut laporan hanya karena kasihan pada Erika itu."

Syifa yang baru akan bicara langsung bungkam kembali. Sebagai seorang perempuan ia memang merasa iba.

" Jika saat ini Andra tidak di beri pelajaran, aku khawatir dia melakukan hal yang lebih nekad dari yang kemarin,"

Syifa mengangguk. " Jika, kamu diminta hadir di persidangannya nanti, apa kamu siap?,"

Syifa menggelengkan kepalanya. Jujur, melihat wajah ANdra adalah hal yang ingin dihindarinya. Masih terbayang apa yang Andra katakan dan lakukan malam itu.

David menggenggam tangan Syifa. "Jika pertemuan itu pada akhirnya tidak bisa dihindari, yakinlah. Aku akan ada di sampingmu. Jangan takut, aku akan melindungimu "

" Terimakasih," Syifa merasa tenang karena kini ada sosok yang menjadi pelindung baginya.

Jadi, Pak Andra ada di kantor polisi. Kenapa?

Seseorang yang saat itu akan menuju toilet tidak sengaja mendengar obrolan Syifa dan David. Ia terkejut mengetahui kabar mengenai ayah dari janin yang ia kandung.

TBC