NovelToon NovelToon
Nur

Nur

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Selingkuh / Cerai
Popularitas:14.1k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Seperti artinya, Nur adalah cahaya. Dia adalah pelita untuk keluarganya. Pelita untuk suami dan anaknya.

Seharusnya ...

Namun, Nur di anggap terlalu menyilaukan hingga membuat mereka buta dan tak melihat kebaikannya.

Nur tetaplah Nur, di mana pun dia berada dia akan selalu bersinar, meski di buang oleh orang-orang yang telah di sinarinya.

Ikuti kisah Nur, wanita paruh baya yang di sia-siakan oleh suami dan anak-anaknya.

Di selingkuhi suami dan sahabatnya sudahlah berat, di tambah anak-anaknya yang justru membela mereka, membuat cahaya Nur hampir meredup.

Tapi kemudian dia sadar, akan arti namanya dan perlahan mulai bangkit dan mengembalikan sinarnya.

Apa yang akan Nur lakukan hingga membuat orang-orang yang dulu menyia-nyiakannya akhirnya menyesal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Nur membawa Bety memeriksakan kandungannya di klinik terdekat. Untungnya tak terjadi hal yang mengkhawatirkan.

Tak lama Sulton pulang dan segera menuju ke klinik tempat Bety di periksa.

"Ety kenapa Mbak? Kok bisa perutnya sakit!" pekik Sulton.

"Kata Bu Bidan ngga papa cuma kecapean aja, jadi perutnya kram," jelas Nur apa adanya.

"Mbak gimana sih, kan aku udah bilang, tolong bantu Ety di rumah, dia lagi hamil muda, mbak sudah numpang, tolong tau diri dong mbak!"

Nur benar-benar tak menyangka sikap sulton bisa berubah drastis setelah menikah.

Tanpa meminta penjelasan terlebih dahulu padanya, sang adik justru langsung menuduhnya macam-macam.

"Mbak baru aja pulang Ton, kebetulan Ety juga baru pulang belanja, mungkin karena itu dia kelelahan," jelas Nur.

Sulton yang sempat diliputi perasaan kesal pada sang kakak, tiba-tiba merasa tak enak karena telah menuduh kakaknya yang tidak-tidak.

"Mas?" panggil Bety lemah.

Ibu hamil itu tak berbohong saat mengatakan perutnya sakit, mungkin karena kelelahan seperti penjelasan bidan tadi, tapi bisa juga ditambah kekhawatiran dirinya yang berlebihan karena Nur mengeluh padanya.

"Kamu baik-baik aja kan Dek?" tanya Sulton khawatir.

"Iya mas, baik, maaf ya mas udah buat mas cemas. Semua ini karena aku banyak pikiran mas," adu Bety lemah.

"Kepikiran apa Dek?"

Bety lantas melirik Nur yang diam saja tak jauh dari mereka.

"Mbak Nur mau berhenti kerja di ruma Bu Rw mas, kan aku malu mas, mbak Nur benar-benar ngga mikirin perasaanku kalau dia tiba-tiba berhenti kerja mas," keluhnya yang membuat Nur terbelalak.

"Apa mbak mau berhenti kerja mbak?" cecar Sulton menatap sang kakak.

Nur lantas menghela napas panjang, "Bu Yanti kelewatan Ton, mbak ngga sanggup kalau kerja di sana."

"Alah mbak, kamu itu ngga bersyukur banget sih, pantas aja Mas Pamungkas cerai-in mbak, soalnya mbak itu kebanyakan ngeluh. Ingat ya mbak, jangan bikin kami malu, seenggaknya mbak harus tau diri dan tau berterima kasih!"

Nur merasa di pojokkan, dia tak pernah meminta bekerja di sana, tapi saat ini seolah dirinya yang di salahkan karena keadaan Bety.

Terpaksa Nur harus bertahan di rumah Bu Yanti hingga tiga bulan kedepan, sebab dirinya tak mau lagi di salahkan oleh Bety dan Sulton.

.

.

Di kediaman Pamungkas, mereka tengah kedatangan tamu yang tak lain adalah Sisil.

Wanita yang kemarin-kemarin bersikeras menolak Pamungkas karena memilih berpisah dengan Nur, entah kenapa tiba-tiba wanita itu mengunjungi Pamungkas di kediamannya.

Pamungkas jelas merasa senang, dia berpikir mungkin Sisil akhirnya menyerah dan mau menerima dirinya.

Berbeda dengan Pamungkas, kedua anaknya justru memikirkan hal yang berbeda dengan kedatangan Sisil di rumah mereka.

Jika Amanda berusaha biasa saja, berbeda dengan Bisma yang sudah menunjukkan wajah masamnya.

"Maaf ya tante ngga masakin kalian. Tante akui kalau tante ngga jago masak kaya mamah kalian, ya mau gimana, tante kan wanita karir kalau mamah kalian cuma ibu rumah tangga," ucap Sisil entah mengejek atau apa.

Sisil menata berbagai makanan di atas meja makan. Semua masakan itu sengaja dia pesan dari restoran favoritnya keluarga Pamungkas.

Bisma beranjak bangkit, tapi belum juga pergi suara sang ayah meminta kembali untuk duduk.

Remaja itu benar-benar kesal dengan sang ayah yang seolah memaksanya menerima keberadaan selingkuhannya itu.

Saat akan menghidangkan makanan ke piring Bisma, Sisil lantas berkata dengan menyindir, "tante belum menerima permintaan maaf dari Bisma loh. Tante enggak marah dan dendam, cuma sebaiknya Bisma harus bisa jaga sikap. Bukankah mamah kalian mengajarkan itu?"

Pamungkas mengangguk setuju, dia lantas menatap sang putra yang menatap kekasihnya penuh dengan kebencian.

"Betul Dek, kamu harus minta maaf sama tante Sisil—"

"Bagian mana dari kata-kata aku yang salah?" jawab Bisma dingin.

"Bisma!" bentak Pamungkas kesal.

Bisma lantas menatap sang ayah dengan berani. "Papah lebih membela wanita ini dari pada aku? Kalau papah emang enggak suka sama aku, ngga papa aku ikut sama mamah!"

Pamungkas berdiri hendak menghampiri sang putra tapi di cegah oleh Sisil dengan gelengan.

"Ini masalah orang dewasa Bisma, kamu tidak mengerti. Kami saling mencintai—"

"Menjijikan, kalian membela diri dengan menyakiti mamahku!"

"BISMA! JANGAN KURANG AJAR KAMU!" bentak Pamungkas yang sudah habis kesabarannya.

Amanda merasa frustrasi dengan keadaan keluarganya yang selalu saja bertengkar.

Pamungkas kembali terduduk. Sungguh dia bingung bagaimana lagi harus membujuk sang putra. Dirinya memang egois dan berharap kedua anaknya mau menerima Sisil dan melupakan ibu kandung mereka.

Namun Pamungkas lupa jika apa yang dia inginkan tak mungkin dia dapatkan semuanya. Terlebih lagi ikatan darah tak bisa di putus begitu saja, meski oleh perpisahan.

"Biar Amanda yang bicara sama Bisma Pah," sela Amanda yang lagi-lagi menjadi penengah antara adik dan ayahnya.

Sepeninggal Amanda dan Bisma, Sisil tersenyum tipis, entah apa yang wanita itu pikirkan.

"Mas makan dulu, ingat, banyak yang harus mas pikirkan, jangan sampai mas sakit," bujuk Sisil.

Meski tak lagi berselera untuk makan, Pamungkas tetap mengikuti keinginan kekasihnya.

Banyak hal yang berubah di rumahnya, semenjak kepergian Nur. Tak ada lagi yang menyiapkan pakaiannya. Tak ada lagi yang membuatkan dirinya kopi racik yang enak dan dirinya merasa sedikit kehilangan semua itu.

"Mas serius udah mendaftarkan perceraian kalian?" tanya Sisil sambil menikmati hidangannya. Dirinya tak peduli dengan keadaan anak-anak Pamungkas yang bahkan belum makan.

Pamungkas menatap Sisil bimbang, "iya. Kemungkinan besok suratnya akan di kirimkan ke rumah Zahra."

Sisil menghela napas panjang, wanita berambut panjang itu lantas menggenggam tangan sang kekasih.

"Sebenarnya aku ngga suka kalau kita berakhir kaya gini mas. Tapi setelah aku pikir lagi, sepertinya jalan ini memang yang terbaik. Lagi pula Nur pasti tak akan mau kamu rujuk setelah kejadin waktu itu."

Pamungkas tersenyum bahagia, dia yakin saat ini kekasihnya itu akhirnya sadar jika keputusan itu memang yang terbaik. Dirinya telah memilih wanita itu ketimbang ibu dari anak-anaknya, bukankah seharusnya Sisil bangga menjadi pemenang di hatinya?

"Jadi, apa sekarang kamu mau membina rumah tangga denganku?" tanya Pamungkas langsung.

Sisil tersenyum lalu mengangguk yakin. "Tapi kamu tahu kan mas, aku bukan Nur yang bisa melakukan pekerjaan rumah, apa kamu masih mau menerimaku apa adanya?"

"Tentu saja, kamu istriku bukan pembantu, jadi biarkan pekerjaan rumah di kerjakan oleh asisten rumah tangga aja kan?"

Sisil tersenyum bahagia, akhirnya salah satu keinginannya tercapai, yaitu bersanding bersama dengan Pamungkas.

"Tapi anak-anak—"

"Kamu jangan khawatir, mas akan pastikan kalau mereka akan menerimamu."

"Mas, kalau Bisma selalu bersikap seperti itu sama aku, jujur aku merasa takut dan waswas terus. Aku ngga mau hidupku selalu merasa tertekan, kamu tahu kan kalau aku orang yang perasa?"

Pamungkas terdiam, dirinya bingung harus bagaimana, jujur dia tak mau Bisma, putra yang sangat dirinya banggakan pergi dari hidupnya dan memilih tinggal bersama mantan istrinya.

Namun melihat perangai sang putra yang keras kepala, dirinya yakin kediamannya akan sangat tak nyaman jika suatu saat dirinya menikah dengan Sisil.

"Kenapa ngga kamu biarkan aja Bisma ikut bersama Nur mas? Siapa tahu setelah merasakan tidak enaknya hidup dengan Nur, Bisma akhirnya bisa menerima kehadiranku?" saran Sisil.

.

.

.

Lanjut

1
Jumi Saddah
perjalanan nur menuju sukses masih jauh deh,,turun naik menanjak,,penuh drama dan air mata trus penuh dgn hinaan dan cacian,,maka itu nur di tempa menjdi kuat dn tegar,,
Viela
semoga aja adik km bisa sadar zahra
Desi Belitong
aduh nur kenapa kamu bodok banget nur nur geretan aku bacanya
Desi Belitong
jangan mau mbak saudaramu jahat banget
Desi Belitong
ya allah gunanya adik2nya waktu susah di bantu ketika kakaknya susah tidak ada yang mau bantu/Sob//Sob/
sofiah sudjai
lanjut thor
Viela
tolongin nur ni'am kasian dia
Jumi Saddah
ini perjalanan si nur amat berkelok kyak roll coster,,,ya semoga nanti nya nur bener2 menemukan kebahagian dan menjdi sukses,,,
Arga Putri Kediri
jalan nur menuju sukses...ato bangkit
Nurlela Nurlela
typo gelas
Noor Dech
nur..
namaku thor🤭
Viela
dasar sahabat aneh
Susi AYANA
diihhh anehhhh
Arga Putri Kediri
kpn Thor nur bangkit jadi wanita kuat
Susi AYANA
dihhh najong punya ade kae gitu, amit2x
Viela
adikny gk berperasaan seperti kacang lupa kulitny
Arga Putri Kediri
sabar nur
Viela
dasar sisil wnita tk punya malu
Arga Putri Kediri
kok sgt menderita nur thor
Viela
owalah nur kasian km
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!