Rull, seorang pemuda berusia 17 tahun yang sering menjadi korban perundungan di sekolahnya, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis. Dalam sebuah kegiatan kemah sekolah, ia tersesat di hutan dan mengalami serangkaian kejadian mengerikan yang membawanya ke ambang kematian. Saat berada di antara hidup dan mati, sebuah entitas misterius memberinya kesempatan kedua di dunia yang asing dan penuh keajaiban.
Terbangun di dunia baru yang indah namun berbahaya, Rull harus belajar bertahan hidup dengan kemampuan serta kekuatan yang ia miliki. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan Jack, Blade, dan Arlecchino. Mereka berpetualang bersama dan menyelesaikan konflik di berbagai region.
Entah takdir apa yang mereka hadapi bersama di dunia yang penuh keajaiban dan bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon The rull, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arc Disturbia Bab 7 Tekad Yang Kuat
Evakuasi korban yang selamat berhasil dilakukan. Arlecchino, dengan wajah kesal, berkata, "Dasar payah, mengapa dia tidak datang membantu?"
Blade menenangkan, "Biarkan dia sendiri terlebih dahulu, Arlec. Dia butuh waktu."
Mereka bertiga memperhatikan beberapa rakyat yang mulai berdoa atas kejadian tersebut. Jack berkata, "Akhirnya mereka mengingat dewa mereka."
Jack pun ikut berdoa, begitu juga dengan Arlecchino dan Blade. Dalam doa mereka, mereka memohon perlindungan dan bimbingan, berharap dewa akan mendengarkan permohonan mereka dan melindungi negeri Disturbia dari ancaman yang lebih besar.
Sementara itu, Rull, di bawah bimbingan Kakek Jyan, berlatih dengan tekun dan keras. Setiap tetes keringatnya adalah penyesalan dan tekad untuk menjadi lebih kuat. Dia tahu bahwa waktu tidak berada di pihaknya, dan dia harus segera menguasai kekuatannya untuk melawan Tartarus dan menyelamatkan Robin serta rakyat Disturbia.
Perlahan-lahan, Rull dapat menguasai beberapa teknik bertarung . Dia merasakan perubahan dalam dirinya, baik fisik maupun mental. Latihan yang dulu dianggapnya sebagai penderitaan kini menjadi jalan menuju kebangkitan.
Di suatu pagi, setelah latihan yang melelahkan, Kakek Jyan mendekati Rull. "Kau telah berkembang pesat, Rull. Ingat, kekuatan bukan hanya tentang kemampuan bertarung. Ini tentang keberanian, kepercayaan diri, dan keyakinan pada diri sendiri. Apakah kau siap untuk berlatih lebih keras."
Rull mengangguk. "Aku siap, Kek. Aku tidak akan membiarkan kegagalan mengalahkanku lagi. Aku akan menyelamatkan Robin dan rakyat Disturbia."
Disisi lain, robin terbangun dalam kegelapan dan terkejut mendapati dirinya berada di dalam kurungan. Pasukan Tartarus membawanya menghadap Tartarus, Tartarus menatap dengan mata dingin dan penuh kebencian.
"Robin, tangan kanan disturbia, jawab pertanyaanku dengan jujur," Tartarus memulai dengan suara mengancam. "Dimana patung suci dewa disturbia?"
Robin, meskipun diliputi ketakutan, menatap Tartarus dengan tegas. "Kau tidak akan bisa menemukan dewaku," jawabnya sambil berdoa dalam hati.
Tartarus tertawa terbahak-bahak. "Hahahahaha! Kau mahkluk yang keras kepala. Berapa banyak nyawa yang kau miliki?"
Robin menyadari bahwa Tartarus tidak bisa menguasai disturbia jika patung suci dewa disturbia masih berdiri kokoh. Keberadaan patung itu adalah simbol kekuatan dan perlindungan yang diberikan dewa kepada rakyat disturbia. Robin harus menjaga rahasia lokasi patung itu, apapun yang terjadi.
Tartarus mendekat, wajahnya semakin mendekati jeruji kurungan. "Jika kau tidak memberitahuku, aku akan menghancurkan setiap orang yang kau cintai, satu persatu. Apakah itu yang kau inginkan?"
Robin menutup matanya sejenak, mencoba mengumpulkan keberanian dan kekuatan. "Dewa kami akan melindungi kami. Kau tidak akan pernah menguasai disturbia."
Tartarus merasa frustasi, melangkah mundur dan memerintahkan pasukannya. "Bawa dia ke ruang penyiksaan. Kita akan lihat seberapa kuat iman dan keberaniannya."
Robin terus berdoa, berharap dewa disturbia dapat mendengarnya.
Seminggu telah berlalu, dan Arlecchino serta Blade melihat Rull yang berlatih tanpa henti. Mereka merasa khawatir melihat tubuh Rull yang penuh luka akibat latihannya yang keras.
"Apa yang dia lakukan pada dirinya sendiri?" Arlecchino berbisik dengan cemas.
"Dia berusaha mengatasi rasa bersalah dan ketidakberdayaannya," jawab Blade dengan nada serius. "Tapi ini bisa membahayakan dirinya."
Kakek Jyan, yang mengamati dari kejauhan, akhirnya memutuskan untuk menghampiri Rull. "Rull," panggilnya dengan suara lembut namun tegas. "Latihanmu sudah cukup. Sekarang pergilah ke puncak gunung. Di sana ada sebuah batu besar. Cobalah untuk bertapa di gunung itu. Aku harap dewa Disturbia akan mendengarkan suaramu."
Rull menatap kakek Jyan dengan mata yang penuh tekad. "Aku akan melakukannya, kakek," katanya sambil mengangguk. "Aku harus menjadi lebih kuat demi menyelamatkan Disturbia dan menyelamatkan Robin."
Kakek Jyan tersenyum tipis. "Ingatlah, Rull. Kekuatan sejati datang dari ketenangan pikiran dan keyakinan yang tulus. Semoga dewa Disturbia memberikanmu petunjuk."
Dengan tekad yang membara, Rull mengemas perbekalannya dan mulai perjalanan menuju puncak gunung. Arlecchino dan Blade hanya bisa mengawasi dengan harapan bahwa usaha Rull akan membuahkan hasil. "Baik semuanya sudah siap, saatnya berangkat." Rull pergi menuju puncak gunung tersebut dan Arlecchino diam-diam mengikutinya, agar ia tahu dimana lokasi Rull bertapa.