Seorang murid mesti mematuhi apa kata gurunya. meskipun itu sulit. yah mengambil senjata ampuh memang bukan perkara mudah. bakalan ada halangan dan rintangan. baik di perjalanan maupun menghadapi musuh. namun semua di perlukan untuk melakukan perjalanan ke barat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 3112, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjalanan ke barat 7
Mereka duduk di suatu kursi. Yang di bentuk segi empat. Mengelilingi meja besar. Seperti kebiasaan, kalau bentuknya demikian, maka banyak orang yang bisa memanfaatkannya. Sebab dengan begitu maka makan juga akan terasa nikmat. Serta kebersamaan dalam satu keluarga membuat semakin erat dan rukun. Itulah yang membuat segalanya sangat menikmati satu kondisi. Walau bentuknya tak harus begini, segi empat dengan banyak kursi, tapi itu salah satu bentuk dari satu kebersamaan yang saling Bersama di situ. Terkadang ada yang menyukai duduk dalam suatu alam terbuka. Berada pada salah satu gunung yang tinggi, melemparkan kalasa, lalu di tempatkan banyak hidangan yang tersaji, dan di nikmati Bersama, serta duduk mengelilinginya. Sembari menikmati alam, betapa indahnya. Sehingga pada salah satu rumah makan, akan di bentuk demikian. Walau alam tak bisa di pindahkan, maka nuansanya yang di buat demikian. Dengan membuat situasi yang mirip. Dengan menghamparkan tikar, lalu saling duduk menggelosor. Tanpa meja, tanpa kursi. Dengan demikian sudah sama persis dengan berada di alam pegunungan, atau di tepi Pantai dengan angin sepoi-sepoi, dan ombak berdebur yang saling berkejar-kejaran seperti anak muda yang bercinta.
“Ayo makan dulu.“
“Baik..“
Mereka kemudian saling melihat menu yang ada. Menu jaman dulu, di satu Lokasi yang juga tak semaju berada di kota raja. Dimana semua ada. Di sini tak seperti itu, walau juga ada semua, namun kalau mencari satu lain hal yang sulit, maka tidak ada. Misalkan minuman dengan campuran ginseng dan obat penyembuh, maka akan sulit. Kalaupun ada mesti mengusahakan ke Lokasi di mana bisa tumbuh obat seperti itu di satu pegunungan dengan hawa dinginnya. Kecuali kalau jamu yang terbuat dari teh dengan jamur yang membuatnya jadi asam, maka hal ini bisa di usahakan dengan membudidayakannya, serta di beri banyak tempat yang mampu membuatnya tumbuh kembang dengan baik.
“Aku pakai panggang ayam saja.“
“Kalau bisa sih makan nyambik.“
“Nggak ada.“
“Ah…“
Mereka memesan makanan kesukaan. Sangat nikmat kelihatannya apa yang di tawarkan. Apalagi pelayannya cantik-cantik dan ramah-ramah. Namun tidak yang lelaki. Mereka kebanyakan menyajikan dan menarik barang-barang bekas yang habis di gunakan untuk di bersihkan sehingga bisa di pakai lagi di ain waktu. Di situ akan membuat segalanya bisa berjalan lancer. Dengan saling berbagi peran dalam berkarya. Sehingga tidak sampai membuat sesuatu yang bermasalah. Baik itu cara penyajian, penataan, serta yang terpenting adalah rasa. Sebab suatu rumah makan yang paling utama adalah rasa. Seperti pada suatu restoran, dengan Lokasi yang kacau, tulisan yang mengerikan, akan tetapi kalau sudah mencicipi dan rasanya sangat nikmat, seperti mati saja rasanya, maka hal itu kemudian bakalan sanggup menarik banyak orang ke Lokasi tersebut. Tentunya yang sudah tak perduli dengan komentar serta semua situasi yang terlihat. Sehingga akan menikmati hidangan dengan hati riang.
Tak berapa lama keluar makanan dalam tempat terbuat dari keramik. Yang di bawa oleh para pramusaji lelaki dengan banyak barang di atas suatu nampan yang indah. Sementara di iringi yang Wanita untuk menyajikannya.
Baik piring maupun gelasnya. Di buat halus. Namun warnanya umum saja. Kehijauan. Dan terkesan sangat mewah. Maklum rumah makan besar di kota itu.
Makanannya juga banyak. Baik itu berupa bakaran maupun kuah. Yang jelas sangat di gemari orang. Sehingga banyak pengunjung.
