Bercerita tentang seorang pria usia 30an yang jatuh dari kehidupan nya setelah bercerai dan terpuruk dalam kehidupannya, ketika di perjalanan pulang dirinya mengalami sebuah kecelakaan tragis yang menyebabkan dirinya meninggal dunia. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, ada penyesalan dalam dirinya yang membuat dirinya begitu terpuruk dan berharap dapat memperbaikinya. Namun tanpa disadari dirinya kini bertemu seorang dewa dan di renkarnasikan di dunia lain dengan bantuan sistem. Bagaimanakah kehidupan nya di dunia lain? Apakah dia akan dapat bertahan hidup di dunia yang penuh monster dan sihir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizSlide, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PUKULAN TELAK
Setelah pintu terbuka, kami bertiga masuk kedalam ruangan itu, lalu setelah pintu di tutup, Grandmaster seperti melakukan sesuatu dengan sihirnya, kalau menurutku sepertinya dia memberi sihir kedap suara seperti di restoran tempat kami makan kemarin. Tapi sepertinya yang di gunakannya saat ini jauh lebih kuat.
Aku melihat disana ada Duke Anderson dan dua orang pria yang nampak seumuran dengannya.
...---* Apraisal *---...
...Luther von Windgate...
...Ras : Human...
...Job : Swordmaster...
...Level : 85...
...Rank : King of Windgate Kingdom...
...Title :...
...Great King of Windgate...
...---* Apraisal *---...
...Darius Steffan...
...Ras : Human...
...Job : Paladin...
...Level : 89...
...Rank : Marshall...
...Title :...
...Marshall of Windgate Kingdom...
...----------------...
Jadi begitu, yang di tengah adalah Raja, sedangkan yang satunya lagi adalah Marshall negara ini. Sejujurnya aku sedikit kecewa pada Duke karena dia sejak awal mengatakan kalau hanya Raja yang akan mengetahui ini, tapi nampaknya Marshall juga mengetahui tentang diriku.
Dimanapun dunia nya, memang tidak ada orang yang dapat di percaya sepenuhnya.
Nampaknya Leonore mengerti kalau aku sedang merasa kecewa meski dia belum tahu apa yang membuatku kecewa, dia hanya memberikanku senyuman manis di wajahnya.
Lalu tiba2 Duke Anderson menghampiri dan menjabat tanganku, aku menyembunyikan kekecewaanku dengan menyambut uluran tangannya.
"Senang akhirnya kau datang nak, mari biar ku perkenalkan" ucap henderson
"Yang mulia, ini adalah Ryo petualang muda yang sebelumnya ku ceritakan pada anda, dia juga yang menemukan kesimpulan terkait iblis dan kemunculan monster dengan status Demonic yang ku sampaikan kepada anda" ucap Marcus
Aku dan Max pun langsung bersujud dengan satu kaki untuk memberi hormat..
"Salam yang mulia, sebuah kehormatan bisa bertemu dengan anda" kataku dan Max yang hampir bersamaan
"Bangunlah, ini bukan pertemuan resmi dan aku juga yang meminta kalian kesini, tidak perlu formalitas seperti itu" ucap Luther
Nampaknya benar ucapan Grandmaster kalau Raja adalah orang yang tenang dan santai, dia lebih suka berbiacara dengan biasa ketimbang formalitas. Tapi aku tidak boleh gegabah, aku harus tetap menjaga sikapku di hadapan orang2 besar yang ada di hadapanku.
"Baiklah kalau begitu, silahkan duduk" ucap Luther
Disini Max rupanya berperan sebagai pelayan yang menyajikan minuman dan lain2nya, nampaknya ini merupakan perintah dari ayahnya, Duke Anderson.
Max juga tidak duduk di sampingku, dia berdiri di dekat meja dimana minuman dan makanan kecil di persiapkan agak jauh dari meja tempat kami semua duduk.
"Jadi, bagaimana perjalanan mu kesini? Apa semuanya baik?" ucap Luther membuka kata
"Tentu yang mulia, semuanya baik2 saja, tidak ada kendala yang berarti selama perjalanan kami" kataku
"Syukurlah, jadi apa pendapatmu tentang ibukota? Apa kau merasa nyaman disini?" tanya Luther
"Memang benar kalau disini lebih ramai dan jauh lebih besar ketimbang di kota Takt, tapi sejujurnya aku belum terbiasa dengan semua ini yang mulia" kataku
Luther menatapku dengan tenang untuk sejenak, lalu dia berkata..
"Baiklah, ayo kita sudahi formalitasnya, mari kita berbicara dengan lebih santai" ucap Luther
"Baik yang mulia" ucap Marcus dan Darius
"Yang mulia, mohon maaf sebelumnya, apa aku boleh meminta sesuatu hal kecil?" kataku
Pandangan semua orang langsung tertuju padaku, semuanya cukup terkejut dengan ucapanku..
"Tentu saja, katakan apa yang kau inginkan, jika aku bisa aku akan memenuhinya" ucap Luther
"Terima kasih yang mulia" kataku dengan hormat
Aku menghela nafas lalu berkata..
"Aku kesini bersama dengan Max, dia adalah rekan dan juga anggota ku di party Silvermoon, aku merasa tidak nyaman melihat rekan ku berdiri sedangkan kita semua duduk sambil menikmati keramah tamahan istana. Bolehkah Max duduk bersama kita?" kataku
Mendengar itu semua orang terdiam dan menatapku kecuali Leonore, dia hanya memejamkan mata nya tanpa menoleh kearahku.
"Maaf nak, Max disini bertugas untuk melayani kita yang akan berbicara dan berdiskusi, meski dia adalah anakku, tapi dia tidak keberatan dengan ini" ucap Marcus
Sejujurnya aku tidak mengharapan jawaban seperti itu, tapi aku tetap tidak bisa menerima ini.
"Begitu ya, maka pembicaraan kita nampaknya sudah selesai" kataku
Semua orang hanya terdiam mendengar ucapanku, lalu Marshall bangkit dari duduknya dengan tatapan tajam seraya berkata..
"Nak, kusarankan sadari posisimu, kau sedang berhadapan dengan Yang Mulia Raja Windgate" ucap Darius dengan tatapan tajam
"Maaf jika ucapanku dianggap kurang sopan" kataku seraya bangkit dari tempat duduk ku.
Melihat itu semua orang terkejut, bahkan Leonore yang awalnya tenang sedikit bereaksi dan memandangku.
"Tanpa mengurangi rasa hormat, aku tidak bisa melanjutkan pertemuan ini apabila rekanku masih berdiri disana sendirian, mungkin benar dirinya tidak keberatan mendapat tugas itu. Tapi aku keberatan, aku berjuang melawan monster bersamanya, mempertaruhkan nyawa bersamanya, dan kini aku melihat rekanku di perlakukan seperti ini, maaf. Aku tidak bisa menerimanya" kataku
Sang Raja dan Duke Anderson menatapku dengan tenang, sedangkan Marshall Darius terlihat kesal dan mengeluarkan aura intimidasinya yang tertuju langsung padaku. Tentu semua orang juga merasakan seberapa kuat aura intimidasi yang dia tujukan padaku, awalnya terasa ringan, namun lama kelamaan semakin kuat dan semakin kuat.
Max mulai merasakan effek dari aura intimidasi yang di keluarkan Darius, dia mulai merasa pusing dan hampir tidak dapat berdiri tegak. Berbeda denganku, meski aku merasakan seberapa kuat intimidasinya, tapi itu tidak memberi efek apapun pada tubuh dan mentalku, ini berkat Goddess's Blessing milikku.
Saking kuatnya intimidasi yang di keluarkan Darius gelas cangkir yang ada di meja mulai bergemerincing dan bergetar, menandakan seberapa kuat intimidasinya. Lalu aku melihat Max, terjatuh dan berusaha keras mempertahankan kesadarannya.
Sementara Luther, Marcus dan Leonore hanya diam melihat apa yang di lakukan Darius padaku yang berimbas pada Max juga. Aku jadi merasa semakin kecewa dan kesal, terutama pada diriku sendiri yang tidak mampu melawan pada situasi ini.
Namun, seketika aku merasakan ada kekuatan yang masuk kedalam tubuhku, rasanya nyaman dan begitu sejuk, ini perasaan yang sama ketika Sang Dewi memberiku berkahnya di pertemuan pertama kami. Aku melihat statusku dan muncul sebuah Skill Unik baru yaitu Conqueror's Haki yang berarti penakluk.
...---* Apraisal *---...
...Conqueror's Haki adalah kemampuan khusus untuk memberikan atau menangkal serta melawan balik intimidasi, niat membunuh, ataupun haus darah....
...Selain itu Conqueror's Haki juga memberikan kekebalan terhadap setiap serangan mental dan kondisi abnormal....
...---------------...
Nampaknya sang dewi mendengar ucapanku, beliau memberiku sebuah skill unik baru yang sangat berguna untukku, terlebih untuk momen yang terjadi saat ini.
Melihat kondisi Max aku menjadi semakin kesal dan geram dengan apa yang Marshall lakukan, aku langsung memecahkan aura intimidasinya dengan Conqueror's Haki milikku. Itu membuatnya sedikit terpental mundur dan mengeluarkan darah dari mulutnya.
Sontak hal itu membuat semua orang terkejut dan bangkit dari tempat duduknya.
"Uhuk uhuk, kau.." ucap Darius
"Apa yang terjadi" ucap Luther
"Aura intimidasi Darius berbalik ke dirinya sendiri? Bagaimana mungkin?" ucap Marcus dengan wajah terkejut
Leonore menatapku, sepertinya dia sedang melihat statusku dengan Apraisal miliknya. Dia bahkan lebih terkejut dan wajahnya sedikit pucat sebelum dia berkata..
"S-sang Dewi.. Sang Dewi sedang memperhatikan kita" ucap Leonore
Tentu saja hal itu membuat semua orang terkejut dengan apa yang diucapkan Leonore. Mereka mempertanyakan apa maksud ucapannya..
"Guru, apa maksudmu Sang Dewi sedang memperhatikan kita" tanya Luther
"Dia.. Tidak, pemuda ini, skill uniknya bertambah.." ucap Leonore dengan nada bergetar
"APAAA??!!" Ucap ketiga orang itu bersamaan..
Aku hanya diam dan terus menatap Darius dengan tatapan tajam. Sementara semua orang menatapku dengan perasaan heran dan takjub.
Selama ini belum pernah ada laporan tentang skill unik seseorang yang tiba2 bertambah, tidak dalam naskah kuno ataupun dari laporan2 yang ada. Tidak pernah ada kejadian seperti ini sebelumnya, bahkan Leonore yang telah hidup selama seribu tahun dan berjuang bersama sang pahlawan tidak pernah mendengar tentang hal seperti ini terjadi.
Semua orang terdiam dan menjadi hening, aku baru saja melakukan hal besar yang mungkin akan membahayakan banyak orang di sekitarku. Sejujurnya aku merasa aku terlalu gegabah karena menghancurkan aura intimidasi sang Marshall begitu saja karena amarahku, namun aku tidak dapat menyesalinya, semua yang sudah terjadi, maka tidak dapat di tarik kembali.
Dengan sopan aku pun berkata..
"Aku minta maaf atas sikap kurang ajarku yang merusak pertemuan kita, jadi kurasa pertemuan ini cukup sampai disini" kataku
Luther, Leonore, dan Marcus hanya terdiam. Namun kelihatannya sang Marshall cukup kesal dengan tindakan dan ucapanku. Dia berkata..
"Bagus kalau kau mengerti sikapmu yang kurang ajar dihadapan Yang Mulia Raja, tapi jangan harap kau dapat pergi dari tempat ini begitu saja dengan mudah nak" ucap Darius mengancam
Dengan tenang aku berkata..
"Sejujurnya pertama aku masuk keruangan ini saja aku sudah merasa kecewa pada Duke Anderson, anda mengatakan kalau hanya sang Raja lah yang akan mengetahui tentang ku, tapi ternyata ada orang lain yang mengetahuinya, itu tidak sesuai dengan ucapanmu" kataku
"Itu.." ucap Marcus dengan nada bergetar
"Dalam kamusku, ucapan seorang pria adalah mutlak, dan harus dapat di pertanggung jawabkan. Karena jika ucapannya saja tidak bisa di percaya, bagaimana mungkin kita bisa percaya padanya tindakannya" kataku dengan nada dingin
Marcus merasa seperti di hantam batu besar mendengar ucapan pemuda di hadapannya, dia tidak menyangka ada logika semacam itu yang justru terdengar sangat masuk akal baginya.
"Terlebih, hanya karena sebuah permintaan kecilku, seseorang dengan gelar Marshall dari Kerajaan terhebat di dunia ini menekan rakyat jelata dengan intimidasinya yang diluar nalar orang normal. Apa kau masih merasa layak untuk berada di posisimu itu, Tuan?" ucapku dengan sedikit nada menyindir.
Tak berbeda denga Marcus, Darius juga merasa terpukul oleh ucapan pemuda di hadapannya, dia tidak menyadari hal seperti itu dapat memberi stigma negatif dengan posisinya sebagai seorang Marshall Kerajaan.
"Dan untuk Yang Mulia Raja, aku memohon maaf yang sebesar2nya atas perbuatanku yang tidak menyenangkan, tetapi. Sebagai seorang Raja yang notabene nya adalah pemimpin tertinggi di sebuah negara atau kerajaan, anda membiarkan penyalahgunaan kuasa yang terjadi tepat di depan mata anda. Kurasa itu bukanlah sikap terhormat sebagai mana seorang Raja seharunya bersikap" kataku dengan penuh hormat.
Hal ini benar2 menjadi pukulan telak bagi semua orang, hanya dengan ucapan sederhananya. Seorang pemuda yang belum berusia 20 tahun telah mengalahkan 3 orang pilar kerajaan terbesar dan terkuat di dunia saat ini. Ketiga nya hanya bisa terdiam dan merenungi ucapan pemuda yang ada di hadapan mereka.
"Untuk anda Grandmaster, aku berterima kasih pada mu karena telah mendampingiku disini. Namun aku sangat menyesal karena telah mencoreng nama baik mu dengan sikapku yang tidak menyenangkan disini. Tapi aku tidak bisa tinggal diam ketika melihat rekan yang sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri berjuang sekuat tenaga hanya untuk tetap sadar dan berdiri karena keegoisan seseorang yang mengeluarkan aura intimidasinya tanpa memperdulikan orang lain." kataku
Leonore menyadari meskipun sikap pemuda di depannya ini berlebihan, tapi apa yang dikatakannya tidak sepenuhnya salah. Disisi lain Leonore justru merasa kalau dirinya belum mendidik ketiga muridnya dengan baik setelah mendengar apa yang Ryo katakan pada mereka..
"Tidak, aku juga bersalah karena tidak menghentikan Darius. Jadi akulah yang bersalah padamu disini." ucap Leonore padaku
Aku tersenyum padanya seraya berkata..
"Tidak perlu berbicara siapa yang benar dan siapa yang salah, itu hanya akan memunculkan perdebatan dan permasalahan yang baru. Intinya, aku kecewa dengan sikap semua orang disini. Permintaan kecil dari orang kecil sepertiku(rakyat jelata) sampai harus di perlakukan seperti ini oleh petinggi kerajaan, tidakkah kalian terlalu angkuh?" kataku seraya bergeser dari tempatku
"Diatas langit masih ada langit, mungkin itu ungkapan yang tepat untuk kondisi saat ini. Mungkin sang Marshal merasa dirinya hebat dan kuat, tapi dia sepertinya lupa kalau ada entitas yang jauh lebih kuat dan hebat melebihi apapun di dunia ini(Dewi Rhea)" kataku
"Kalau begitu, aku sekali lagi aku mohon maaf sekaligus pamit undur diri" kataku seraya membungkuk memberi hormat.
Namun nampaknya Darius menutupi rasa malu karena di pukul oleh kenyataan setelah mendengar ucapan pemuda di hadapannya dengan rasa kesal dan justru malah mengancamnya yang malah semakin memperkeruh suasana.
"Jangan kau fikir kau bisa pergi dari sini begitu saja setelah sikap kurang ajarmu di hadapan Yang Mulia" ucap Darius
Lalu tiba2 sepuluh orang Ksatria pengawal kerajaan memasuki ruangan, entah cara apa yang dia gunakan untuk memerintahkan para ksatria untuk masuk sedangkan ruangan ini telah di beri sihir kedap suara oleh Grandmaster Leonore.
"Hentikan itu Darius" ucap Luther
"Yang Mulia, tindakan seperti ini jika di biarkan akan memberi kesan yang buruk untuk kerajaan kita" ucap Darius
"Darius hentikan itu, jika kau masih menganggap aku Gurumu segera hentikan ini dan perintahkan bawahanmu untuk pergi" ucap Leonore dengan tegas
Aku baru menyadari ketiga orang ini sedari tadi menyebut Grandmaster dengan Guru. Sepertinya Leonore adalah orang yang membuat mereka jadi sekuat ini dari balik layar. Sekarang semuanya masuk akal. Namun sudah terlambat untuk memperbaikinya.
Kaca yang sudah pecah tidak mungkin bisa kembali seperti semula.
Lalu tiba2 terasa getaran yang tidak begitu kuat di ruangan itu, semua orang di ruangan itu saling bertukar pandang. Lalu salah satu ksatria menjatuhkan pedangnya dan berkata..
"Ikaruga.. Ikaruga Sang Badai.. Dia disini" ucap ksatria itu
Semua orang langsung menatap keluar jendela besar di ruangan itu. Benar saja, di luar ruangan istana muncul Hewan Suci yang di anggap sebagai entitas yang kekuatannya hampir setara dengan Dewa muncul di hadapan mereka.
"Ba-bagaimana mungkin? Ikaruga Sang Badai, bagaimana mungkin dia kesini, hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya" ucap Marcus
.hadehh