Lidya dinda adalah seorang wanita yang mandiri, sedari kecil dia sudah banyak merasakan kepahitan hidup. Di usia yg baru menginjak remaja, dia mulai merasakan beban berat dalam hidupnya, dimulai dari bapak dan ibunya yang meninggal dunia karena kecelakaan, kemudian dia yang harus menghidupi kedua adiknya, kini dia tak melanjutkan lagi sekolahnya, dia pun harus membanting tulang untuk meneruskan hidupnya dan kedua adiknya, dia mencari nafkah untuk bisa menyekolahkan adik - adiknya. Bagaimana kisah hidup Lidya selanjutnya? di baca terus update bab terbarunya ya guys. Selamat membaca, tolong kasih like dan beri saran maupun kritik yang membangun ya, saya akan menerima semuanya dengan senang hati. Semoga sehat selalu, terima kasih🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Irfansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27.
"Iya pak, sekali lagi terima kasih atas bantuannya." Ucap Lutfi.
"Jadi, hari ini kakak mu hanya di rumah aja kan? Kalau iya, aku akan ke rumah kalian sekarang." Tanya Alex.
"Iya pak, hanya di rumah aja nih, silakan datang." Sahut Lutfi.
"Oke Lutfi, sebentar lagi aku otw ke sana." Ucap Alex dan setelah itu mereka pun memutus panggilan telepon tersebut.
Beberapa menit kemudian, benar saja Alex datang ke rumah Lidya.
"Assalamu'alaikum..." Sapa Alex.
"Wa'alaikumsalam." Sahut Laras yang kemudian membukakan pintu rumah, sedangkan Lidya masih asyik bergelut di dapur.
"Eeh...ada Pak Alex, masuk pak." Ucap Laras sembari mengembangkan senyumnya.
"Hai Laras, apa kabar?" Tanya Alex ramah.
"Alhamdulillah baik dan sehat pak." Sahut Laras.
"Akmal dimana? Apa sedang tidur?" Tanya Alex.
"Iya pak, baru saja saya menidurkan Akmal." Sahut Laras dan Alex pun menganggukkan kepalanya.
"Ehm...kakakmu dimana?" Tanya Alex.
"Laras...siapa yang datang?" Tiba - tiba suara Lidya terdengar dari dapur.
Alex memberi kode kepada Laras dengan meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya, dan Laras mengerti dengan maksud Alex.
Alex pun berdiri dari tempat duduknya dan melangkah menuju dapur.
"Hai Lidya...ada yang perlu aku bantu?" Tanya Alex dan tentu saja mengagetkan Lidya.
"Eeh...Pak Alex, apa yang anda lakukan disini?" Tanya Lidya.
"Aku ingin membantumu, selama ini aku belum pernah ke dapur, aku juga ingin merasakan seperti apa rasanya berada di dapur." Tutur Alex sembari membuka jas nya.
"Tapi nanti kotor lho pak." Sahut Lidya.
"Nggak apa - apa dong, mau bersih atau mau kotor, aku tetap ingin merasakan suasana di dapur, hehe..." Ucap Alex yang terlihat sangat ramah, berbeda dengan dirinya sebelumnya.
"Ya udah, terserah bapak." Sahut Lidya yang terkesan sedikit jutek.
"Ehm...aku ngerjain apa nih?" Tanya Alex.
"Itu aja...bawangnya di iris tipis - tipis, soalnya mau buat bawang goreng." Titah Lidya.
Alex pun mulai mengiris bawang, tapi karena dia belum pernah sama sekali melakukannya, jadi lah si bawang merah, malah di belah jadi empat bagian. Lidya pun melihat itu dan kemudian menertawakannya.
"Hahahaha...Pak Alex, anda salah, bukan seperti itu caranya." Ujar Lidya dan kemudian mengambil pisau dan bawang untuk mencontohkannya kepada Alex.
"Begini caranya pak, di iris tipis - tipis nya seperti ini, dan hati - hati dengan jari anda ya." Ujar Lidya.
Alex pun mulai mengiris pelan - pelan bawang merah itu, dan saat dia mengiris bawang itu sembari menatap Lidya, tiba - tiba dia mengaduh.
"Aduh..." Alex memegangi jarinya yang terluka.
"Aduh pak...hati - hati dong." Ucap Lidya yang memegang jari Alex.
"Bentar ya pak, saya ambilin obat merah dulu." Ujar Lidya.
Alex merasa tersentuh dengan perlakuan sederhana yang diperlihatkan oleh Lidya.
Lidya pun langsung mengobati Alex.
"Pak...lain kali hati - hati ya, mending anda duduk aja deh, nggak perlu bantu saya." Ujar Lidya.
"Ini nggak apa - apa kok Lidya, bukan masalah besar, aku tetap ingin membantumu." Ujar Alex.
"Ya udah, kalau mau bantu, mending jangan yang pake pisau lagi deh, anda kerjain ini aja." Ucap Lidya sembari memberikan tepung dan mencampurkannya dengan air, karena dia akan membuat cemilan untuk mereka makan.
"Ini di aduk - aduk aja sampai tercampur semua pak." Ujar Lidya
"Oke, kalau ini sih gampang." Sahut Alex dan mulai lah dia mengaduk - aduknya.
Alex mulai menjahili Lidya dengan mengusapkan tepung ke pipi Lidya.
"Iih...apaan sih pak? jahil ya anda." Ucap Lidya yang kemudian membalas Alex dengan mengusapkan tepung juga di wajahnya.
Saat wajah mereka berdekatan, mereka pun saling bertatapan, tiba - tiba Alex lebih mendekatkan wajahnya lagi dan saat dia ingin mencium bibir Lidya, Lidya langsung mundur dan kembali dengan kegiatan masak bumbunya.
"Ehm...ma-maaf Lidya, aku khilaf." Ujar Alex dan Lidya hanya mengangguk pelan.
"Setelah ini diapakan lagi?" Tanya Alex setelah adonan tepung tadi sudah tercampur rata.
Lidya pun menuangkan beberapa sendok susu dan gula, kemudian di beri pewarna hijau dengan wangi pandan.
"Lidya, aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu, bagaimana kalau Laras dan Lutfi lebih konsen kepada pendidikannya, jadi mungkin mereka hanya sesekali saja membantumu, nanti akan aku carikan dua karyawan untuk membantumu sehingga kamu tidak terlalu repot untuk menjaga warung dan berjualan di warung dan biar aku yang membayar gaji kedua karyawanmu itu. Bagaimana, Apa kamu setuju?" Tanya Alex.
"Aduh Pak...terima kasih anda punya niat baik seperti itu, tapi saya rasa nggak perlu pak karena saya juga masih bisa membiayai adik-adik saya walaupun mereka nggak ikut membantu saya, mereka membantu saya itu hanya karena mereka punya hati yang baik, mereka memang anak-anak yang baik sehingga mereka tahu keadaan kami, kondisi kami, kondisi kakaknya, makanya mereka dengan ikhlas membantu saya pak" Sahut Lidya.
"Tolonglah terima tawaranku ini Lidya, anggap saja ini adalah sebuah pengakuan kesalahan dan hukuman buat aku karena telah berbuat yang jahat kepadamu di waktu itu." Ujar Alex.
Setelah beberapa saat memikirkan tawaran Alex,Lidyai pun menyetujui tawaran Alex tapi dengan syarat.
"Oke, aku setuju, tapi dengan syarat, biar lah aku yang membayar gaji karyawanku." Ucap Lidya.
"Lidya...aku saja yang membayar mereka, kan aku sudah bilang, anggap aja aku mau menebus semua kesalahanku padamu, plis..." Sahut Alex dengan wajah memelas.
"Hem...ya udah terserah anda saja" Ucap Lidya.
*******
"Sayang...aku berangkat kerja dulu ya, banyakin istirahat, hai anak papa yang ada di dalam rahim mama...sehat - sehat ya nak, papa mau kerja dulu cari uang biar bisa beliin anak kesayangan papa nanti mobil sport terbaru, hehe..." Ucap Arthur.
"Kan anak kita cewek sayang...masa' mobil sport sih?" Ucap Susan.
"Ya nggak apa - apa dong, cowok cewek kan bisa pake mobil sport.". Ucap Arthur.
"Ya...paling nggak yang feminim dikit lah sayang...jangan yang mobil sport juga kali." Ujar Susan.
"Oke...oke...nanti kita beliin mobil hello Kitty aja ya, hahahha..." Ujar Arthur yang langsung mencium kening dan bibir Susan, kemudian mencium perutnya dan segera berlalu dari hadapan Susam sambil tertawa.
Dia meninggalkan Susan dengan kemanyunan nya.
Setelah beberapa saat, Arthur pun sampai di kantor bersamaan dengan Adrian.
Arthur dan papanya berjalan beriringan, sementara Arthur berjalan masih menggunakan sebuah tongkat untuk menopang tubuhnya.
Adrian pun menunjukkan ruangan Arthur.
"Nah...ini ruanganmu, ruangan papa ada di sebelah, biar jika kamu membutuhkan papa ruangan kita nggak berjauhan, biar lebih mudah ya." Tutur Adrian.
"Kamu bisa mulai dengan mempelajari ini, ini struktur perusahaan kita, visi dan misi, laporan keuangan maupun laporan tentang pemasaran nya, pokoknya kamu pelajari aja dulu semuanya, dan semuanya ada disini,.ini laporan terbaru tahun lalu." Ujar Adrian sembari memberikan beberapa folder besar untuk dipelajari oleh Arthur.
"Siap pa, aku akan mempelajari semuanya." Ucap Arthur.
"Bagus, semangat ya nak." Ujar Adrian memberikan semangat kepada Arthur.