Allea Hizka Zirah. Wanita polos nan lugu, telah bersepakat dengan pacar nya akan melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius lagi. Segala sesuatu yang di butuhkan untuk melangsungkan acara sudah beres, hanya tinggal menunggu hari dan tanggal yang di tentukan.
Namun tak di sangka, mempelai pria tidak menghadiri acara pernikahan yang akan di langsungkan. Sontak hal itu mengundang riuh di acara yang di gelar dengan besar-besaran. Begitu juga dengan keluarga wanita yang menanggung malu.
Apa yang menjadi penyebab mempelai pria tidak hadir? Apakah adanya selisih paham? Apakah setelah kejadian yang menimpah Allea akan menimbulkan trauma yang mendalam? Atau malah sebaliknya?
Mari kita ikuti keseruan cerita ini yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keycapp, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MUNCUL NYA DIA.
Tanpa Allea sadari, air mata nya menetes begitu saja. Hal itu tak lepas dari pandangan Ruby, ia malah merasa aneh dengan reaksi kakak nya.
" Kakak kenapa?" Tanya Ruby.
Tak mendapat dari ucapan nya, Ruby segera menyentuh bahu kakak nya. Menggoyangkan bahu Allea dengan pelan, guna membuyarkan lamunan kakak nya.
" Kak!" Ruby sedikit meninggikan suaranya satu oktaf, supaya Allea bisa mendengar nya.
" H-hah? Kenapa?" Tanya Allea dengan linglung.
" Kakak kenapa? Kok nangis?"
" Nangis? Oh E-engga ko!" Elak Allea dengan sedikit tertawa, dan segara menghapus air mata nya. Namun bukan nya berhenti dan kering, air matanya malah semakin deras.
Ruby semakin heran dengan reaksi Allea.
" Kita harus menghukum laki-laki itu, setimpal dengan perbuatannya. Sampai kapan pun, dan sejauh mana pun kakak akan mencari nya. Hingga ke ujung dunia sekalipun," ucap Allea tiba-tiba, dengan melayangkan tatapan penuh dendam yang amat teramat dalam dan sangat membekas di hati nya.
"Hah?" Ruby hanya bisa ngang ngong, karna belum bisa mencerna semua nya.
Tanpa menanggapi ucapan Ruby, Allea segera meraih benda pipih yang ber merek-kan apel yang di gigit sebelah. Jari lentik nya, menari-nari lincah di atas sana. Tak lama dari itu, Allea segera menempelkan benda pipih itu di bagian dauh telinga nya.
" Halo Dad. Dalang di balik semua ini adalah Deniro, ternyata dia melakukan hal yang fatal kepada Ruby. Ternyata dia laki-laki lebih dari kata jahat, jangan salah kan aku jika aku berbuat lebih jahat dari nya dad. Aku akan mencari nya, dan segera membalaskan dendam ku. Dad tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja." Ucap Allea hanya dengan satu tarikan nafas, setelah sambungan telfon nya di angkat oleh orang yang di tuju nya.
" Jangan emosi dalam bertindak, itu akan merugikan mu sayang. Bertindak lah dengan kepala dingin, Daddy bisa membantu mu. Jangan rugi kan diri mu," cegah Daddy Tito. Ia tidak mau jika putri nya mengambil resiko sendiri, karna sudah ia ketahui bagaimana Jika putri nya itu tersulut emosi. Bisa merugikan diri nya sendiri.
" Setelah aku membalas nya, tidak ada kata rugi bagi ku. Lebih rugi rasanya, jika lengah sedikit pun untuk dia bisa kabur. Oh tidak aku tidak terima," lagi-lagi Allea menekankan setiap ucapan nya, ingin menelan hidup-hidup orang yang sangat ia benci selama ini.
Tanpa menunggu jawaban dari Daddy nya, Allea segera memutuskan sambungan panggilan itu. Dan lagi-lagi menghubungi Ju, sang asisten setia nya.
" Ada apa Lea?" Tanya Ju dari seberang, setelah ia mendapat panggilan dari sang bos plus besti nya.
" Malam ini juga kamu berangkat ke sini, ada yang harus di urus. Jangan lupa persiapkan anak buah mu yang berkualitas, hanya beberapa saja." Perintah Allea to the point.
" Baik Le." Jawab Ju langsung, walaupun otak nya masih berputar. Hal apa yang membuat atasan nya bisa semarah ini, ia tahu betul kalau atasan nya marah besar. Hanya lewat suara saja, ia bisa mengetahui nya.
Sambungan telfon terputus, Allea terdiam sejenak. Dalam benak nya, sedang menyusun strategi dan permainan yang bagus untuk menjalankan rencananya dengan sempurna. Kali ini, perbuatan Deniro, tak bisa lagi di tolerir. Yang bisa di lakukan adalah, membalas nya.
" Kakak kok bisa tahu nama nya?" Tanya Ruby, setelah mendengar ucapan antara kakak nya dan papah nya.
" Itu bukan pertanyaan yang bagus, untuk saat ini!" Bentak Allea yang mendengar suara Ruby, mampu menghilangkan semua yang ada di pikirnya.
Sebab tak berani lagi, dan hati nya tersentil mendengar nada bentakan dari kakak nya. Ruby hanya bisa diam saja, tak berani lagi walau hanya sekedar menatap kakak nya itu.
" Istirahat saja yang cukup. Nanti kakak ceritakan semua nya, jaga kesehatan mu. Jangan pikirkan hal-hal yang mengganggu pikiran mu," kini Allea sadar akan nada bentakan yang ia berikan kepada Ruby, suaranya sudah mulai melemah. Lebih baik ia menjauh saja dulu, hingga emosi nya mereda. Supaya tidak Ruby yang menjadi sasaran emosi nya nanti nya.
Se pergi nya Allea dari kamar Ruby, Ruby memilih istirahat saja. Sementara Allea mengotak-atik handphone nya, entah apa yang ia kerjakan di sana. Hanya dia lah yang tahu, tentang apa yang sedang ia kerjakan.
Tanpa ia sadari, ia telah melupakan Dareen sang anak kesayangan nya. Mungkin si empunya, sudah berpikir se melayang mungkin.
" Bu. Ada yang cariin ibu," ucap bibi J yang membuyarkan aktivitas Allea.
" Suruh masuk." Jawab Allea, tanpa mengalihkan arah pandang nya, dari benda pipih tersebut.
" Baik bu."
Dan benar saja. Sesuai dugaan nya, bahwa yang datang adalah Ju sang asisten pribadi nya.
" Bagus. Kamu datang dengan cepat," ucap Allea sembari mengambil langkah keluar.
" Persiapkan diri mu, kita akan menyerang orang. Orang yang ku incar selama ini, telah menampakkan diri. Aku tak akan memberikan ampun!" Allea berucap dengan penuh seringai, sembari mengambil langkah keluar.
" Baik Lea. Kuasai emosi," Ju mengingatkan Allea, supaya tidak kelepasan. Ia tahu betul dengan atasan nya, yang memiliki tingkat bahaya yang tinggi.
" Saya udah panas Ju, tidak ada saat nya untuk bersantai!" Bukan nya mengiyakan, malah menentang ucapan Ju.
Sedikit banyak Ju tahu tentang orang yang di maksud Allea, yang pasti nya itu adalah Deniro. Allea menceritakan tentang pria itu dengan singkat, tanpa memberitahukan hubungan mereka seperti apa dulu. Hanya kejahatan nya saja yang Allea beritahukan, walaupun kurang masuk akal. Ju hanya menjalankan, dan mendengarkan perintah. Selagi tidak berita yang tak benar.
Tak berani bicara apa, Ju hanya bisa mengikuti Allea. Kini mereka berdua sudah masuk ke dalam mobil, duduk dengan berdampingan. Beserta beberapa mobil, yang juga mengikuti mereka dari belakang. Yakni, itu adalah anak buah yang Allea perintahkan kepada Ju.
" Aku sudah melacak nya Ju. Ternyata selama ini, ia tidak jauh dari sekitar kita. Ternyata dia bekerja di perusahaan tua Aliagra, rekan bisnis kita selama ini." Beritahu Allea.
Ternyata sedari tadi ia sibuk mengotak-atik handphone nya, hanya untuk membobol semua identitas Deniro. Serta alamat yang ia tinggali sekarang, bahkan yang sempat membuat Allea syok adalah melihat kartu tanda penduduk Deniro sudah menikah. Serta di biodata nya, memiliki anak satu.
Selama ini juga, Allea sudah memperdalam kemampuan nya. Terutama bela diri, dan bagian hacker. Ia sudah menjadi pembobol yang handal, walaupun masih ada yang lebih handal dari nya.
" Bagus. Kita hanya akan membalas kan saja, tenang saja Allea aku akan tetap membantu mu. Selagi dia tidak berbuat adil," bela Ju.
" Bagus. Aku suka dengan sifat mu, tak pernah mengecewakan ku Ju." Allea sedikit mendambakan Ju, atas segala cara kerja nya.
" Ya memang harus begitu lah, ibu Allea yang terhormat." Balas Ju dengan mengguyur rambut nya, tanda merasa bangga di dambakan oleh atasan nya.
" Telinga nya di turunin 1 meter Ju, ketinggian itu." Tegur Allea dengan bercanda.