Terpaksa Bertukar Suami

"Ira, apa kamu sudah ada nama untuk anakmu?" tanya Rendra sembari memperhatikan wajah anak Nathali yang begitu menggemaskan. bahkan bayi itu sudah berhasil membuat Rendra jatuh cinta pada pandangan pertama. ingin rasanya Rendra segera menikah dan memiliki anak laki-laki seperti anak Nathali.

Nathali masih diam tak langsung menjawab pertanyaan Rendra.

"Bintang, iya, namanya Bintang." balasnya setelah cukup lama terdiam. Entah kenapa tiba-tiba saja nama itu yang melintas pada pikirannya.

"Bintang, bagus juga." Rendra kembali menatap wajah bocah kecil yang ada dalam gendongannya, wajah yang sejak tadi begitu damai dan menenangkan.

"Hai Bintangnya uncle, kamu harus janji sama uncle ya, kamu harus bisa jagain mama. Kalau kamu sudah dewasa nanti, gantikan peran papamu untuk melindungi mama ya" tukas Rendra lalu mencium pipi kanan Bintang.

Dtttt....Dttttt

Suara dering ponsel mengalihkan perhatian Rendra dari Bintang. pria itu memberikan Bintang pada bu Salma lalu merogoh ponselnya dari saku celananya. Keningnya sedikit mengerut ketika melihat nama yang tertera di sana.

"Tumben telfon aku" gumamnya sebelum menjawab panggilan yang ternyata dari omnya sendiri, adik sang papa yang sudah sangat lama tidak saling memberikan kabar.

"Halo, om. ada apa? tumben telfon Rendra"

"Ren, bagaimana kabarmu?"

"Alhamdulillah baik, om. ada apa tumben om telfon Rendra?"

"Om butuh bantuanmu, Ren. tapi kamu jangan bilang-bilang sama papamu ya, tau sendiri kan hubungan kami tidak baik"

"Iya, om. Rendra mengerti, memangnya om butuh bantuan apa?"

Orang di ujung telpon pun menceritakan semuanya pada Rendra. "baiklah, Rendra akan bantu sebisa Rendra. om tenang saja, nanti Rendra juga akan meminta bantuan sama teman-teman Rendra yang lain"

"Terimakasih, Ren. om tutup dulu telponnya"

Setelah sambungan telponnya terputus, Rendra kembali ke ruangan Nathali lalu pria itu pamit pulang setelahnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Bagaimana? apa ponsel ini masih bisa menyala?" Tanya Jonathan pada tukang servis hp. setelah mencoba menghidupkan ponsel itu, ternyata ponsel milik bunda Nathali mati total. Mungkin akibat terlalu lama dibiarkan. Jonathan memutuskan untuk membawa ponsel tersebut ke counter.

"Bisa, pak. tapi saya mesti bongkar dulu ponsel ini, kalau bapak mau anda bisa kembali lagi besok sore. nanti biar saya kerjakan lebih dulu ponsel ini" kata tukang servis itu.

"Baiklah, tapi apa isi yang ada di ponselnya bakal masih ada sekalipun dilakukan pembongkaran mesin?"

"Insyallah, saya tidak menjamin, tapi insyaallah ada. Karna nanti saya hanya akan melakukan perbaikan, bukan diganti" terang orang itu. .

"Baiklah, besok sore saya kembali lagi" Jonathan langsung meninggalkan counter dengan penuh harapan. dia berharap banyak dari ponsel mendiang istrinya.

"Bunda...bunda doain ayah, semoga semuanya sesuai dengan harapan" ujarnya kemudian melakukan mobil itu menuju rumah yang sudah beberapa hari ini Jonathan tinggalkan.

"Jadi maksudnya, kamu pelaku tabrak lari pada Abian malam itu?" tanya mama Indri yang cukup terkejut setelah mendengar perkataan Jesika yang terus terang padanya.

"Iya, ma. Je....Jesi takut. menurut informasi yang Jesi dapat dari Dave, kejadian malam itu sudah membuat Abian lumpuh. bahkan saat ini Jesi tidak tau bagaimana keadaan Abian dan Nathali juga dimana Jesi nggak tau" kata Jesika dengan raut wajah yang tidak menentu.

Beberapa saat yang lalu, Dave mengabarinya tentang kejadian kecelakaan malam itu. Menurut penuturan Dave tadi, ada pihak lain yang mengetahui tentang kecelakaan itu, bahkan saat ini pihak kepolisian sedang mengusut kecelakaan malam itu.

"Memangnya ada yang melaporkan kejadian itu?" Tanya mama Indri

"Jesi tidak tau, ma. Apa yang harus Jesi lakukan, ma. mama juga sih, kenapa malam itu mama nggak kasih bantuan sama si Nana,"

"Loh kok malah nyalahin mama, mama nggak sudih memberikan bantuan sama anak itu, biarkan saja dia sensara. Itu yang mama harapkan" kata mama Indri yang menang begitu membenci Nathalie, entah apa salah Nathali pada wanita itu, sehingga dirinya begitu membenci Nathalie yang notabenya anak sambung sekaligus keponakannya sendiri.

"tapi kalau sudah begini aku dalam bahaya, ma. Jesika gak mau di penjara!"

"Itu urusan kamu, siapa suruh malam itu kamu gak ada kasih tau mama kalau kamu habis nabrak orang."

"Eh Jesi, jadi si Nathali benar-benar nggak ada di kota Bogor?" tanya mama Indri

"Mungkin, ma. Soalnya aku sempat dengar mas Riko ngomong sama orang di telfon, katanya Nathali tidak ditemukan di kota Bogor."

"Syukurlah, ada untungnya juga mama blokir nomornya dari kontak papa, jadi anak sialan itu gak akan bisa menghubungi papa" kata Indri seraya tersenyum.

Mendengar perkataan Indri membuat Jonathan mengepalkan kuat kedua tangannya. ya, tanpa sepengetahuan keduanya, Jonathan mendengar semua pembicaraan antara Jesika dengan Indri istrinya.

"Kurang ajar!" umpatnya

"Oh, jadi kamu sudah sengaja memblokir nomornya Nana?" kata Jonathan yang langsung menghampiri Indri.

Terkejut? tentu saja mama Indri terkejut dengan kedatangan Jonathan yang tiba-tiba. wajahnya seketika pucat setelah melihat Jonathan dengan raut wajah dingin datarnya.

"P...papa. kapan papa pulang?kok nggak bilang mana kalau papa mau pulang. kenapa mama nggak dengar suara mobil papa?" tanya Indri yang ingin mengalihkan pembicaraan.

"Tidak penting bilang sama kamu, ini rumah saya. Jadi kapan pun saya mau pulang itu urusan saya"

"Kamu itu keterlaluan Indri! apa salah Nana kenapa kamu begitu membencinya!?" Wajah Jonathan terlihat dingin datar tanpa ekspresi.

"Saya mau kamu temukan dimana keberadaan anak saya, atau kalau tidak, siap-siap angkat kaki dari rumah ini dan kamu akan saya ceraikan!"

Mendengar itu membuat Indri bangun dari duduknya"jaga bicara papa! Jangan hanya karna anak gak tau diri itu papa mau menceraikan mama. Ingat, pa. Nathali sudah pernah membuat nama baik papa hancur dan memberikan rasa kecewa yang begitu besar. Anak seperti itu yang papa bela?"

"Itu semua juga karna ulah kamu dan Jesika. saya sudah tau semua tentang kebenaran kejadian di hotel hari itu. Bahkan saya sudah bertemu dengan laki-laki bernama Dave yang ternyata kekasih Jesika sendiri" kata Jonathan.

"Setelah kebaikan Ema padamu, apa ini balasan yang kamu berikan untuk mendiang adikmu, Indri!"

"Jangan pernah membahas orang yang sudah meninggal, pa!. Apa yang sudah terjadi memang seharusnya terjadi, karna aku kehilangan ayahnya Jesika juga karna dirimu" tukas Indri yang kembali mengungkit masalalu.

"Percuma bicara sama orang yang sudah setengah waras sepertimu. Saya tidak mau tau, bagaimanapun caranya kamu cari dan bawa Nathali kembali kerumah ini!" Kata Jonathan kemudian beranjak pergi. Namun langkahnya terhenti ketika suara Indri kembali terdengar.

"Mama nggak mau!" balasnya"terserah. Kamu cari Nathali atau angkat kaki dari rumah ini"