Kisah cinta antara Kharisma dan Soni putus karena orang ketiga yang tak lain adalah kakak Kharisma sendiri yang membuat hubungan Kharis dan Soni putus.
Setelah putus dari Soni.
Raihan mendekati Kharis hanya untuk mendapatkan Karina yang tak lain kakak keponakan Kharis sendiri.
Kharis yang kecewa dan patah hati memilih pergi dari kehidupan semua orang, kesedihan Kharis tak hanya tentang percintaan tapi dia juga di diagnosa kanker otak. Tak ada yang tau tentang penyakit hanya dia dan dokter nya saja.
Kharis memilih pergi menjauh dari semua orang. Hingga dia di pertemuan bertemu kembali dengan sang mantan yang memang masih belum bisa melupakan cinta pertama nya.
Soni pergi karena kecewa saat tau orang yang dia cintai sudah mengkhianati nya dan lebih percaya dengan semua ucapan kakak Kharis dari pada ucapan Kharis.
Akan kah benih cinta itu tumbuh kembali. Atau mereka berdua bagaikan orang asing yang tak saling mengenal.
yuk baca kisah nya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anisah Cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 23
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, tinggalkan komen dan bantu kasih like dan Vote nya teman - teman.
✧༺♥༻✧ ✧༺♥༻✧
Saat pagi hari Kharis bersiap untuk pergi ke butik, karena saat siang hari nya dia akan pergi ke bank untuk menyelesaikan semua urusan nya dengan orang bank.
"Pagi bik! Sarapan apa kita pagi ini?" tanya Kharis.
"Bibi bikin roti bakar sama susu coklat untuk non." jawab Bik Susi.
"Wah kayak enak nie! Ayo bik temani Kharis sarapan." ajak Kharis dengan menarik kursi yang ada di sebelah nya.
Asisten rumah tangga yang sudah seperti ibu bagi Kharis ikut sarapan bersama majikan nya.
Sedang kan Soni dia bersiap dengan seragam nya dan akan pergi setelah dia menjemput Kharis. Soni melihat Raihan sudah siap untuk kekantor bersama dengan ayah nya.
Nirmala sang ibu yang melihat Soni akan pergi tanpa sarapan langsung mencegah putranya untuk pergi.
"Tunggu nak! Kenapa kamu begitu buru - buru apa sepagi ini kamu sangat sibuk hingga tak sempat untuk sarapan?" tanya Nirmala.
Soni menatap sang ayah dan abang nya Raihan yang sudah ada di meja makan.
"Soni gak bisa mah. Soni harus jemput Kharis." ucap Soni.
Raihan yang mendengar nama Kharis di sebut langsung berdiri dan menghampiri Soni adik nya.
"Kamu tau di mana Kharis? Katakan Son di mana Kharis?" tanya Raihan.
Soni tau jika Raihan dan Kharis pernah menjalin hubungan tapi Soni merasa heran dengan Raihan yang masih bertanya tentang Kharis di saat dia akan menikah dengan Karin beberapa minggu lagi.
"Untuk apa abang bertanya dia mana Kharis! Ingat bang jika kamu akan menikah dengan Karin." ucap Soni.
"Saya tau Son! Tapi keluarga nya mencari nya selama ini." ucap Raihan.
"Abang gak perlu tau di mana Kharis. Jika memang Kharis ingin bertemu dengan keluarganya dia akan datang sendiri." Jawab Soni yang mengabaikan tatapan tajam Raihan kearah dirinya.
Jamil yang mendengar keributan antara kedua putra nya hanya karena satu nama membuat nya kesal dan langsung menghampiri kedua nya.
"Apa yang kalian ribut kan! Kalian masih memperebutkan gadis hina itu dan kamu Raihan ingat sebentar lagi kamu akan menikah lupakan gadis yatim piatu yang tak punya harga diri itu." hina sang ayah terhadap Kharis.
Soni mengepal tangan nya saat ayah nya menghina gadis yang dia cintai.
"Maksud papa apa? Kharis gadis baik dan dia tak seburuk yang kalian pikirkan." ucap Soni.
Nirmala sang ibu yang mendengar putra kedua nya begitu membela Kharis langsung marah dan ingin sekali menampar sang putra.
"Kenapa kamu begitu membela Kharis, Soni! Apa yang dia berikan sama kamu? Apa kamu sudah menikmati tubuhnya sehingga kamu rela membela dia dan mengatakan dia gadis baik?" Tanya sang ibu.
"Mah! Soni masih waras dan Kharis tak pernah memberikan tu***h nya ke siapa pun. Kenapa kalian tega sekali menghina dia. Dia gadis yang akan menjadi istri saya mah." ucap Soni dengan tegas kearah semua orang yang ada di dekat nya.
PLAK!
Satu tamparan di dapat oleh Soni dari sang ibu karena sudah berani menaikkan nada suaranya di hadapan ke dua orang tua nya.
"Berani kamu meninggikan suara mu Son di hadapan kami semua demi seorang gadis hina melebihi seorang wa**a malam. Berani kamu bawa dia dan menjadikan dia menantu di rumah ini, papa pastikan dia tak akan melihat dunia ini lagi." ancam Jamil sang ayah.
Raihan yang mendengar ucapan Soni yang begitu membela Kharis terkejut dia tak menyangka jika mereka mencintai gadis yang sama dan tak akan pernah di terima di keluarga ini.
"Terserah kalian mau terima Kharis jadi menantu kalian atau tidak saya gak perduli ini hidup saya bukan kehidupan kalian saya yang menjalaninya." ucap Soni.
Setelah mengatakan itu semua Soni pergi melajukan motornya menuju kerumah Kharis dia ingin memperjuangkan Kharis untuk kali ini, ada restu atau tidak dari keluarga nya dia akan tetap menikahi Kharis nanti nya. Tak lama Soni sampai di halaman rumah Kharis dan menatap kearah pintu rumah yang masih tertutup.
Sedangkan Kharis saat dia membuka pintu dia melihat Soni turun dari motor dan membuka helm nya. Soni yang melihat Kharis sudah rapi tau jika Kharis akan pergi.
"Pagiii manta...!" Sapa Soni dengan senyum di wajah nya, dia tak perduli dengan ucapan kedua orang tuanya karena ini kehidupan nya.
"Kamu ngapain kesini? Gak kerja?" tanya Kharis dengan mengerutkan dahi.
"Kerja saya mau jemput calon istri saya dulu baru saya pergi kerja."
"Saya gak minta jemput Son! Saya bisa pergi sendiri." Jawab Kharis.
"Ayo lah Kha jangan nolak! Saya sudah menentang semua orang yang ada di rumah demi bisa bersama kamu. Saya sedang berusaha untuk meluluhkan hati kamu masa kamu gak mau menghargai usaha saya."
Kharis menarik nafas saat mendengar ucapan Soni. Dia terpaksa ikut dengan Soni demi menghargai usaha Soni yang ingin dekat dengan dirinya.
"Ya sudah ayo tapi jangan ngebut ya." pintar Kharis
Soni tersenyum senang saat melihat Kharis mau pergi bareng bersama dengan dirinya.
"Pegangan calon istriku." goda Soni.
"Jangan modus Son! Jangan memberi harapan sama saya. Karena saya takut jika saya sudah membuka hati untuk kamu kamu sama seperti yang lain hanya mempermainkan saya. Cukup bersikap biasa saja agar hati saya tidak luluh." pinta Kharis.
"Saya serius Kha kali ini. Kita bukan remaja lagi yang hanya modus dan main - main. Saya tau hubungan kita akan din tentang tapi saya akan tetap memilih kamu dan tetap akan memperjuangkan hubungan saya sama kamu. Sudah pegangan saya takut kamu jatuh saja." ucap Soni
Kharis menatap tak percaya dengan perubahan sikap Soni dan mendengar semua kata - kata Soni. Saat dia tak bertegur sapa Soni bersikap acuh dan dingin sekarang dia bersikap ramah dan perhatian.
"Son jangan terlalu berharap lebih sama saya! Saya takut kamu kecewa." ucap Kharis.
"Kamu tak tahu apa yang rasakan Son! Saya takut membuat kamu sedih saat kamu tau apa yang terjadi dengan saya." Batin Kharis.
Kharis hanya diam dengan pikiran nya sendiri yang sudah bersiap untuk naik keatas motor Soni.
Soni menatap kearah mata Kharis di situ terlihat jelas begitu banyak kesedihan yang tersimpan.
"Ada apa? Apa yang kamu rasakan Kha? Kenapa saya merasa kamu seolah menyimpan begitu banyak rahasia?" tanya Soni.
"Kamu mau ngobrol dan tetap di sini atau kita pergi. Jika kamu masih mau di sini saya naik taksi saja." ucap Kharis yang sengaja mengalihkan pertanyaan Soni agar Soni segera berangkat.
Soni menarik nafas saat tak mendapat jawaban dari Kharis tentang rasa penasaran nya. dia mulai melajukan motornya menuju ke butik milik Kharis.
******
Sedangkan di rumah keluarga Wijaya, Rika sang nenek memaksa ingin bertemu dengan Kharis di butik nya, Dia yakin jika Kharis ada di sana.
"Ayo Damar nenek ikut ya! nenek mau ke butik Kharis." ucap sang Nenek.
"Nek butik Kharis sudah tutup, tapi jika nenek gak percaya ayo Damar antar sekarang juga." ucap Damar.
Dengan senang hati Rika langsung mengajak cucu laki - laki nya segera pergi menuju ke butik Kharis bersama dengan istri cucu nya Damar, Puji. Karena seperti biasa Damar akan mengantar istrinya untuk bekerja di rumah sakit. Tak lama mobil Damar sampai dia melihat butik Kharis sudah rapi dan dia juga melihat Sintia yang baru turun dari mobil. yang di antar oleh seseorang.
"Makasih." Ucap Sintia dengan nada ketus.
"Hmm." hanya itu yang keluar dari bibir Faris karena Faris terpaksa menjemput Sintia, karena desakan sang ibu.
Faris tak tahu jika tempat kerja Sintia adalah milik Kharis gadis yang dia ingin temukan dan menyatakan perasaan nya.
Sintia saat Faris sudah pergi Sintia melihat kedatangan keluarga Karin dan menatap kearah mereka semua.
"Ayo nek turun." Ajak Damar yang melihat Sintia menatap kearah mereka.
Puji membukakan pintu mobil untuk sang nenek dan Damar membantu neneknya untuk turun.
Sintia yang baru datang melihat kedatangan kakak nya Karin dan istrinya bersama dengan seorang wanita tua. hanya bisa diam karena dia bingung.
"Sin! Apa kamu yang membuka butik ini?" tanya Damar.
Sintia bingung harus mengatakan apa. Karena dia tau Kharis belum siap untuk bertemu dengan keluarga dari sebelah ayah nya.
"Masuk lah dulu kak! Ini semua usaha Kharis dia yang membangun kembali butik nya." jawab Sintia setelah dia membuka toko.
"Apa Kharis datang kerumah kamu Sin?" tanya Puji.
"Iya! saya juga kaget saat tau kedatangan Kharis, ini baru beberapa hari dia pulang." ucap Sintia.
"Apa hari ini cucu ku akan datang?" tanya Rika.
"Harus nya Kharis datang tapi saya gak tau dia datang jam berapa." ucap Sintia.
"Kalau begitu nenek ingin menunggu Kharis datang Damar." ucap sang nenek.
Damar melihat jam tangan nya dan dia harus pergi kekantor karena pagi ini dia sangat sibuk.
"Kalau begitu Damar tinggal nenek di sini dulu. Nanti setelah nenek ketemu Kharis telpon Damar, Damar akan jemput nenek." ucap Damar.
Rika hanya mengangguk kan kepala mendengar ucapan cucu laki - laki nya, setelah kepergian Damar Rika duduk di dekat meja kasir dan melihat Sintia yang merapikan peralatan yang akan digunakan untuk membuat pakaian yang akan mereka jual nantinya.
Tapi tetep salah kalo ngajakin Kharis nikah lari, mending berjuang dapetin restu orang tua dulu Son