NovelToon NovelToon
Black Rose

Black Rose

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / CEO
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: chery red

Alexa, pewaris klan Black Dragon, hidup dalam bayang-bayang balas dendam. Ketika keluarganya dibantai, ia bersumpah untuk membalas dendam dan merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi miliknya. Dalam perjalanannya, ia bertemu Erick, seorang playboy yang perlahan mulai jatuh cinta padanya. Namun, cinta mereka terancam oleh ambisi dan dendam yang membara, Alexa harus memilih antara cinta, balas dendam, dan takdirnya sebagai pemimpin.
"Jauhi aku dan jangan pernah mengejar dan mengharapkan cintaku" Alexa Onyx Medici

"Aku telah jatuh cinta padamu sejak awal kita jumpa, jangan pernah pergi dari sisiku" Raj Erick Aditya Narayan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chery red, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Ancaman untuk Erick

" Ada apa ini ribut-ribut?" bentak Erick sambil melotot ke arah sekumpulan orang yang bergerombol di depan pintu ruangannya. Wajah Erick yang biasanya ramah dan enak dilihat kini berubah menjadi menyeramkan, dengan muka merah padam dan tanpa kesan ramah sedikit pun. Suara teriakan dan bentakan saling bersahutan, membuat suasana di dalam ruangan menjadi kacau. Kertas-kertas berserakan di lantai, Dewa yang baru kembali dari toilet pun bergegas menghampiri sekretaris Erick yang tampak kewalahan menghadapi segerombolan orang yang mengamuk memaksa ingin masuk ke ruangan CEO.

 " Pak Dewa, apa maksud dari surat ini ? Kami tidak bersalah dan tidak melakukan kesalahan apapun. Masa seenaknya saja main pecat !" ucap salah satu dari mereka. " Dan mengapa orang itu berada di ruangan CEO? Dia pasti yang menghasut CEO kita agar memecat kami semua. Hei kamu, jangan kira aku takut padamu. Aku ini orang terdekat CEO perusahaan ini. Jangan macam-macam kamu !" seru si Tonggos sebari mengacungkan kepalan tangannya ke arah Erick.

Sekretaris Erick memandang penuh kengerian ke arah Erick yang wajahnya bertambah kelam mendengar ucapan si Tonggos itu, sang sekretaris tidak dapat membayangkan konsekuensi apa yang akan di terima si Tonggos setelah dengan lantang dan berani berteriak ke bos besarnya.

"Dewa, bawa para cecunguk tak tau diri ini ke ruang meeting, kita akan membahas tuntas masalah ini." perintah Erick pada Dewa dengan suara menggelegar dan terdengar sampai ke seluruh lantai. "Ayo bapak-bapak yang terhormat, silakan masuk ke ruangan di sebelah seperti yang di pinta oleh Pak Erick." ucap Dewa mempersilakan mereka berjalan masuk ke ruangan meeting.

 Erick dengan muka merah padam ikut melangkah memasuki ruangan itu dan duduk di kursi tempat dimana dia biasa duduk memimpin meeting. "Eh bocah, ngapain kamu duduk di situ ? Sopan dikit kenapa ? Kamu harus diri, tempat duduk itu bukan tempat yang seharusnya kamu tempati. Pergi dan carilah tempat duduk yang sepantasnya untukmu. Atau pergilah ke pantry siapkan minum untuk kami semua." perintah arogan si Tonggos pada Erick.

Erick hanya menatap tajam ke arah si Tonggos sementara tangannya mengepal di bawah meja menahan ledakan emosinya, " Berani nya dia berkata seperti itu" ucap Erick geram dalam hatinya. "Dewa, panggilkan Sherly, suruh dia membuat minuman untuk para cecunguk tak tau diri dan terhormat ini.!" teriak Erick dari dalam ruangan meeting.

 " Aku menyuruhmu bocah sialan. Apakah kamu tak tau jika aku ini merupakan sahabat dari pemilik perusahaan tempat kamu bekerja sekarang ? Satu kata permintaan dariku maka sahabat ku itu pasti akan mengabulkannya." bentak si Tonggos semakin arogan. "Mari kita lihat siapa nanti yang akan keluar sebagai pencundang dan meninggalkan ruangan ini dengan malu !" tantang Erick.

"Sekarang aku tanya pada kalian semua..." belum pun selesai Erick berbicara, pintu ruangan di ketuk dari luar dan di buka. Tampak wajah Alexa yang merah padam kerepotan membawa setumpuk dokumen, masuk ke ruangan itu. "Maafkan saya menyela pembicaraan anda. Loh .. Anda ?" ucap Alexa meminta maaf pada Erick yang di akhiri dengan ucapan keheranan.

"Apa keperluan mu hingga masuk dan mengganggu jalannya pertemuan ini ? Apakah kamu tidak mengerti etika perusahaan?" bentak Erick pada Alexa. " Maafkan saya Pak, saya hanya menjalankan perintah dari Pak Hendra. Saya harus membawa setumpuk dokumen ini untuk di serahkan padanya ketika menghadiri pertemuan ini. Dan beliau memerintahkan saya agar datang tepat pukul sebelas siang. Sekarang sudah pukul sebelas siang tepat. Dan tidak kurang dari semenit pun." terang Alexa sambil merunduk ketakutan melihat wajah Erick yang merah padam menyeramkan.

"Memangnya Hendra ini siapa ? jabatan nya sepenting apa? Dan mengapa kalian semua baru datang tiga jam dari waktu yang aku tentukan ?" bentak Erick pada para jajaran petinggi anak perusahaan. " Hendra itu itu supervisor di anak perusahaan yang kemarin anda datangi, yang mengaku sebagai sahabat baikmu." bisik Dewa yang sudah berada di samping Erick. "Kami datang jam sebelas siang karena Hendra mengatakan jika Pak Raj selaku pemimpin di kantor pusat terlebih dahulu ingin berbincang dengannya dan mengharapkan kehadiran kami jam sebelas siang setelah perbincangan mereka selesai." ucap James dengan tenang.

James merasa yakin jika Pak Raj akan membela dia dan mempertahankannya di anak perusahaan. Dia mendapatkan jaminan dari Hendra si Tonggos yang berkata padanya jika Pak Raj itu pasti akan menuruti kemauan nya karena Raj berhutang budi padanya. "Dan kalian percaya jika dia bisa membantu mu lolos dari jeratan hukum dan akan tetap mempertahankan mu di anak perusahaan milik Raj Erick Aditya Narayana?" ucap Erick pelan tapi menusuk.

Dengan percaya diri Hendra si Tonggos mengangguk sambil menyeringai sombong. "Tentu saja, Raj itu sahabat baikku, dia berhutang budi kepadaku dan tentu saja akan mengabulkan segala permintaan yang aku ajukan." ucapnya sombong.

"Jika begitu, coba kau hubungi Raj. Dan suruh dia datang ke mari. Aku ingin lihat siapa yang berani menggunakan nama itu." tantang Erick sambil menatap tajam si Tonggos. Mengetuk-ngetukkan jari-jari tangan kanan nya di meja, Erick menatap penuh amarah kepada semua yang datang ke ruangan itu, tatapannya jatuh ke arah Alexa yang merunduk memainkan jarinya. Tampak gugup dan ketakutan melihat kemarahan Erick.

Kemarahan Erick perlahan sirna ketika melihat wajah pucat Alexa dan tingkah gugup Alexa. Suara cempreng Hendra si Tonggos yang sedang menelpon masuk ke telinga nya. " Eh Raj, aku ada di kantor pusat, sedang duduk bersama seorang lelaki yang berlagak seperti bos menyuruhku menelpon mu dan memintamu untuk datang ke ruang meeting di lantai tiga puluh. Coba kemari dan kamu tampar muka jeleknya itu. Aku tunggu !" ucap Hendra sambil memandang sinis ke arah Erick. Menutup percakapannya dengan Raj, Hendra tampak jumawa dan menatap remeh merendah Erick.

Tak lama berselang terdengar langkah kaki menuju ke ruangan meeting dan brak... Pintu di buka dengan kasar. Lalu muncullah seorang pria sedikit botak dengan kacamata bulat bertengger di keningnya. Dia mengenakan jas berwarna merah tua dengan dasi kuning yang bergantung di lehernya. Perut buncitnya tak dapat di sembunyikan dan tampak kancing kemeja hijau tua yang dikenakannya di balik jas merah tuanya itu mengetat hampir tak dapat dikancing kan. Aroma tubuhnya yang bercampur keringat menguar memenuhi ruangan.

  "Ada apa kamu menghubungi ku Hendra ? Aku sedang sibuk membahas kontrak kerjasama dengan pengusaha dari luar negeri. Katakan secepatnya ! Dan mengapa kamu mengajak orang-orang tak dikenal ini ke dalam ruangan ini ?" tanya pria berperut buncit itu dengan ngos-ngosan. Mata kecilnya yang tampak berair, menyipit memandang penuh penasaran ke arah orang-orang yang berkumpul di ruangan itu.

Dengan sinis dia memandang ke arah Erick yang duduk di kepala meja. " Mengapa manusia tak berguna ini ada di sini ? Siapa yang mengizinkan nya duduk di kursi yang biasa aku duduki ?" ucapnya lantang sambil menunjuk ke arah Erick. Beberapa orang di ruangan itu saling berpandangan, merasa curiga dengan kehadiran pria asing ini.

" Dewa, siapa dia ?" tanya Erick dengan lantang pada Dewa. "Sebentar..." ucap Dewa sambil mengerutkan keningnya mencoba mengingat-ingat. "Entah, aku tak mengenal dirinya, dia bukan dari jajaran petinggi kantor pusat ini. Eh sebentar.. Sebentar... Kalau tidak salah aku pernah melihat dia ada di departemen pemasaran." ucap Dewa sambil terus menatap tajam pada pria berperut buncit itu.

" Hah, kalian semua dengar kan ? Jika orang yang duduk di kepala meja itu bukan siapa-siapa. Dia bersandiwara. Lagipula CEO yang asli sudah datang. Kamu... Cepat menyingkir dari situ..!!!" seru Hendra sambil menunjuk Erick. "Pak Raj.. Tolong usir lelaki kurang ajar itu dari ruangan ini. Sudah cukup dia melakukan keonaran dan mengatakan hal-hal yang tidak masuk di akal dan kebohongan kepada kami." ucap Hendra sambil berdiri dan membungkuk ke arah pria berperut buncit itu.

Lelaki yang dimintai pertolongan oleh Hendra hanya mengangguk dan mengelap keringat di keningnya. Dengan santai dia berjalan ke arah Erick dan tersenyum tipis mencemoohkan. "Nak, untuk apa kamu bersandiwara mengaku-ngaku jika kamu bernama Raj Erick Aditya Narayan , CEO dari RG DEVELOPMENT ini ? Hahahaha susah memang jika aku tak pernah muncul di publik, jadi orang-orang tak mengenalku. Perkenalkan aku adalah Raj Erick Aditya Narayan CEO dari RG DEVELOPMENT. Kamu bisa memanggilku dengan sebutan Pak Raj" ucap pira yang mempunyai perut buncit ini.

 Erick hanya menyeringai penuh cemooh kepada pria yang mengaku sebagai dirinya. Sedangkan Dewa tersedak mendengar pernyataan pria berperut buncit ini.Alis Erick terangkat sebelah, matanya menyipit, dan bibirnya membentuk seringaian yang mengejek. Dewa melirik ke arah Erick yang terdiam tetapi menyeringai penuh cemoohan dengan muka datar dan pandangan mata mereka bertemu kemudian mereka berdua sama-sama menyeringai. Dewa kemudian mengambil handphone miliknya dan menghubungi sekretaris Erick di luar menyuruhnya masuk ke ruangan itu.

Terpogoh-pogoh, sekretaris itu memasuki ruangan rapat, wajahnya terlihat sedikit panik. Dengan tergesa-gesa ia menghampiri Erick yang duduk di kursi utama. Membungkuk hormat, ia menyapa Erick dengan penuh hormat. "Saya telah tiba, bos, ada yang perlu saya lakukan?" ucapnya, sedikit terengah-engah.

"Katakan padaku siapa lelaki dengan perut buncit itu !" pinta Erick. Dengan terbata-bata sekretaris Erick menjawab, "Lelaki itu hanyalah seorang pegawai biasa di bagian pemasaran Pak. Nama nya Ardiansyah." dan setelah menjawab pertanyaan yang Erick ajukan, sekretarisnya itu menarik nafas panjang dan mengatur nafasnya setelah dengan cepat dia berlari ke ruangan meeting itu.

Wajah-wajah terkejut menghiasi ruangan rapat itu. Terutama Hendra yang tak menyangka jika orang yang diandalkan ya ternyata hanyalah seorang pegawai biasa yang bahkan tidak memiliki jabatan apa-apa di perusahaan itu. "Sekarang kamu katakan dengan lantang siapa aku ini pada mereka, Mirna !" perintah Erick pada Mirna sekretarisnya.

"Bapak dan ibu yang terhormat, yang sekarang berada di samping saya ini adalah CEO sekaligus founder perusahaan RG DEVELOPMENT, Raj Erick Aditya Narayan. Sedangkan yang berada di belakang beliau adalah Dewa Arjuna Senopati Pamungkas, tangan kanan Pak Erick." seru Mirna yang disambut dengan seruan kaget dan pandangan terkejut dari mereka yang datang dan duduk di ruangan itu. Walaupun kemarin mereka sempat bertemu, tetapi mereka tak menyangka jika ternyata orang yang datang kemarin ke anak perusahaan tempat mereka bekerja itu adalah CEO mereka, mereka mengira jika Erick dan Dewa itu hanyalah wakil dari kantor pusat yang datang hanya untuk mengecek kinerja para pegawainya.

"Apa maksud mu itu perempuan sialan ? Kamu bilang aku adalah pegawai di departemen pemasaran? Hah.. Omong kosong apa ini ? Aku adalah Raj Erick Aditya Narayan, pemilik perusahaan ini. Dan kamu bocah setan, mengaku-ngaku sebagai diriku, apa kamu sudah bosan hidup hah ?" seru Ardiansyah dengan lantang sambil menunjuk wajah Erick yang sudah merah padam.

" Dewa, panggil pihak keamanan dan seret kemudian lemparkan dia ke luar. Hubungi manager HRD dan segera buat surat pemecatan tanpa pesangon untuk dia. Hitung gaji dia sampai hari ini dan kemudian bayarkan. Aku tak ingin ada hama di perusahaanku. Dan untuk kalian semua, aku telah berkata harus datang jam delapan pagi sekarang sudah lewat tiga jam dari waktu yang aku tentukan. Silakan kalian menghubungi manager HRD dan mengambil gaji kalian sampai hari ini. Dan untuk kamu nona Alexa harap tinggal di sini sebentar, ada beberapa hal yang perlu aku bicarakan denganmu." ucap Erick tegas.matanya menatap Alexa dengan tatapan yang sulit diartikan. Alexa menelan ludah, merasakan jantungnya berdebar kencang firasatnya mengatakan bahwa ini bukanlah hal yang baik.

" Aku tak terima pemecatan ini, akan aku ajukan pada pamanku dan juga akan kuseret kamu bocah ke pengadilan. Berani-beraninya kamu memecatku hah !!! Walau pun kamu CEO tetapi kamu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pamanku yang manager HRD. Jabatanmu kurang tinggi untuk bisa memecatku bangsaaaatt!!" seru Hendra dengan wajah merah padam dan semburan ludah dari mulutnya.

"Ini orang goblok dan bodohnya dipelihara sendiri. Mana ada jabatan manager di atas CEO, dia sebenarnya sekolah apa engga sih ?" pertanyaan serupa melintas di benak para jajaran petinggi anak perusahaan yang mendengar perkataan Hendra. Seringai Alexa tak bisa di sembunyikan lagi. Hampir saja dia menyemburkan tawanya mendengar ancaman Hendra pada Erick.

" Maaf pak Hendra yang terhormat, Anda berkata jika jabatan manager itu tak ada artinya di banding CEO ? Bapak ini dulu sekolah dan kuliah hanya sampai gerbang ya ? Masa hal seperti itu saja tak mengerti . Pak Hendra.. Pak Hendra.. Bodoh kok di piara.. Bagi-bagi dooooong" ucap Alexa memandang geli ke arah pria yang bergigi tonggos itu. Hendra melotot ke arah Alexa dan mengepalkan tangannya kemudian dia berdiri dan berpaling pada Erick, " Jangan panggil aku Hendra si tampan tak ada tandingannya dari Jampang jika tak berhasil membuat mu meringkuk di penjara. Akan ku buat kamu merasakan bagaimana rasanya meringkuk di dalam hotel prodeo." ucap Hendra sambil menggebrak meja, setelah itu dia merobek kertas pemanggilan dan salinannya kemudian melemparkannya ke arah Erick.

1
Diyah Pamungkas Sari
wkwkwk matamu 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!