Cahaya adalah gadis yatim piatu yang memiliki adik perempuan bernama Syila, mereka di rawat oleh pamannya setelah kedua orang tuanya meninggal. Cahaya berjanji kepada adiknya untuk terus bersamanya, bahkan jika ia dijodohkan pun akan berusaha melawan.
Suatu ketika pamannya sedang dililit hutang dan tidak mampu membayarnya, akhirnya Cahaya yang di jadikan tebusan hutang tersebut. Ia dijodohkan dengan Zeyyan yang memiliki cacat fisik yaitu kelumpuhan, serta bersifat dingin. Syila sangat kecewa karena Cahaya mengingkari janjinya.
Cahaya mencoba untuk tetap tegar menerima kenyataan ini dan bersikap baik serta sabar, ia berharap suaminya bisa mengizinkan adiknya tinggal bersamanya, agar ia bisa memenuhi janjinya. Zeyyan sedikit terempati setelah tahu latar belakang kehidupan Cahaya, dan juga karena kesabarannya untuk mengurus dirinya.
Namun suatu hari, tunangan Zeyyan hadir kembali setelah menghianatinya dan membuatnya terpuruk selama ini dan berusaha merusak rumah tangga mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku merindukanmu
Seperti yang dijanjikan hari ini Syila akan kembali bersekolah, namun tidak di sekolah lamanya. Zeyyan
mendaftarkannya di sekolah yang lebih bagus dari sebelumnya dan memastikan tidak akan adanya pembulian lagi.
Saat ini Syila sudah memakai seragam sekolahnya yang baru dan sedang sarapan bersama dengan Zeyyan dan Cahaya.
"Kamu kenapa, Syi? Terlihat tidak begitu semangat, hari ini kan kamu masuk sekolah." Tanya Cahaya.
"Tidak kenapa-napa." Jawab Syila.
"Kamu tidak usah takut, jika ada yang mengganggumu bilang saja padaku." Kata Zeyyan.
"Iya, Kak." Kata Syila.
"Ingat ya, belajar yang rajin dan jangan pacaran! Awas aja kalau kamu sampai ketahuan pacaran!" Kata Zeyyan sambil menunjuk Syila.
"Iya-iya." Kata Syila.
"Cerewetnya sama kaya kak Aya." Kata Syila didalam hati merasa kesal. Sedangkan Cahaya hanya tersenyum melihat adiknya terlihat cemberut kesal.
.....
Efan sampai didepan gerbang rumah Zeyyan untuk menjemputnya ke kantor, namun saat ingin masuk ada seseorang yang menyalip mobilnya.
Tin tin tin.
Suara klakson mobil tersebut melaju mendahului Efan.
"Apa-apaan sih, tuh cewek." Gerutu Efan kesal kemudian melanjutkan perjalannannya.
"Pagi, Fan." Kata seorang wanita yang menyalip mobil Efan sambil tersenyum, setelah keluar dari mobil yang ia kendarai, wanita tersebut memakai pakaian serba hitam, sepatu hitam, celana jeans hitam dengan kemeja lengan pendek berwarna hitam dengan rambut lurus, panjang, dikucir ekor kuda.
"Gak usah sok akrab, ngapain sih nyalip-nyalip gitu, ini rumah majikan kamu." Kata Efan kesal.
"Iya-iya, jangan ngomel-ngomel terus nanti cepet tua lo." Kata wanita tersebut.
"Udah diem!" Kata Efan masih kesal sambil berjalan memasuki rumah Zeyyan.
"Galak baget sih, hati-hati naksir." Kata wanita itu menggoda Efan.
"Dih amit-amit aku naksir sama kamu." Kata Efan sambil bergidik. Sedangkan wanita itu tertawa melihatnya.
"Selamat pagi, Tuan." Kata Efan datang menghampiri Zeyyan bersama wanita tadi.
"Pagi." Kata Zeyyan.
"Ini namanya Dina, dia yang akan mengantar dan menjemputmu sekolah." Kata Zeyyan sambil menunjuk seorang wanita yang disamping Efan.
"Hai." Kata Dina menyapa Syila.
"Wah, aku punya supir pribadi. Keren." Kata Syila sambil tersenyum senang.
"Iya, sudah berangkat sana. Belajar yang rajin." Kata Zeyyan.
"Siap." Kata Syila sambil berdiri dan hormat.
"Aku berangkat dulu ya kakak-kakak, assalamualaikum." Kata Syila sambil menjabat tangan Cahaya dan Zeyyan secara bergantian.
"Waalaikumsalam." Ucap Cahaya dan Zeyyan bersama.
"Ayo, Kak Dina!" Ajak Syila.
"Oke." Kata Dina sambil menautkan telunjuk dan ibu jarinya membentuk huruf o.
"Berangkat dulu, Fan." Kata Dina sambil memukul pelan lengan Efan.
"Apaan sih." Kata Efan kesal.
Dina adalah teman Efan sejak kecil sekaligus tetangganya, mereka sering bermain bersama namun sering bertengkar juga, terlebih Dina suka menjahili Efan.
Cahaya tersenyum bahagia melihat adiknya kembali ceria.
"Apa kamu hari ini tidak ke kantor lagi?" Tanya Cahaya heran karena suaminya masih bersantai disana.
"Kenapa, apa kamu tidak suka jika aku dirumah?" Tanya Zeyyan sambil menyipit heran.
"Bukan begitu maksudku, aku hanya bertanya." Jawab Cahaya.
"Em, ya aku ke kantor hari ini." Kata Zeyyan sambil melihat jam tangannya.
"Ya sudah aku berangkat dulu ya." Kata Zeyyan.
"Iya." Kata Cahaya sambil menyodorkan tangannya, Zeyyan mengerti maksudnya dan meraih tangan Cahaya, kemudian Cahaya pun mencium punggung tangan suaminya.
"Hati-hati dijalan." Kata Cahaya sambil tersenyum setelah menjabat tangan suaminya.
"Iya." Kata Zeyyan sambil tersenyum juga.
"Tuan sepertinya sudah sembuh, seperti kebiasaannya dulu bermesraan didepanku yang masih jomblo, hanya dianggap baigon, nasip-nasip." Kata Efan didalam hati.
"Ayo, Fan!" Kata Zeyyan kepada Efan.
"Baik, Tuan." Kata Efan sambil berjalan kearah Zeyyan dan meraih pegangan kursi rodanya, kemudian mendorongnya keluar rumah dengan diikuti oleh Cahaya dari belakang untuk mengantarnya sampai teras.
.....
Syila masih sedikit ragu untuk kembali bersekolah, tapi ia mencoba untuk tidak menunjukkan rasa khawatirnya tentang masa lalunya. Dengan langkah santai ia memasuki sekolah tersebut, ia kagum dengan keindahan dan suasana di sekolah tersebut, karena itu Syila tidak sengaja bertabrakan dengan seorang siswi.
"Eh, maaf aku gak sengaja." Ucap Syila cemas jika orang tersebut akan marah.
"Syila." Kata siswi tersebut setelah melihat siapa yang tak sengaja menabraknya.
"Reni." Kata Syila setelah tahu dengan siapa ia berbicara.
"Ternyata kamu sekolah disini, bagaiamana kabarmu?" Tanya Syila tersenyum senang sambil meraih tangan Reni.
"Kamu ngapain disini?" Tanya Reni datar sambil melepas tangan Syila.
"Apa?" Kata Syila terkejut dengan sikap Reni padanya.
"Tentu saja sekolah, kamu lihat aku juga memakai seragam sama sepertimu." Jawab Syila sambil menunjuk seragam sekolah yang ia kenakan.
"Sekolah disini? Punya uang dari mana kamu?" Tanya Reni datar.
"Kenapa kamu bertanya begitu?" Tanya Syila heran.
"Hah, sudahlah lupakan saja." Kata Reni kemudian pergi begitu saja meninggalkan Syila.
"Bagaimana dia bisa sekolah disini." Kata Reni didalam hati.
"Em, Reni!" Kata Syila ingin mengejar Reni namun tidak jadi karena Reni terus berjalan meninggalkannya.
"Kenapa dia seperti itu, sangat berbeda dengan Reni yang aku kenal dulu." Kata Syila heran dengan perubahan sikap Reni padanya.
Reni adalah teman dekatnya saat SMP dulu sebelum ia pindah, mereka sangat akrab dan sering bersama.
....
Cahaya sedang merapikan kamarnya sambil senyum-senyum sendiri karena mengingat-ingat kebersamaannya dengan Zeyyan. Terlebih saat ia spontan memeluk Zeyyan waktu itu, ia begitu malu jika mengingat itu.
"Ternyata kasur ini sangat nyaman, kapan aku tidur disini." Kata Cahaya sambil berbaring di atas tempat tidur milik Zeyyan.
"Jangan terlalu berharab, memangnya dia suka denganku." Kata Cahaya sambil memeluk guling.
#
Zeyyan berada diruang kerjanya sedang memandangi foto istrinya sambil tersenyum, setelah merasa cukup ia kembali meletakkannya diatas meja.
"Berapa jam aku tidak melihatnya, sudah merasa rindu saja." Kata Zeyyan sambil meraih ponselnya.
"Kira-kira dia sedang apa ya." Kata Zeyyan sambil mengotak-atik ponselnya untuk melihat Cahaya lewat CCTV rumahnya.
"Dia tidak ada dimana pun." Kata Zeyyan setelah melihat setiap sudut CCTV rumahnya, kemudian mencoba meneleponnya.
#
Tiba-tiba ponsel Cahaya berdering memecah lamunannya, ternyata orang yang sedang ia pikirkan yang menelepon dirinya, ia pun segera mengangkatnya.
"Hallo, assalamualaikum." Ucap Cahya.
"Waalaikumsalam, kamu sedang apa?" Tanya Zeyyan dari telepon.
"Baru saja selesai merapikan kamar, memangnya ada apa?" Jawab Cahaya, kemudian bertanya kembali.
"Aku merindukanmu." Kata Zeyyan didalam hati ingin mengatakannya langsung, namun tidak bisa.
"Tidak, aku hanya bertanya saja." Jawab Zeyyan.
"Aku pikir ada apa." Kata Cahaya.
"Ya sudah aku akan kembali bekerja." Kata Zeyyan ingin menutup telponnya.
"Eh, tunggu sebentar! Aku berencana untuk menanam bunga di halaman belakang, apa boleh?" Tanya Cahaya.
"Tentu saja boleh." Jawab Zeyyan.
"Terima kasih." Ucap Cahaya sambil tersenyum.
"Sama-sama." Ucap Zeyyan sambil tersenyum juga.
"Ya sudah, dilanjut lagi kerjanya." Kata Cahaya.
"Iya." Kata Zeyyan
"Assalamualaikum." Ucap Cahaya.
"Waalaikumsalam." Ucap Zeyyan kemudian menutup telponnya.
"Kenapa lidahku begitu berat untuk mengatakan itu, padahal dia istriku sendiri. Sangat konyol." Kata Zeyyan terkekeh sendiri.
Bersambung.....
gak yach???
lanjut thor ceritanya
di tunggu double up nya