"Jadi pacar saya, maka kamu akan wisuda tahun ini. Setelah itu masa depanmu pun saya jamin."
Surat cinta dari Bu Dosen membuat Cakra berlonjak kegirangan. Tanpa pikir panjang dia menerima demi lulus tahun ini dan foto wisuda bersama kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenapa?
"Ck, kenapa harus kabur-kaburan sich, Bu? Bikin orang ngeri saja. Mau mencari kemana lagi. Nggak mungkin kan diculik lagi. Hobi banget diculik. Kalau mau nyari perhatian bilang! Bukan malah ngilang!"
Sepanjang jalan Cakra bergumam kesal. Campur aduk, antara khawatir, cemas, dan takut jika Viola kenapa-kenapa. Semakin lalai saja dia dalam menjaga jika sampai terjadi sesuatu dengan Viola.
Bersyukur sejak semalam motornya diurus dan dibawa pulang oleh anak buah Satria. Jadi bisa digunakan kembali untuk mencari istrinya.
Tempat pertama adalah makam mertuanya. Jika sedih, seseorang pasti akan lari ke makam orang tua. Coba saja! Begitulah yang Cakra pikirkan. Sampai dimana dia sudah berada di sana tetapi tidak ia temukan Viola. Hanya saja jika diperhatikan, tanah terlihat basah dan ada bunga yang masih baru. Kemungkinan Viola datang kesini tadi dan mungkin belum lama wanita itu pergi.
"Dia tadi kesini, sekarang sudah pergi. Berarti ke kampus karena dia ada jadwal siang," gumam Cakra tetapi dia tak langsung pergi dari sana. Sejenak menyempatkan diri untuk singgah dan mengirimkan doa untuk kedua mertuanya.
"Maafin Cakra jika Cakra mengecewakan Mamah dan Papah. Cakra janji akan tetap menjaga Viola sesuai amanah yang Papah berikan."
Cakra segera kembali ke motornya. Sebelum mencari, dia lebih dulu menghubungi Topan untuk menanyakan tentang Viola. Siapa tau benar sudah sampai di kampus.
"Lihat Viola nggak?"
"Bu Viola maksudmu? Nggak sopan manggil nama! Bentar aku lihat dulu, tadi samar-samar aku lihat Bu Viola. Kemana ya?" Topan pun melangkah mencari dan ponsel masih terhubung dengan Cakra. Sebenarnya banyak yang ia ingin tanyakan tetapi dia tau jika Cakra sedang mode belum ingin bercerita.
"Ada, itu baru masuk ruangan. Tapi kayak abis nangis. Ada apa? Masalah sama kamu? Eh aku aja nggak tau hubungan kalian seperti apa, tapi pasti sedihlah kalau kabarnya sudah sampai sini. Pasti kepikiran karena sudah menjadi pemeran utama dalam peleceh..."
Tut
"Kampret! Main tutup aja. Belum selesai bicara juga," umpat Topan kesal sedangkan Cakra segera kembali ke kampus tercinta untuk menemui Viola. Namun sayang, saat sampai di sana, Viola sedang mengajar.
"Ck, masih lama Iki. Tak ke perpus dululah. Nggak bisa kalau suruh nunggu. Kerjaanku aja banyak." Cakra pun menuju perpustakaan.
Masih tentang urusan skripsi, dia sepertinya memang harus lebih rajin. Tak bisa juga mengandalkan istri. Mau ada janji, Cakra tak mengharapkan itu. Pikirannya agak waras setelah hanya ada Viola saja yang ia pikirkan. Malu juga jika lulus dari hasil janji dan belas kasih.
Lama di perpustakaan, kini Cakra melangkah menuju ruangan dosen pembimbingnya lagi yang mana istrinya sendiri. Mencari si empunya ruangan sampai dimana dia bisa melihat Viola yang sedang merebahkan kepalanya di atas meja.
"Dari mana tadi? Kenapa pagi sekali berangkatnya? Ini makan siang buat Ibu!" Cakra meletakkan bekal makanan yang tadi disiapkan oleh Bibi kemudian duduk dan memperhatikan Viola yang enggan menunjukkan wajahnya sama sekali.
"Kenapa?"
"Saya mau istirahat. Makasih makan siangnya. Kamu bisa keluar dulu, nanti kembali satu jam lagi untuk bimbingan dengan saya," ucap Viola tanpa mengangkat kepalanya. Entah mengapa rasanya sangat malu dengan Cakra. Semua juga sudah tau tentangnya. Jika tidak mengingat akan tanggung jawab, Viola pun enggan mengajar hari ini.
Dia pikir awalnya, mereka tidak ada yang tau. Namun kenyataannya, berita ini sudah sampai ke telinga semua penghuni kampus. Hal yang sangat menggelikan dan itu membuat Viola semakin tak ada muka di depan Cakra.
"Kenapa seperti itu? Kenapa seperti menghindari saya? Ibu kenapa?" Kenapa, intinya kenapa. Cakra bertanya sesuai dengan isi kepalanya. Mendengar ucapan Viola dan sikap wanita itu membuat Cakra paham jika Viola tengah menghindarinya.
"Nggak gitu."
"Ya udah makan! Saya tunggu di sini sampai Ibu selesai makan. Toh sebentar lagi juga bimbingan. Saya di sini saja sambil istirahat." Cakra enggan beranjak dari sana. Dia memilih diam di sana untuk memastikan Viola makan dengan bener.
Sesekali bersikap lebih dewasa. Bukannya kata Ramon kemarin, Viola suka dengan pria yang dewasa, tapi kenapa juga harus memikirkan apa yang Viola suka atau tidak. Segitunya sudah memiliki tanggung jawab. Namun Cakra yakin belum ada rasa apa-apa pada Viola.
Viola mengangkat kepalanya hingga tatapannya bertemu dengan Cakra. Terlihat sangat tak nyaman dan canggung sekali membayangkan Cakra yang sudah melihat semuanya tentang dirinya semalam.
"Kanapa?" tanya Cakra yang masih terus memperhatikan.
"Saya... Nggak apa-apa."
"Nggak usah malu dengan pemberitaan di luar sana. Anggap saja angin lalu. Nggak semuanya bener juga kok. Saya minta maaf karena saya Ibu jadi begini. Mungkin jika Lani tidak cemburu, tidak akan begini jadinya."
Viola terdiam tanpa menanggapi ucapan Cakra. Rasanya tak ingin membahas itu semua. Sudah cukup malu dan sakit hatinya. Bahkan Viola merasa tak pantas tetap menjadi istri Cakra.
"Lagian mereka sudah mendapatkan hukuman yang setimpal dari apa yang mereka perbuat. Jadi nggak usah mikirin kata orang lain."
"Saya ingin kita bercerai."
Cakra berdecih mendengar itu. Dia membuang muka dan menggigit bibir bawahnya dengan gemas. Kenapa juga harus membahas tentang perpisahan. Apa wanita itu tidak berpikir jika nantinya akan hidup sendirian. Bersamanya saja masih kecolongan. Bagaimana jika sendirian?
"Cak, saya yang akan bicara pada kedua orang tua kamu. Saya juga yang akan mengurusnya. Kamu nggak perlu berbuat apa-apa. Tinggal datang ke pengadilan agama dan menandatangani berkasnya. Semua saya yang urus dan jangan khawatir dengan skripsi kamu. Sesuai janji saya, saya akan membantu kamu sampai dinyatakan lulus," ucap Viola tak mendapatkan tanggapan apapun dari Cakra. Pria di hadapannya malah sibuk dengan ponselnya sendiri.
"Cak, saya serius. Sebelum kita semakin jauh dan kamu rugi nantinya. Mari kita bercerai! Saya memaafkan semuanya, tapi saya ingin semua kembali seperti semula. Kamu dan keluarga kamu terlalu baik. Saya tidak pantas untuk mendapatkan itu. Setelah bercerai kamu bisa kembali melanjutkan hidup kamu dan cita-cita kamu. Mencari wanita yang lebih baik sesuai versi kamu."
"Saya yang awalnya menyeret kamu dalam masalah hidup saya. Saya juga yang bertanggung jawab untuk melepaskannya. Kamu tidak perlu memikirkan tentang janji kamu pada kedua orang tua saya. Anggap saja setelah perceraian ini tak ada lagi kewajiban apapun untuk kamu menepati janji."
Viola menunduk, kedua matanya basah sedangkan Cakra masih belum menanggapi apa-apa. Dia masih terlihat sibuk yang sebenernya tidak penting juga. Hanya tak ingin terlalu menanggapi ucapan Viola tetapi telinga masih mendengar semuanya.
"Cakra kamu dengar 'kan? Kenapa diam saja? Saya lagi bicara."
"Udah selesai ngomongnya? Makan! Laper loh nanti, atau mau minum? Ada nggak? Biar saya beliin." Cakra pun segera beranjak dari sana dan berniat untuk membelikan minuman untuk Viola tetapi ucapan Viola membuat kedua tangannya terkepal kuat.
"Saya kotor, tidak pantas kita terus bersama. Lupakan janji itu! Anggap itu hanya lelucon sebelum orang tuaku pergi."
udah lama banget ini.... Thor, jangan lama ngilangnya...
bner tuh si cakra egois 😏