Kiara percaya cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Tapi ternyata, bermodalkan cinta saja tidaklah cukup. Pernikahan yang baru berjalan 1 tahun atas dasar perjodohan itu harus berakhir begitu saja setelah Erick menjatuhkan talak untuk yang ketiga kalinya. Alasannya selalu sama, hanya karena merasa tidak diperhatikan. Padahal, sebelum memutuskan menikah mereka sudah sepakat akan saling memahami profesi masing-masing.
3 bulan kemudian Erick kembali dengan sejuta penyesalan dan meminta rujuk. Kiara yang sejatinya masih mencintai sang mantan suami kembali memberikan kesempatan meski tahu jalan kembali kali ini harus melewati lika-liku yang rumit. Kiara harus menikah terlebih dahulu dengan laki-laki lain yang disebut muhalil.
Bagaimanakah perjalanan rumah tangga Kiara bersama suami muhalilnya dalam bayang-bayang Erick yang menanti mereka segera bercerai? Namun, siapa sangka dibalik pernikahan muhalil itu, ternyata tersimpan sebuah rahasia yang berusaha dibongkar oleh sang muhalil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26. JANGAN SEKARANG
"Terima kasih," ucap Denis setelah duduk di tepi ranjang dibantu oleh Azka.
"Sama-sama." Balas Azka lalu ikut duduk di samping Denis.
Hal tersebut membuat Denis garuk-garuk pelipis sambil memikirkan cara bagaimana untuk menyuruh Azka keluar dari kamar. Sejak tadi ponselnya bergetar dalam saku celana, orang suruhannya pasti ingin menyampaikan informasi yang sangat penting sampai menelpon berkali-kali.
"Aku sudah tahu kalau Bang Denis cuma pura-pura lupa ingatan. Tadi malam Papa telepon, dan juga menceritakan tentang rencana kalian untuk membongkar tujuan Erick menikahi Kak Kia," kata Azka. Sebelah tangannya terkepal saat mengingat, papanya juga menceritakan bahwa sebenarnya Erick telah memiliki istri dan anak.
Denis langsung menghela nafas lega lalu tersenyum, dia kira Azka belum tahu apapun. Dia pun mengeluarkan ponselnya yang sejak tadi bergetar, dugaannya tepat sekali, orang suruhannya yang menelpon.
"Ada informasi apa?" Tanya Denis begitu menjawab panggilan itu. Melihat Azka yang tampak penasaran, dia pun menyalakan pengeras suara.
[Pak Denis, ternyata perusahaan milik Pak Handoko itu tidak murni dari hasil kerja kerasnya sendiri membuat perusahaannya itu berkembang.]
Azka dan Denis saling tatapan mendengar pengakuan orang suruhan Denis tersebut.
"Maksudnya bagaimana?" Tanya Denis penasaran. Pun dengan Azka yang tak kalah penasaran dengan maksud tidak murni itu.
[Pak Handoko telah melakukan cara curang untuk merampas Saham Perusahaan Rekannya yang bekerja sama dengannya.]
"Maksudnya, merampas dengan cara menipu?"
[Betul, Pak. Saya sudah menemui 2 korbannya. Pak Handoko menipu mereka saat penandatanganan kontrak kerjasama yang diantaranya terselip selembar kertas kosong dan itulah yang digunakan Pak Handoko untuk membuat surat pengalihan saham perusahaan.]
"Brengsek!" Umpat Azka. Rahangnya mengeras bersamaan dengan kedua tangannya mengepal erat.
"Baiklah, terima kasih informasinya. Untuk tugas selanjutnya, nanti akan saya kabari." Denis pun memutuskan sambungan teleponnya lalu menatap Azka. "Ada apa?"
"Erick memang beberapa kali menawarkan kerjasama dengan perusahaan ku, tapi aku menolak karena sudah terlalu banyak bekerjasama dengan perusahaan lainnya." Kata Azka.
Denis membuang nafas berat. Dia sudah dapat menyimpulkan apa tujuan Erick menikahi Kiara, yang tak lain hanya untuk merampas perusahaan keluarga Kiara.
"Untung saja, kamu tidak menerima tawaran kerjasamanya." Denis menepuk pundak Azka.
"Ini tidak bisa dibiarkan, Erick dan keluarganya harus dikasih pelajaran!" Azka hendak beranjak tapi Denis segera menahan tangannya.
"Tidak sekarang, Azka. Tunggu sebentar lagi," pinta Denis dengan tatapan memohon.
"Apalagi yang Bang Denis tunggu? Kita sudah tahu apa tujuan Erick. Dan Kak Kia, dia harus tahu siapa laki-laki yang sudah digilainya itu!" Geram Azka.
"Azka please, jangan sekarang. Kia juga tidak akan percaya begitu saja, kita harus membuat Kia mendengarkan sendiri pengakuan Erick."
Azka mencoba meredam emosi dengan beberapa kali menarik nafas, "Baiklah. Tapi maaf, jika pergerakan Bang Denis lambat. Aku bertindak sendiri!" Kata Azka lalu keluar dari kamar itu. Berjalan cepat menuju ruang keluarga menghampiri istri dan anaknya.
"Kinan, ayo kita pulang." Ucapnya sambil mengambil Darian dari pangkuan Kiara.
"Loh kok pulang sih? Kalian baru aja sampai loh, kakak juga masih mau main sama Rian." Kata Kiara.
"Maaf, Kak, aku baru ingat ada janji sama Rekanku." Bohong Azka. Dia ingin pulang karena takut tidak bisa mengontrol emosinya jika berlama-lama melihat kakaknya itu. Sejak awal, dia sudah pernah menentang perjodohan Erick dan Kiara. Namun, dia akhirnya luluh saat melihat cinta dimata kakaknya terhadap Erick.
Kemudian, dia kembali menentang ketika Kiara lagi dan lagi ingin menerima ajakan rujuk Erick, tapi kakaknya itu sama sekali tidak mau mendengarnya.
Dan sekarang, jika bukan karena permintaan Denis, dia pasti sudah meluapkan amarahnya itu dihadapan kakaknya.
"Bang, ada apa sebenarnya? Kenapa Abang bohong sama Kak Kia?" Tanya Kinan setelah mereka di dalam mobil.
"Nanti saja aku ceritakan di rumah," kata Azka lalu melajukan mobilnya.
.
.
.
"Ini, minum obatnya." Kiara memberikan beberapa butir obat dan segelas air putih pada Denis.
Denis mengambil obat dan air putih itu tapi tidak langsung meminumnya. Saat Kiara berbalik mengambil ponsel diatas nakas, dia langsung memasukkan satu butir obat ke dalam saku piayama nya. Obat tersebut adalah obat yang dikonsumsi oleh orang yang mengalami amnesia.
"Kenapa belum diminum obatnya?" Tanya Kiara saat dia berbalik kembali tapi Denis belum juga meminum obatnya.
Denis sedikit terkejut, dia melengkungkan telapak tangannya agar Kiara tak melihat jumlah butir obat di telapak tangannya. "Iya, aku minum." Dia lalu memasukkan obat itu kedalam mulutnya lalu disusul dengan air putih.
"Sudah," kata Denis sambil menyerahkan gelas yang isinya tinggal setengah pada Kiara.
Kiara mengambil gelas itu dan meletakkan di atas nakas, "Aku keluar sebentar, mau telepon teman. Kamu tidur aja duluan." Ucap Kiara lalu melangkah keluar dari kamar.
"Aku keluar sebentar, mau telepon teman." Ucap Denis meniru cara bicara Kiara sambil memanyunkan bibirnya. "Teman apa mantan?" Dia berbicara sendiri dengan ekspresi kesal.
Denis pun bergeser ke dekat nakas yang berada di samping ranjang untuk mengambil ponselnya, mencari nomor Liana lalu menelponnya.
Liana yang baru saja akan tidur, membuka matanya kembali ketika ponselnya berdering. Melihat nama bang Denis di layar ponsel, dia segera menjawab panggilan itu.
"Halo, Bang?"
[Ana, besok datang temui Abang. Ada hal penting yang ingin Abang bicarakan denganmu.] Kata Denis lalu memutuskan sambungan telponnya.
Liana menatap layar ponsel dengan bingung. Dia bertanya-tanya dalam hati, apakah yang ingin Denis bicarakan dengannya.
mungkinkah Erick bukan anak kandungnya Handoko ??
Ga jauh2 dari itu 😀