[Bukan] Muhalil
Assalamualaikum, selamat datang di karya baru author. 🤗 Semoga semua yang mampir bisa konsisten baca ya, mohon dukungannya dan baca setiap kali update. Yok retensi naik yok naik. 🤭🙈🙈
Happy reading...❤️❤️❤️
.
.
.
Kiara percaya, cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Tapi ternyata, bermodalkan cinta saja tidaklah cukup. Cinta yang dia miliki untuk sang suami, rupanya tak mampu menyelamatkan bahtera rumah tangganya.
Pernikahannya yang baru berjalan 1 tahun atas dasar perjodohan itu, harus berakhir begitu saja setelah Erick, menjatuhkan talak untuk yang ketiga kalinya.
Alasannya selalu sama, hanya karena merasa tidak diperhatikan. Padahal, sebelum memutuskan menikah, mereka sudah sepakat akan saling memahami profesi dan kesibukan masing-masing.
Kiara hanya bisa pasrah menerima kenyataan itu. Saat talak pertama dan kedua dia masih memberikan kesempatan dengan harapan Erick bisa berubah dan bisa memaklumi kesibukannya sebagai dokter, seperti dia yang selalu memahami kesibukan Erick sebagai pebisnis yang sering bepergian keluar kota. Tapi kesempatan itu tidak dipergunakan dengan baik oleh Erick. Lagi dan lagi, karena emosi sesaat Erick kembali menjatuhkan talak.
Waktu terus berjalan, tanpa terasa tiga bulan telah berlalu pasca perceraian itu.
.
.
.
"Ma, Pa, aku berangkat ya." Pamit Kiara yang baru saja selesai sarapan. Setelah berpisah dengan Erick, dia memutuskan untuk kembali tinggal bersama orangtuanya. Apartemen yang dulu ditempatinya sebelum menikah dengan Erick, disewakan daripada kosong tak terurus.
"Hati-hati di jalan, Sayang." Ucap mama Flora sambil tersenyum, tapi senyumnya itu tak mampu menutupi mendung dimatanya. Sampai detik ini dia masih merasa bersalah, karena telah memilihkan laki-laki yang tidak tepat untuk putrinya. Hanya karena bermodal keyakinan Erick adalah laki-laki yang cocok untuk Kiara, dia dengan begitu antusiasnya menjodohkan tanpa berpikir dua kali sebelum mengambil keputusan itu, tanpa memikirkan untuk membiarkan keduanya lebih mengenal dekat sebelum melangkah ke jenjang pernikahan.
"Ma," Kiara menggelengkan kepalanya, dia tahu saat ini mamanya pasti ingin menangis. Selalu saja begitu, padahal dia tidak pernah menyalahkan siapapun atas perceraiannya dengan Erick. Mungkin saja ini adalah takdir yang sudah digariskan untuknya, dan juga menjadi pelajaran untuk kedepannya.
"Sudahlah, Ma, mungkin ini juga menjadi teguran untuk kita yang kesannya tidak percaya bahwa jodoh, rejeki dan maut sudah ada yang mengatur. Untuk kedepannya biarkan Kiara yang memilih untuk masa depannya sendiri." Ucap papa Rangga sambil mengelus punggung tangan sang istri mencoba untuk menenangkan, padahal hatinya juga sedang tak baik-baik saja. Ayah mana yang tak bersedih melihat rumah tangga putrinya berantakan.
Kiara hanya dapat tersenyum tipis mendengar ucapan papanya, untuk saat ini dia belum kepikiran untuk mencari pengganti. Toh, selama ini pacaran pun tidak pernah. Biarlah takdir yang nanti akan membawa sendiri kisah selanjutnya.
Tak ingin berlama-lama dalam suasana yang selalu membuatnya sesak, Kiara pun gegas pergi setelah mencium punggung tangan kedua orangtuanya. Hari ini jadwalnya akan cukup padat di rumah sakit, beberapa saat lalu suster Maria mengirim pesan bahwa telah banyak ibu hamil yang mendaftar untuk periksa kandungan, belum lagi ada beberapa pasien sehabis melahirkan dirawat inap yang harus dia kontrol.
Sesampainya di rumah sakit, Kiara langsung menuju ruangannya dan benar saja, di depan ruangannya telah ramai. Dia berjalan sambil tersenyum menyapa para pasiennya tersebut.
Suster Maria yang telah menunggu, langsung membukakan pintu ruangan dokter Kiara.
Saat masuk ke ruangannya, pandangan Kiara langsung tertuju pada buket bunga di atas mejanya. Kepalanya menggeleng pelan, selama tiga bulan ini hampir setiap hari dia mendapatkan kiriman bunga yang entah dari siapa, tidak ada nama atau ucapan apapun. Suster Maria yang menerima buket tersebut selalu menanyakan siapa pengirimnya pada kurir yang mengantarkan, dan selalu dijawab dari seseorang yang mengagumi dokter Kiara.
Kiara sempat mengira, bahwa buket bunga itu adalah kiriman dari Erick. Mungkin seperti sebelumnya, kali ini Erick juga menyesali dan berkeinginan untuk rujuk. Tapi setelah dia pikir sepertinya bukan, untuk apa Erick mengirimkan buket tanpa nama seperti itu. Lagipula, dia sudah dijatuhi talak tiga, tidak mungkin lagi untuk rujuk kembali.
"Sus, tolong dibuang saja." Ucap Kiara seraya duduk di kursinya. Menurutnya untuk apa menyimpan pemberian dari orang yang tidak dikenalnya, entah apa tujuannya mengirimkan buket bunga tanpa menyertakan nama pengirimnya.
Suster Maria pun mengambil buket bunga itu, setiap kali diperintahkan untuk membuang buket bunga itu sebenarnya dia tidak membuangnya melainkan menyimpan di dalam gudang. Sayang saja menurutnya kalau buket secantik itu harus berakhir mengenaskan di tempat sampah.
Setelah suster Maria kembali, Kiara pun memerintahkan untuk memanggil satu persatu para pasiennya sesuai nomor antrian hingga selesai, setelah itu Kiara memeriksa beberapa pasiennya yang sehabis melahirkan.
Begitu pekerjaannya selesai, Kiara kembali ke ruangannya untuk melepas penat. Namun, baru membuka pintu, seseorang yang duduk di kursi depan mejanya membuat langkah kakinya terhenti. Tubuhnya mematung, bibirnya terbuka tanpa kata. Setelah 3 bulan berlalu, hari ini adalah pertama kalinya dia melihat kembali sang mantan suami.
Erick menoleh begitu mendengar suara pintu terbuka, melihat Kiara datang gegas ia beranjak dari tempat duduknya. Melangkah menghampiri sang mantan istri sambil memegangi perut.
Sejenak, pandangan keduanya bertemu namun, lidahnya terasa keluh hanya sekedar untuk menanyakan kabar. Hanya sebuah pertanyaan yang ada di benak Kiara, untuk apa Erick datang menemuinya?
"Kia, maaf aku sudah lancang masuk ke ruangan mu tanpa izin." Ucap Erick setelah beberapa saat terdiam.
"Lain kali jangan diulangi lagi. Kita bukan suami istri lagi, aku tidak mau akan timbul fitnah nantinya." Ucap Kiara memperingati dengan nada datar. Perbuatan Erick memang lancang, tapi dia bukan tipe wanita yang suka meluapkan emosi secara bar-bar.
Erick mengangguk paham dengan raut wajah yang nampak bersalah, "Lain kali aku tidak akan mengulanginya lagi." Ujarnya.
Keduanya kembali terdiam, Kiara merasa bimbang antara ingin menyuruh Erick kembali duduk atau menyuruhnya pergi. Jujur saja, dia rindu tapi sudah tidak pantas lagi untuk berduaan.
"Bagaimana kabar kamu, Kia?" Tanya Erick kemudian. Sebenarnya tanpa Kiara menjawab, dapat dia dilihat mantan istrinya itu nampak baik-baik saja tanpa dirinya. Yah, jelas saja, sebelum menikah dengannya, Kiara adalah wanita yang mandiri.
"Aku baik. Em, kalau kabar Mas Erick sendiri bagaimana?" Tanya Kiara balik.
Erick tersenyum tipis mendengar panggilan itu, dia pikir Kiara telah melupakan panggilan yang disematkan padanya setelah mereka resmi menjadi suami-istri kala itu.
Sebelum menjawab pertanyaan Kiara, Erick nampak menarik nafas dalam-dalam lalu berkata, "Seperti yang kamu lihat sendiri," ujarnya lalu kembali terdiam beberapa saat. "Kia, ada yang ingin aku bicarakan." Ucapnya kemudian.
Melihat raut wajah Erick yang nampak serius, Kiara pun mempersilahkan Erick untuk duduk kembali di tempat sebelumnya. Begitupun Kiara yang juga duduk di kursinya, kini keduanya duduk saling berhadapan. Meski rindu, tapi jujur saja Kiara merasa canggung. Khawatir keberadaan Erick di ruangannya akan menjadi cibiran oleh teman-teman sejawatnya.
"Apa yang ingin Mas bicarakan?" Tanya Kiara.
Kembali Erick menarik nafas dalam-dalam lalu berkata, "Kia, aku ingin kita rujuk kembali. Aku menyesal, Kia, dan aku janji akan lebih bisa mengontrol emosiku. Dan yang lebih penting, aku akan memaklumi kesibukanmu sebagai Dokter, aku tidak akan mempermasalahkan itu lagi. Aku janji!" Ucap Erick dengan nada penuh permohonan.
Kiara tercengang mendengar apa yang Erick katakan, "Rujuk? Itu tidak mungkin lagi, Mas!" Ucap Kiara dengan tegas.
"Bisa Kia," Erick meraih kedua tangan Kiara dan menggenggamnya erat.
Kiara menggelengkan kepalanya, "Itu mustahil, Mas. Ingat, Mas Erick sudah menjatuhi aku talak 3!" Pungkasnya memperingati seraya menarik tangannya dari genggaman Erick.
"Kita masih bisa rujuk kembali, Kia!" Ucap Erick dengan tatapan penuh permohonan.
Kiara membuang nafas berat seraya menundukkan pandangannya. Dia dan Erick memang bisa rujuk kembali, tapi tidak semudah seperti talak pertama dan kedua. Dia harus menikah lebih dulu dengan laki-laki lain yang disebut sebagai muhalil, kemudian bercerai.
"Aku sungguh menyesal, Kia. Aku mohon, kasih aku kesempatan sekali lagi. Aku tidak akan menyia-nyiakannya lagi!"
Kiara hanya diam mendengar kalimat permohonan itu.
"Aku sendiri yang akan mencarikan laki-laki yang akan menikahi kamu," ucap Erick yang spontan saja membuat Kiara mengangkat kembali pandangannya, menatap sang mantan suami dengan tatapan tak percaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Ayu galih wulandari
Aqu baru mulai lg baca kak...tp bolak balik di kisah ortu mereka hbs seruuu..😘😘😘
2024-11-23
1
Ira
keren
2024-11-12
0
Diana Subar
masih mulai baca..kyk nya bagus nih cerita..
salam hangat thor...
2024-08-26
0