Semua terjadi karena kesalahan ku sendiri yang tergiur akan uang taruhan, tanpa aku menyadari, kalau aku sedang mempertaruhkan masa depan ku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
b
Mendengar Yumi berdehem, Abnan tersadar kalau sekarang dia sedang mengadakan rapat.
Pria itu memperbaiki jas yang dia pakai, setelahnya kembali mengubah raut wajah datar dengan gaya cool serta elegan tentunya.
"Apa yang kalian semua lihat? Kalian mau saya pecat!" Ucap Abnan segera berdiri.
"M-maafkan kami, Presdir." Serentak mereka terbata-bata.
"Lanjutkan meeting-nya, sekretaris Yumi yang akan menggantikan aku." Lanjutnya segera melangkah keluar dari ruang rapat.
"Tapi Presdir!" Yumi ingin protes karena dia tidak mau bekerja tanpa ada laki-laki itu di sisinya, karena tujuan Yumi bekerja di kantor Abnan itu, bukan karena uang. Tapi karena ingin selalu bisa berada di dekat Abnan.
"Ada apa lagi Yumi?" Tanya Abnan memberhentikan langkah kaki.
"Bukankah seharusnya Anda juga harus ikut rapat Presdir? Karena kami semua sangat membutuhkan bimbingan atau pendapat dari Presdir langsung," Yumi masih berusaha agar Abnan mau membatalkan niatnya untuk keluar dari ruangan.
"Di sini siapa yang Bos?" Suara pria itu mulai terdengar murka.
Yumi langsung menunduk mengerti ke mana arah pertanyaan Abnan.
"Apa kalian semua mendengar pertanyaanku!" Tugasnya mengulang ucapan berharap ada yang menjawab pertanyaannya.
"Maaf Presdir, tentu saja Anda yang pemimpin di Perusahaan ini." serentak beberapa orang yang menjawab pertanyaan Abnan.
"Baguslah kalau kalian sadar! Dan ingat! Siapapun yang bekerja di bawah kekuasaanku! Maka dia harus tunduk dan patuh dengan semua perintahku! Sekalipun kalian juga anak dari salah satu pemegang saham yang berada di Perusahaan ini!" Tegasnya seperti sedang menyindir Yumi.
"Mengerti kalian!" Lanjut Abnan menatap mereka satu persatu.
"Siap Presdir! Kami mengerti!" Serentak semuanya takut.
Abnan segera pergi dari ruang rapat meninggalkan Yumi yang terbakar emosi, akan tetapi dia tidak bisa meluahkan rasa marahnya yang menggebu-gebu.
Aku sudah melakukan segala cara, tapi kau tetap saja masih menutup mata dan tidak ingin melihat ke arah ku... Apalagi yang ingin aku lakukan agar kau bisa mengerti perasaanku betapa aku sangat mencintai dan menginginkan hidup bersamamu...
Jika segala cara yang kulakukan itu masih tetap tidak bisa untuk aku memilikimu. Mungkin aku harus melakukan cara terakhir untuk memaksa agar kau bisa mencintaiku dan mau hidup bersama denganku. Batin Yumi dengan mata memerah masih melihat ke arah pintu ruangan di mana Abnan baru saja keluar.
***
Bruk!
Tak!
Ponsel Akira terjatuh ke lantai tak sengaja bertabrakan dengan seseorang laki-laki yang berlawanan arah padanya.
"Ponselku..." Akira berjongkok mengambil ponsel miliknya kemudian kembali berdiri sembari mendongak melihat siapa laki-laki yang menabraknya barusan.
"Maafkan saya Nona, saya tidak sengaja menabrak Anda, yang mengakibatkan ponsel Anda terjatuh." ucap pria itu sedikit membungkuk meminta maaf.
"Lain kali Mas-nya jalan hati dong!" terlihat Akira marah-marah membolak-balik ponsel miliknya memeriksa apa ada kerusakan serius.
"sekali lagi, saya minta maaf, Nona." ujarnya.
"Hm." usia berdehem wanita itu melangkah pergi meninggalkan pria tak dia kenal bersama putrinya.
"Kok Bunda marah-marah sama Om tadi Bunda? padahal kan Om-nya itu katanya nggak sengaja nabrak, Bunda?" tanya Zeera heran melihat Bundanya yang menurut Zeera berlebihan.
"Nggak sengaja? Siapa bilang? emang Zeera tahu orang tadi tidak sengaja? Udah ah, apa Zeera sudah selesai belanjanya?" Akira sengaja malas ingin ambil pusing.
"Sudah, Bunda."
"Ayo kita pulang."
"iya, Bunda."
.😁😁
yumi sewot aja liat abnan tertawa klo km tau bahwa akira istri abnan lgsg kena serangan jantung km🤣🤣🤣🤣